TANG!
Rezon menangkisnya dengan Saga CoreBladenya, percikan energi menyala di udara.
Tanpa peringatan, Orion mengayunkan kapaknya, menciptakan gelombang energi pekat yang menghantam Rezon, memaksanya mundur beberapa langkah.
Namun, Rezon segera membalas dengan mengayunkan pedangnya, menciptakan tebasan cahaya yang membelah tanah di antara mereka.
Orion menggerakkan kapaknya kedepan, mencoba untuk menahan diri dari gelombang tebasan cahaya yang membelah angin serta tanah di antara mereka.
Tapi itu hanya membuatnya meluncur mundur untuk sementara.
“Waktunya mengakhiri!”
“Tsk.”
Orion yang membawa kapak besar, kapak dari Ambition Divernya, seperti melancarkan sebuah serangan, ayunan kapaknya nampak cukup kuat.
sedangkan Rezon mengangkat Saga CoreBladenya ke arah kanan atas.
Kedua Saga CoreBladenya bercahaya hijau yang terang. Angin-angin di sekitar mereka berdua menjadi tak santai.
Kemudian, dengan cepat Rezon mengayunkan Saga CoreBladenya, menciptakan tebasan cahaya berwarna hijau yang membelah tanah di antara mereka.
Bersamaan dengan itu, Kapak Orion menciptakan sebuah sayatan yang dikelilingi oleh sebuah energi-energi merah membara, yang mengarah ke Rezon.
Tebasan cahaya itu mengarah pada satu sama lain, menghindari sekitar dengan cahaya mereka.
Namun ternyata...
Tidak sesuai keinginan dan ekspektasi, kedua tebasan cahaya itu tidak berbenturan di udara. Cahaya itu hanya lewat semata dengan cahaya yang mengarah padanya.
Mata Rezon dan Orion terbelalak, terkejut melihat itu.
Dan pada akhirnya, tebasan cahaya hijau mengenai tubuh Orion.
“Ack!”
Bersamaan dengan sebuah sayatan yang dikelilingi oleh sebuah energi-energi merah membara mengenai Rezon.
“Argh...!”
Tebasan dan sayatan berbasis energi dari kedua senjata mengenai musuh mereka. Tubuh mereka bercahaya sementara dengan masing-masing warna dari serangan yang mengenainya.
Rezon dan Orion, tubuh mereka menjadi tidak stabil. Pada akhirnya, mereka berdua terjatuh.
“Nggh... Uhh..”
Rezon kemudian menoleh ke kanan, melihat Nathan yang masih bertarung melawan Synthosizer Revolt.
“Huh... Aku mengandalkanmu, Nathan..”
Nathan menggunakan Twin Lance Sword-nya, berlari kedepan. Ia menekan pelatuknya lumayan lama, kemudian dua Gunsword atau Twin lance swordnya bersinar terang warna merah.
Nathan mengayunkan senjatanya itu kebawah.
“HUAAA!”
Dengan cepat ditangkis oleh cakar logam panjangnya, dan sekali lagi membuat percikan diantara keduanya serta kilatan cahaya yang meredup di udara.
Nathan menahan posisinya, kemudian dengan sekuat tenaga terus menggerakkan tangannya kedepan, sehingga Twin Lance Sword-nya juga akan mengikuti gerakan dari tangannya.
“HAAA!”
Tidak dapat menahannya terlalu lama, seakan cakarnya memiliki nyawa. Satu bagian dari cakar logam panjangnya kemudian retak secara cepat, dengan pecahan-pecahan kecil besinya berhamburan.
Sekarang tubuh Synthosizer juga tidak bisa terlalu bertahan di posisinya. Sehingga tubuh Synthosizer Revolt meluncur mundur dari tempat ia berdiri sebelumnya.
Belum sempat mengamati keadaan, Nathan, Dia Menekan pelatuknya lumayan lama kemudian mengayunkan Twin Lance Sword-nya secara vertikal di kiri dan kanan dengan berurut serta cepat, lalu melaksanakan tebasan secara melengkung.
Menyebabkan damage yang lumayan membuat dampak di tubuhnya.
“Aahhh..!”
Hingga akhirnya Synthosizer Revolt kembali terhempas, namun sayapnya sefrekuensi dengan pikirannya.
