[BONUS]
"R . . . en . . ."
"Re . . . n."
"Ren."
Ren mengerang.
Begitu membuka matanya, cahaya yang menyilaukan menyambar matanya, membuatnya menutup mata lagi. Rasa sakit yang intens berdenyut di kepalanya, menjalar ke tubuhnya dengan rasa perih yang mencengkeram.
Ren menahan erangan.
Kemudian dia tiba-tiba sadar akan rasa sakit panas yang naik, yang menyebar di seluruh bagian tubuhnya. Gelombang rasa sakit berdenyut di tulang punggungnya, sesaat mengaburkan pikirannya.
Kenapa tubuhnya begitu panas? Dia merasa seperti meleleh di dalam — otot-ototnya terasa seperti akan robek, dan tulang-tulangnya seakan-akan patah dan membentuk kembali.
"AarRgH!" Ren meronta tetapi mendapati bahwa dia tidak bisa bergerak. Sesuatu membatasi gerakannya.
"Dokter!"
"Dokter! Dokter!"
Ren mendengar suara yang familiar memanggil bantuan.
Rasa sakit yang tajam mencabik-cabiknya seperti cakar kegilaan yang merampas kewarasannya.
Ini adalah sesuatu yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.