Chapter 3 —Keadaan yang semakin buruk

Samasaki berlindung di sebuah pelindung berwarna merah transparan.

Pada momen tadi, Samasaki menggerakkan tangan kanannya dan mengangkat pedangnya sejajar dengan telapak tangannya, Membuat sebuah penghalang transparan yang melindungi dirinya dari ledakan luar biasa yang ada didepannya.

Penghalang transparan itu memudar, laku menghilang di udara. Kemudian, Samasaki berjalan sambil menutupi wajahnya dari panasnya api disekitarnya.

Sambil meneriakkan nama marga Rezon dengan napasnya yang terengah-engah.

"Tsurugi!... Tsurugi! Kau dimana?... Tsurugi!"

Samasaki melihat-lihat ke sekitar, mengecek kondisi sekitar yang masih di selimuti kobaran api yang menyala terang.

Matanya kemudian terbuka lebar-lebar.

"Tidak mungkin... Mereka berdua... Menghilang?"

∆∆∆

Di bridge, asap-asap tebal mengepul dari layar monitor yang baru saja meledak akibat serangan dari seseorang yang mereka tidak kenal, Rin.

Rin, berjalan dengan santai menuju ke arah dari profesor.

Profesor masih terbaring tak berdaya di lantai akibat ledakan monitor yang menyebabkan semuanya pingsan secara tiba-tiba, kemudian, ia mencoba untuk bergerak serta mencoba kembali untuk bangkit dari pingsannya.

"Arrggh.. Itu menyakitkan..."

Saat profesor itu sudah berdiri kembali, ia berbalik ke belakang, dan secara tiba-tiba terkejut.

Ia ditodongkan sebuah tongkat sihir yang mengerah ke lehernya.

"Eh?"

Rin berdiri di hadapannya sambil memegang tongkat sihirnya, ialah yang menodongkan tongkat sihir itu. Sambil menyeringai kecil, dengan bibirnya melengkung miring, dan mata sedikit menyipit sebelum akhirnya bertanya pada profesor.

"Profesor.. Kau profesor disini kan?"

Profesor itu menelan ludahnya.

"... .Kau mau apa?"

"Aku mendengar bahwa ada robot yang sedang dikembangkan di akademi..."

Profesor itu terkejut, raut wajahnya seperti berkata 'Bagaimana ia bisa tahu?'

Rin mencondongkan tubuhnya kedepan, melanjutkan perkataan mengenai tujuannya kemari.

"... Jadi, aku ingin kau mengantarku untuk melihatnya."

"Maksudmu... NR-C? Untuk apa aku memperlihatkannya padamu?"

"Salah satu alasanku kemari hanyalah untuk melihat robot itu. Jika tidak, orang-orang yang ada di kota—tidak. pulau ini.. akan hilang seketika."

Profesor itu hanya bisa terdiam sejenak melihat serta mendengar perkataan yang tidak ingin didengarnya.

"...."

Di lab—Rin dan Profesor berdiri sambil melihat ke NR-C yang masih belum selesai di kembangkan serta tidak bisa diaktifkan. Profesor pernah berkata bahwa NR-C akan bisa digunakan dalam kurun waktu dua hari.

Tapi apakah Rin peduli akan hal itu? Tentu saja tidak! Karena yang ia inginkan hanyalah untuk melihat NR-C dari dekat.

"Keren sekali~, sungguh robot yang keren!"

Mata profesor menyipit, lalu dengan nada yang khawatir, ia bertanya pada wanita didepannya.

"Apa yang akan kau lakukan...?"

Rin menyeringai licik sambil menaruh jarinya di dagu.

"Setelah melihat pasti ada rasa ingin memilikinya bukan?"

"Apa?! Jangan coba-coba untuk—"

Sebelum mencoba menghentikan Rin, Sebuah tembakan energi mengenainya hingga terhempas ke belakang dan terhentak ke tembok dan akhirnya terbaring tak sadarkan diri.

Rin terkejut melihat itu, itu bukanlah serangan darinya.

"...?!"

Saat menyadari bahwa tembakan itu berasal dari belakangnya, kemudian ia menoleh kebelakang dan melihat Orion yang memegang pistol yang menodong pada arah profesor tadi.