Ia menggunakan sayapnya untuk menahannya dari hempasan gelombang tebasan cahaya yang dihasilkan oleh senjata Nathan. Synthosizer terbang dengan sayapnya yang terus mengepak untuk menahan tubuhnya.
Nathan menghentakkan kakinya ke tanah, menciptakan ledakan debu kecil di sekitarnya. Dalam sekejap, tubuhnya melompat sangat tinggi ke udara.
Hingga hampir mencapai ketinggian dari Synthosizer Revolt, Synthosizer Revolt nampak terkejut melihatnya.
“Ngghh...?!”
Nathan mengayunkan Twin Lance Sword-nya secara horizontal.
“HAAA!”
Memotong lengan kanannya serta cakarnya, terputus dari badannya.
“ARRRGGH!”
“Kau tidak akan bisa menghentikan tubuhku! HUAA!”
Tidak hanya lengannya, serangan tebasan secara horizontal itu disusul dengan serangan dadakan kepada kedua sayapnya, memotong keduanya hingga hancur berkeping-keping.
Sehingga keseimbangan tubuhnya menjadi tidak seimbang sama sekali, bahkan menyebabkan ia akan jatuh ke bawah.
Tidak cukup sampai disitu, Nathan masih bisa melakukan serangan beruntun, ia menggerakkan twin lance swordnya keatas lalu dengan cepat mengarahkannya ke bagian perut Revolt didepannya.
Kemudian, menggerakkan tangannya hingga membuat tebasan melengkung di perutnya, sehingga menyebabkan gelombang yang membuat Synthosizer terhempas.
Melayang dengan cepat di udara hingga akhirnya menghantam tanah dengan keras, menciptakan debu-debu di tanah yang ia hantam.
Melihat itu, cukup membuat Rezon dan Orion terkejut serta tak bisa berkata-kata.
“...”
“....?!”
Rezon menoleh dengan cepat kearah Nathan.
Nathan berpijak ke batu yang melayang, menekan kedua pelatuk dari kedua Gunsword yang sudah digabung secara lumayan lama.
Twin lance swordnya bercahaya biru yang terang hingga menyinari setiap bagian bayangan di sekelilingnya, hingga menciptakan juga angin yang meliuk-liuk mengikuti cahayanya yang berputar mengelilingi tubuh Nathan.
Nathan mengangkat tangannya keatas, lalu menyebutkan nama miracle dengan santai.
“Miracle.”
Partikel-partikel biru indah yang berterbangan di udara, membuat tubuh makhluk alias Diver milik Nathan: Miracle.
Sekuens kemunculan dari miracle yang pasti terjadi jika memanggil Diver masing-masing.
Nathan menghela nafasnya.
“Haa ... Miracle: Squash.”
— Squash —
Miracle, mengangkat tangannya. Lingkaran sihir berwarna biru muncul di atas dan di bawah tubuh Synthosizer Revolt yang sekarang berada di tanah.
Kemudian, menembakkan sebuah energi yang dihasilkan dari lingkaran sihir yang seperti mengekang tubuh Synthosizer.
Dengan kesempatan itu...
Nathan menaruh Twin Lance Sword-nya di atas, dengan beberapa jarak dari kepalanya.
“Kembalilah tidur, Synthosizer!”
Nathan menghentakkan kakinya ke tanah, menciptakan ledakan debu kecil di sekitarnya. Dalam sekejap, tubuhnya melompat sangat tinggi ke udara.
Melayang dengan kecepatan yang tinggi, untuk mencapai Synthosizer yang berada di dekat tebing.
Setelah mencapai jarak tertentu..
Nathan mengayunkan Twin Lance Sword-nya kebawah secara vertikal, membuat sebuah cahaya melengkung menabrak tubuhnya. Sampai membuat dampak di tubuhnya seperti sayatan di bagian dadanya.
“HUAAAA!”
“Uh argh!”
Setelah Nathan mendarat dengan mulus, ia melaksanakan serangan kedua. Ia melanjutkan tebasan kedua yang dilakukan secara melengkung.
“SORIAAA!”
“Uhh Arrggh!!”
Nathan berhenti di depannya, lalu melompat atau meluncur menjauh dari tempat Synthosizer.
Energi-energi biru terus seperti masuk kedalam tubuh Synthosizer secara tak santai.
“AARRGGH!!!”
