Bab 5: Ujian Kekuatan

Jiang Chen berdiri dengan tegar, meskipun ada gelombang tekanan yang begitu berat dari sosok yang ada di depannya. Elder dari Black Flame Sect berdiri dengan penuh percaya diri, matanya yang merah menyala memancarkan aura menakutkan yang terasa menguasai seluruh tempat itu.

"Jangan berpikir hanya karena kamu bisa bertahan sedikit dalam meditasi, kamu sudah layak untuk ada di dunia ini," kata Elder itu dengan suara yang dalam dan menggelegar. "Kami tidak butuh orang lemah yang tidak bisa mengendalikan kekuatan mereka."

Jiang Chen menahan napas. Ia tahu jika ia menyerah atau menunjukkan kelemahan, akan sulit baginya untuk bertahan. Namun, ia juga sadar bahwa ia harus menemukan cara untuk menghadapinya, meskipun kekuatan yang dimilikinya saat ini masih jauh dari cukup.

"Sekarang," lanjut Elder itu, "Buktikan apa yang bisa kamu lakukan. Jangan harap aku akan memberi ampun jika kamu gagal dalam ujian ini."

Jiang Chen memusatkan perhatian. Dalam hatinya, ia tahu ini adalah ujian yang menentukan. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh Elder ini, namun ia tidak punya pilihan selain menghadapi tantangan ini dengan segenap kekuatannya.

Dengan gerakan yang tiba-tiba, Elder mengangkat tangannya, dan Qi yang mengerikan mulai mengalir dari tubuhnya. Jiang Chen merasakan tanah di bawah kakinya bergetar hebat. Sesuatu yang sangat kuat dan berbahaya sedang datang ke arahnya.

Tanpa berpikir panjang, Jiang Chen segera mengerahkan Qi yang mulai ia pelajari, meskipun itu masih terasa canggung dan sulit dikendalikan. Ia memusatkan seluruh fokusnya, berusaha untuk mengalirkan Qi ke telapak tangannya.

Tapi saat Elder itu meluncurkan serangan pertama, Jiang Chen terpaksa melompat mundur. Serangan itu menghantam tanah dengan dahsyat, menciptakan lubang besar yang memancarkan api hitam di sekitarnya. Angin yang dihasilkan dari serangan itu membuat tubuh Jiang Chen hampir terjatuh.

"Kamu terlalu lemah," suara Elder itu terdengar dengan nada meremehkan. "Kamu harus lebih kuat untuk bisa bertahan di dunia ini. Kalau kamu tidak bisa mengendalikan Qi dengan baik, kamu hanya akan menjadi bahan tertawaan."

Jiang Chen menggigit bibirnya, rasa marah mulai timbul dalam dirinya. Ia tidak bisa membiarkan dirinya dipermalukan seperti ini. Elder itu mungkin merasa seolah-olah dia sedang menguji kemampuan Jiang Chen, tapi sebenarnya ini adalah ujian bagi dirinya sendiri untuk bisa bertahan di dunia ini.

Dia merasakan Qi dalam tubuhnya, berusaha menenangkan pikirannya dan mengalirkannya dengan lebih tepat. Namun, dalam proses itu, sesuatu yang tak terduga terjadi. Ada dorongan kuat yang mengalir melalui tubuhnya, seolah-olah sesuatu dari dalam dirinya terbangun.

Tanpa disadari, Jiang Chen mengangkat tangan kanannya, dan dalam sekejap, sebuah Qi berwarna biru terang memancar keluar, membentuk bola energi yang besar. Bola itu meluncur ke arah Elder dengan kecepatan luar biasa.

Sosok Elder itu sedikit terkejut, namun dengan mudah ia mengangkat tangannya untuk menghancurkan serangan itu. Meskipun bola energi itu hancur dalam sekejap, Elder tidak bisa menahan rasa kagumnya.

"Huh, ternyata kamu tidak sepenuhnya tidak berguna," ujar Elder itu dengan nada yang masih tinggi, namun sedikit lebih menghargai. "Ada potensi dalam dirimu, meskipun sangat kecil."

Jiang Chen tetap teguh, berusaha untuk mengendalikan Qi yang mengalir di tubuhnya. Rasanya seperti sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri yang mendorongnya untuk terus maju. "Aku... aku akan menguasainya," katanya dalam hati. "Aku akan terus berlatih dan menguasai kekuatan ini, apapun yang terjadi."

Elder itu memandangnya dengan ekspresi dingin. "Jika kamu ingin bertahan hidup, kamu harus belajar lebih banyak daripada sekadar bertahan. Hanya mereka yang kuat yang bisa bertahan di dunia ini."

Jiang Chen menarik napas panjang. Meskipun ia belum sepenuhnya mengerti bagaimana dunia ini bekerja, satu hal yang ia ketahui dengan pasti—untuk bertahan, ia harus menjadi lebih kuat.

Dengan langkah kaki yang mantap, ia berbalik untuk kembali ke Baiyun Sect, tetapi di dalam hatinya, ada dorongan kuat untuk menggali lebih dalam potensi yang tersembunyi dalam dirinya.