"Orion. Kau sudah beres mendapatkan arsip-arsip ketiga Revolt itu."

Orion menurunkan pistolnya, lalu melangkah mendekati Rin.

"Lava, Delacizer, serta Dandera Revolt. Tentu saja aku mendapatkannya. Walau ditengah itu, harus menghabisi satu nyawa hingga kehilangan satu life point."

"Oh? Kalau begitu, mari kita bawa robot ini. Dan segera lakukan ritual penggabungan, untuk menggabungkan ketiga Revolt, menjadi 'Synthosizer Revolt'."

"Tunggu! Bagaimana dengan tumbalnya?"

Rin pun cekikikan lalu menjelaskan situasi sebelumnya meskipun demikian tidak sepenuhnya detail.

"... .Ledakan terjadi ditengah kota, dan Kanuzaki berada disana. Aku yakin ia sudah mendapatkan mangsanya."

"Baiklah. Segeralah lakukan teleportasi. Beberapa penjaga akademi sedang datang kemari."

Rin dan Orion mendekat ke robot itu, NR-C, yang masih belum aktif. Lalu Rin menghentakkan ujung tongkat sihir ke lantai dengan keras.

DUGH!

Lalu muncullah lingkaran sihir berbentuk Octagon di lantai bawah kaki mereka. Dengan cahaya berwarna ungu yang melengkapi lingkaran sihir itu — Kemudian men teleportasi mereka bertiga, di teleportasi yang mirip seperti di distorsi, yang meninggalkan cahaya-cahaya ungu yang memudar di udara.

Dan mereka bertiga, Rin—Orion—NR-C menghilang dari tempat mereka berdiri sebelumnya.

Bunyi 'bip' kemudian bersuara, itu adalah suara dari sebuah Cctv di sudut ruangan.

Setelah itu, Bu Miyamura, hayase serta beberapa penjaga akademi bersenjatakan senapan masuk kedalam lab. Kemudian berhenti setelah masuk ke dalam lab.

Beberapa penjaga akademi menyebar ke seluruh ruangan sambil waspada dengan menodongkan senapan mereka ke setiap arah untuk mengecek kondisi sekitar.

Bu Miyamura mencoba membangunkan profesor yang terbaring tak sadarkan diri di lantai.

"Profesor?! Profesor?!"

Hayase terkejut, tidak melihat adanya NR-C di lab. Matanya kemudian menyipit, mulutnya terbuka sedikit, dengan masih tidak bisa menerima keadaan saat ini.

"Apa... Yang barusan terjadi disini?"

∆∆∆

Ruang tengah di dalam gereja yang tua. Kanuzaki, berdiri di altar sambil menutup matanya.

Tapi kemudian, matanya terbuka setelah ini.

Lalu muncullah lingkaran sihir berbentuk Octagon di lantai. Dengan cahaya berwarna ungu yang melengkapi lingkaran sihir itu.

Kemudian, Suara dengungan halus terdengar, diikuti oleh gelombang energi yang mengguncang udara di sekitarnya. Dari tengah lingkaran, ruang tampak terlipat ke dalam sejenak sebelum tiba-tiba meledak seperti pecahan cermin yang menyatu kembali.

Dalam sekejap, sosok Rin—Orion—NR-C muncul di tengah kilauan cahaya. Saat teleportasi selesai, lingkaran sihir perlahan memudar, meninggalkan jejak cahaya tipis yang menghilang dalam hitungan detik.

Kanuzaki mengomentari penampilan yang ditunjukkan oleh mereka di belakangnya.

"Pertunjukan yang bagus... Kalian."

Kemudian Orion berteriak untuk menyangkal kata-kata dari Kanuzaki.

"Apanya yang pertunjukan yang bagus? Kau seharusnya tidak meninggalkan kami sebelum mendapatkan robot tumbal ini! Bukannya itu yang ada di rencanamu!"

"Oh? Tumben sekali, kau mengerti dengan rencana yang ku buat."

"Tsk. Jika tidak karena harus melakukan pembangkitan Synthosizer, aku tidak akan melakukan rencana bodoh mu ini."

