Sementara Leonel menggaruk kepalanya, Langit kembali ke kelompok teman-temannya, dan wajahnya yang tadinya muram digantikan oleh senyum polos yang tampak tak bersalah.
"Apa yang kamu lakukan berbicara dengan anak paruh waktu itu?" tanya temannya.
"Leonel?"
"Iya. Kami pernah melihatnya bekerja di toko serba ada di dekat sini," sela yang lain.
"Dia tidak termasuk dalam lingkaran kita. Lihat bagaimana tidak ada yang mendekatinya?"
"Lebih baik jauhkan dirimu dari orang itu. Jika ini terus berlanjut, dia akan dengan mudah menjadi target bully di sekolah kita."
Langit menyembunyikan seringai jahatnya di balik senyum canggung. "Kalian terlalu keras. Aku hanya ingin mengenalnya karena dia teman sekelas kita. Dan dia terlihat sedih duduk sendirian di sana."
"Kamu terlalu baik, Langit."
"Iya," sahut seorang gadis lain dalam kelompok mereka. "Mengingatkanku saat kamu merasa kasihan pada gadis itu, Isolde, dan bahkan berhubungan dengannya karena kamu tidak bisa bilang tidak?"