Gu Qiaoqiao akhirnya bereaksi ketika dia mendengar suara pintu tertutup.
Entah kenapa, wajahnya tiba-tiba memerah.
Matanya, dipenuhi rasa malu dan kesal, tertuju ke pintu kayu itu, namun dia tidak memiliki keberanian untuk membukanya.
Dia secara naluriah melihat ke arah dadanya.
Walaupun pakaiannya longgar, dia tahu bahwa lekuk tubuh di baliknya masih terlihat anggun.
Seperti dua buah persik yang matang.
Kecil, ya?
Khawatir membuatnya takut?
Apa yang sebenarnya bisa membuatnya takut?
Namun, Gu Qiaoqiao tiba-tiba terdiam, lalu dia menggigit bibirnya merasa terhina.
Jika dia tidak salah, apakah itu berarti?
Dalam kehidupannya sebelumnya, meskipun dia belum mencapai usia tiga puluh sebelum hidupnya berakhir, di dapur belakang yang didominasi oleh wanita paruh baya itu, para wanita itu selalu berbicara blak-blakan, tidak menyisakan detail apa pun.
Gu Qiaoqiao menarik napas panjang, merasakan gelombang rasa malu. Dia berpikir mungkin dia terlalu banyak berpikir.