Kanuzaki tertawa.

"Ha ha ha... Luar biasa!"

Rin cekikikan kecil, lalu bertanya pada Kanuzaki mengenai ritual penggabungannya.

"Fufufu~, Kalau begitu, Kanuzaki. Kapan kita akan melakukan ritualnya? Kau sudah mendapatkan tumbalnya kan?"

"Tentu saja. Darah dari seorang manusia berdimensi lebih tinggi. Aku sudah mendapatkannya."

Rin tersenyum mendengar kabar baik itu, lalu Kanuzaki meneruskan perkataannya.

"Dan untuk ritualnya, kita lakukan dalam waktu dekat. Ritual akan dilakukan berdekatan dengan hari gerhana matahari. Yang berarti... Kita akan melakukannya besok."

"Baiklah~"

Setelah itu, mata Kanuzaki tertuju pada sesuatu yang ada di belakangnya.

Sesuatu tersebut, adalah seseorang yang memakai baju seragam Akademi. Sambil berlutut, Kedua tangannya terikat di oleh kedua rantai keatas.

Ia nampaknya pingsan, tidak sadarkan diri di tempat yang mungkin seharusnya tidak ia datangi.

Ia adalah... Rezon.

Tidak peduli mau dilihat dari manapun, ia tetaplah Rezon. Setelah Kanuzaki menggunakan Mega tranformation, itu adalah sebuah kesalahan, faktanya Rezon tidak berubah menjadi Revolt.

Karena memang Rezon bukanlah makhluk rendah yang dapat menjadi Revolt secara utuh.

Akibat kesalahan itu, ledakan akhirnya terjadi di kota karena tidak bisa mengubah tubuh Rezon menjadi seorang Revolt. Namun sepersekian detik sebelum terjadinya ledakan besar, Kanuzaki menggunakan Unimagica: Teleportation untuk melakukan teleportasi agar bisa menghindar dari dampak ledakannya.

"Makhluk multidimensi... Kenapa aku baru mengetahuinya sekarang."

∆∆∆

Di lab, Hayase serta Bu Miyamura masih kebingungan dengan keadaan yang baru saja terjadi tanpa sepengatahuan mereka.

"Apa yang sebenarnya baru terjadi disini?"

Ditengah itu kebingungan itu, Bu Miyamura memanggil Hayase untuk melihat sesuatu sambil menunjuk ke arah sesuatu.

"Tachibana—Chan. Lihatlah."

"Eh?"

Hayase menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Bu Miyamura, Ternyata ke arah sebuah Cctv di sudut ruangan.

"Benar!"

Di bridge yang sudah hancur, masih memiliki satu monitor yang bisa menyala dengan baik, meski di layarnya nampak hampir diambang batas, alias hampir retak.

"Tayangkan rekaman cctv di ruang lab."

"Baik."

Setelah mendengar perintah dari kaptennya, rekaman cctv di lab ditampilkan pada monitor raksasa yang tersisa di bridge.

Menampilkan rekaman video yang tadi terjadi di lab.

Seorang wanita sedang berbicara dengan profesor, lalu tiba-tiba profesor itu terhempas kebelakang akibat tembakan dari seseorang laki-laki yang membawa pistol. Dari mata mereka yang melihat, ternyata itu adalah Orion.

Sehingga membuat Hayase serta yang lainnya terkejut.

"...?!"

"Profesor..?"

"Gunakan mode untuk mendengarkan pembicaraan mereka."

"Baik."

Kemudian, rekaman cctv itu memiliki suara dari mereka yang terekam kamera.

"Orion. Kau sudah beres mendapatkan arsip-arsip ketiga Revolt itu."

Orion menurunkan pistolnya, lalu melangkah mendekati wanita itu.

"Lava, Delacizer, serta Dandera Revolt. Tentu saja aku mendapatkannya. Walau ditengah itu, harus menghabisi satu nyawa hingga kehilangan satu life point."

"Oh? Kalau begitu, mari kita bawa robot ini. Dan segera lakukan ritual penggabungan, untuk menggabungkan ketiga Revolt, menjadi 'Synthosizer Revolt'."

"Tunggu! Bagaimana dengan tumbalnya?"

"... .Ledakan terjadi ditengah kota, dan Kanuzaki berada disana. Aku yakin ia sudah mendapatkan mangsanya."

"Baiklah. Segeralah lakukan teleportasi. Beberapa penjaga akademi sedang datang kemari."

Wanita serta Orion mendekat ke robot itu, NR-C, yang masih belum aktif. Lalu wanita itu menghentakkan ujung tongkat sihir ke lantai dengan keras.

Lalu muncullah lingkaran sihir berbentuk Octagon di lantai bawah kaki mereka. Dengan cahaya berwarna ungu yang melengkapi lingkaran sihir itu — Kemudian men teleportasi mereka bertiga, di teleportasi yang mirip seperti di distorsi, yang meninggalkan cahaya-cahaya ungu yang memudar di udara.

Dan mereka bertiga menghilang dari lab.

Setelah itu, Bu Miyamura, hayase serta beberapa penjaga akademi bersenjatakan senapan masuk kedalam lab. Kemudian berhenti setelah masuk ke dalam lab.

Bu Miyamura kebingungan dengan nama Revolt baru ini.

"Synthosizer...?"

"Synthosizer Revolt."

Tiba-tiba suara muncul dari belakang mereka. Sontak Hayase dan Bu Miyamura serta yang lainnya disana menoleh kebelakang.

Suara itu berasal dari Profesor yang terluka tapi mencoba untuk menahan rasa sakitnya.

"Profesor?"

"Apa yang kau tahu mengenai Revolt ini, Profesor?"

Pada momen selanjutnya, Di layar monitor menampilkan sebuah gambar dari gulungan.

Tergambar jelas bahwa Synthosizer Revolt adalah Revolt yang pernah muncul pada jaman dahulu kala.

"Revolt yang dibahas oleh mereka adalah Synthosizer Revolt. Revolt ini adalah Revolt yang muncul pada jaman dahulu kala di di Lucis, para kesatria terdahulu perang melawan satu Revolt ini. Tetapi, mereka kalah dalam pertempuran pertama, Lalu menang di pertempuran kedua.

"Mereka menang dengan cara menggunakan senjata yang memiliki dimensi serupa yang lebih tinggi."

"Huh? Apa yang dimaksud dengan dimensi yang lebih tinggi?"

"Karena, wujud yang dilihat oleh manusia jaman dahulu, berbeda dengan yang sebenarnya. Yang bahkan tidak ada yang tahu mengenai itu."

Hayase serta yang lain terdiam mendengar fakta mengejutkan ini.

"...."

Profesor melanjutkan penjelasannya.

"Jika wujud itulah yang dilihat manusia jaman dahulu berarti tidak ada apa-apa didepan mereka."

Bu Miyamura kemudian bertanya pada profesor karema tidak mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh profesor itu tidak masuk akal.

Jika wujudnya tidak ada, kenapa ia ada disana?

"Tidak ada apa-apa? Tapi itu ada disana."

Profesor mencoba untuk menjelaskan kembali gagasan utama dari apa yang ia jelaskan tadi.

"Maksudku, Benar-benar tidak ada, Nol. Hampa. Wujud yang kalian lihat di gambar adalah wujud dari indra manusia yang hanya bisa melihat informasi yang kurang.

"Dia adalah perwujudan kehampaan jiwa dari ketiga Revolt yang sudah ada di dalam tubuhnya, dengan dimensinya lebih dari hanya sekedar tiga dimensi saja. Bisa kita anggap bahwa ia berada di dimensi yang tidak bisa disentuh oleh manusia biasa.

"Karena itulah kesatria terdahulu menggunakan semacam senjata yang memiliki dimensi serupa dengan Synthosizer Revolt."

Penjelasan itu cukup membuat otak Bu Miyamura berputar liar.

"...Uhh."

Hayase menyentuh dagunya, berpikir sejenak, lalu berbicara didalam hatinya.

(Ini gawat. Mereka ingin melakukan ritual untuk menggabungkan kembali ketiga Revolt menjadi satu Revolt yang sangat kuat. Jika itu terjadi, situasi akan semakin kacau. Sekarang tidak bisa mengandalkan kemampuan dari Nathan sedangkan ia juga masih berada di pulau seleksi. Haa...)

———

Di kota, Samasaki berdiri di atas trotoar yang kotor serta sedikit retak, Matanya menelusuri sekeliling, memperhatikan dengan seksama bangunan-bangunan yang sepi dan jalanan yang kosong. Ia sedang mencari sosok Rezon… dan pria asing misterius yang sempat muncul bersamanya—keduanya menghilang begitu saja setelah ledakan hebat tadi.

Dengan pelan, Samasaki menaruh jari telunjuknya di bibir, berpikir sejenak, lalu mencoba mengingat kejadian barusan.

(Apa yang sebenarnya terjadi barusan? .... Ledakan... Lalu para Revolt musnah seketika. Dan kemudian—mereka berdua menghilang begitu saja?)

"Itu aneh." ucapnya lirih, dengan nada curiga yang tenggelam dalam keadaan kota yang sunyi.

Ditengah kecurigaan di kota yang sunyi akibat ledakan tadi, suara laki-laki yang berkata...

"Itu memang aneh."

Terdengar di kuping Samasaki, hingga kebingungan sejenak. Matanya melebar sebentar, lalu berputar, menoleh kebelakang dengan spontan.

Ia melihat sosok laki-laki yang memiliki dua tanduk biru dikepalanya, rambutnya hitam dengan biru di bagian depan rambutnya, mengenakan kemeja hitam yang di tutupi dengan jas Diver Series Academy.

Ia seharusnya tidak melihatnya ada disini karena ia seharusnya berada di suatu pulau di Kasia Tropicslands—lebih tepatnya di pulau seleksi, tapi itu benar adanya.

Melihatnya Samasaki seketika terkejut.

"Isurugi..?!"

Ya. Isurugi Nathankato, berada tepat di depannya.

"Apa yang kau lakukan disini? Bukannya kau..."

"Lupakan salamnya lalu jelaskan mengenai sebenarnya apa yang terjadi disini."

Beberapa menit kemudian...

Di bridge yang sudah hancur.

Hayase—Samasaki—Bu Miyamura—Profesor beserta Nathan yang muncul entah darimana.

Nathan dijelaskan mengenai semua kejadian setelah ia berangkat menuju ke Kasia Tropicslands.

Mulai dari pria yang datang bersama Revolt dengan jumlah yang banyak—Dua orang mencuri robot NR-C—Pertarungan antara Rezon melawan pria itu yang akhirnya menyebabkan sebuah ledakan besar di kota dan Rezon beserta pria itu yang segera menghilang—Revolt yang musnah seketika akibat ledakannya dan kejadian-kejadian lainnya.

Itu semua adalah tragedi, tetapi Nathan mengerti akan situasinya.

"Jadi begitu. Lalu bagaimana dengan Rezon? Kenapa dia bisa menghilang beserta dengan pria mencurigakan itu?"

"Untuk itu, kami masih belum mengetahuinya. Asumsiku adalah, pria itu yang menusuk Tsurugi menggunakan Unimagica Teleportation sepersekian detik sebelum ledakan terjadi."

"Sial. Coba aja gua datang lebih cepet."

Hayase menutup matanya secara santai dengan berbicara santai pula.

"Yah ini adalah tragedi yang tidak bisa diperkirakan akan terjadi. Yang sekarang kita bisa hanyalah mencoba untuk bertahan sampai bantuan datang dari kerajaan. Nah sekarang, giliranmu untuk bercerita."

Nathan sontak terkejut mendengarnya, 'apa yang dimaksud aku harus bercerita?' kata tergambarkan dari wajahnya.

"Apa?"

"Kami sudah bercerita mengenai kejadian dan situasi yang ada disini. Sekarang giliranmu untuk menceritakan kejadian yang terjadi di pulau seleksi."

Setelah paham. Nathan, disini mencoba menceritakan kembali kepada mereka mengenai kondisi di polisi serta mengapa ia bisa ada disini.

"Hm.. gimana ya, Intinya. Pulau seleksi tempat latihan masuk di selenggarakan, kehilangan arsip-arsip penting yang berharga milik akademi, Divisi-divisi yang kalah hanya oleh satu orang.

"Kaminaga Orion. Hanya dengan bermodalkan satu kapak besarnya dapat membuat Divisi utama setiap negara seperti tidak ada harga diri."

Ditengah Nathan yang mulai menjelaskan dengan perlahan-lahan. Bu Miyamura mencoba menghentikan langkahnya.

"Tunggu! Bagaimana denganmu yang kehilangan satu life point saat melawannya?"

Sementara, Samasaki terkejut mendengar hal yang baru ia dengarkan sekarang.

"Apa?! Isurugi kehilangan satu life pointnya..?!"

Tanpa memperdulikan perkataan dari Samasaki, mulut Nathan kembali melontarkan pernyataan.

"Tidak hanya gua yang kehilangan satu life point, di momen sebelum itu, gua sekarang gak bisa menggunakan Creations untuk menciptakan Gunsword Semi Burst. Akibat ia yang tidak hanya membekukan Gunsword ku tapi hingga aku tidak bisa menciptakannya kembali."

"Apa?"

Nathan menghela napasnya lalu berbicara kembali setelah melakukannya.

"Haa... Entah apa yang ia gunakan saat menggunakan Blizzaraga. Yang jelas sekarang adalah, gua gak bisa menggunakan Gunsword lagi untuk sementara waktu."

Setelah Nathan beres menjelaskan panjang lebar, Samasaki kemudian bertanya hal yang mengganjal pikirannya dari semenjak ia muncul di belakang tadi.

"Lalu... Bagaimana cara kau berada di sini dalam sekejap? Padahal buat sampai ke pulau seleksi saja butuh beberapa hari. Kok bisa sih kau sampai disini dengan cepat?"

"Sebenarnya..."

Nathan menggaruk kepalanya, dengan canggung mulai berbicara. Lalu berhenti menggaruk setelah beres berkata.

"... Setelah gua mati dan Kehilangan satu Life point, gua bangun di tempat tidur di kamar asramaku."

"Hah? Kok bisa?"

"Gatau, jangan tanya gua."

"Lalu bagaimana dengan pedang besar yang kau gunakan?" tanya Hayase.

Tidak seperti yang lain nampaknya, Hayase memperhatikan bahwa senjata yang digunakan oleh Nathan bukanlah Gunswordnya melainkan sebuah pedang besar berwarna perak.

Setelah bertanya, Nathan menjawab pertanyaan dari Hayase.

"Oh, itu adalah pedang milik Rezon yang ku ciptakan dengan Unimagica Creations."

Hayase seketika terkejut mendengar itu.

Pada pagi hari tadi, Hayase menjelaskan alasannya mengenai kenapa Nathan di kirim ke pulau seleksi untuk menjalani latihan masuk untuk masuk ke divisi.

Miracle memiliki kemampuan yang unik dibanding Diver lain. Terlihat ketika Nathan memanggilnya, Diver-nya tidak langsung memberi senjata pada penggunanya, melainkan harus menggunakan Unimagica: Creation Untuk menciptakan senjata.

Benar. Miracle tidak terpaku pada satu senjata saja, karena ia adalah Diver bertipe Penyihir yang bergantung pada sihir.

Itu hanya kebohongan semata. Alasan yang sebenarnya masih belum ia kasih tahu kepada semua orang. Itu adalah alasan pribadi.

Tapi Ia tidak menyangka, alasan mengapa ia mengirim Nathan untuk masuk ke dalam Divisi yang seharusnya hanyalah kebohongan semata menjadi kenyataan.

(Sebuah alasan yang bohong semata... Menjadi alasan yang terjadi di kenyataan tanpa sebab. —Aku suka itu.)

"Isurugi, masih ada satu hal yang cukup mengerikan."

"Huh?"

"Mereka berencana melakukan ritual pembangkitan Synthosizer Revolt."

"Synthosizer Revolt...?"

Kemudian, Nathan dijelaskan mengenai Synthosizer Revolt secara rinci.