Kemudian, tubuh Synthosizer Revolt mengalami penekanan energi yang terlalu berlebihan, membuat ledakan energi yang sangat besar yang menyebar ke seluruh area.
Orion—Nathan—Rezon tidak bisa menghindar dari ledakan itu.
Membuat suara yang memiliki frekuensi suara yang sangat tinggi sehingga menggema di seluruh tempat.
Bahkan menyebabkan crash di earphone yang Nathan pakai, sehingga Hayase dan yang lainnya yang berada di bridge juga mendengar suara yang tinggi tapi putus-putus.
Hayase yang masih duduk bersandar di kursinya, Samasaki yang mendengarkan juga merasakan adanya sesuatu yang tidak beres terjadi di tempat Nathan sekarang.
“Apa yang ... Sebenarnya ... terjadi disana, Kepala sekolah?” ucap Samasaki. Dengan kata-kata yang sedikit terputus-putus.
“Frekuensi suaranya terlalu tinggi, menyebabkan gelombang suara yang cukup untuk membuat beberapa alat canggih didekatnya menjadi tidak berfungsi dengan baik ... . Apakah ... Terjadi ledakan disana?”
Tidak diketahui oleh mereka Nathan, tenggelam di dalam air yang gelap, cahaya hanya ada di permukaan laut tersebut.
Ia tidak mencoba untuk bergerak menyelamatkan diri alias berenang ke permukaan, bergerak sedikitpun tidak ia lakukan.
Jika ia sekarang kehabisan nafas maka Anima yang ia bawa jelas-jelas akan pecah, jika habis — Life pointnya lah yang menjadi taruhan.
Matanya tertutup, sedangkan rambut serta dasi dan bajunya yang mengarah keatas akibat jatuh secara pelan kedalam laut.
Ia kemudian membuka sedikit bola matanya, melihat sesosok siluet seseorang yang nampak seperti mengulurkan tangannya kearah Nathan. Di atas permukaan air, setiap batu yang tadinya melayang di udara, mulai jatuh ke laut.
Di permukaan laut itulah, air mulai tidak santai, kemudian, Rezon yang membawa Nathan keluar dari lautan untuk bernafas.
“Hah ... Hah.”
Tangan Nathan berada di pundak Rezon, dengan masih tak sadarkan diri.
“Bertahanlah sobat.”
Lalu Rezon mencoba berenang sekuat tenaga untuk mencapai ke daratan dengan membawa Nathan. Setelah mencapai daratan yaitu di pantai dekat tebing tempat ritual pembangkitan Synthosizer Revolt dilakukan, tubuh mereka kemudian ambruk akibat kelelahan.
Nathan batuk-batuk, mencoba untuk bernafas. Mengeluarkan air-air yang masuk kedalam tubuhnya akibat tenggelam yang menyebabkan paru-parunya tergantikan oleh air dan menghentikan pernafasan.
Sedangkan Rezon terengah-engah sambil duduk di pantai dekat tebing.
“Hei Nathan ... Kau tidak bisa berenang ya.”
Dengan terengah-engah juga, Nathan membalas.
“Setelah aku tenggelam di laut saat masih kecil, hingga membangkitkan Leviathan ... Itu cukup membuatku mengalami trauma akan lautan.”
Nathan kemudian batuk setelah berkata.
“Hei, hei. Kau baik-baik saja?” tanya Rezon.
“Ya.”
Rezon pun tersenyum tipis kearah Nathan dengan seperti mengucapkan selamat kepadanya.
“Kau berhasil, Nathan.”
Nathan membalasnya dengan tersenyum tipis juga.
“Ayo, kita harus pergi dari sini.”
Rezon kemudian menaruh tangan Nathan dipundaknya untuk membantunya berjalan. Lalu mereka pun berjalan menuju ke arah hutan.
Kemudian, mereka cukup terkejut melihat dampak dari ledakan luar biasa, ledakan yang disebabkan oleh Synthosizer Revolt yang membuat tebing tinggi itu hancur, beberapa pohon terbakar, dengan tersisa di tempat itu hanyalah pinggirannya saja meski masih terkena dampaknya.
Air laut juga nampak tidak tenang dengan kejadian barusan, ombaknya menghantam tanah.
Nathan dengan terengah-engah pelan, melihat dampak itu dengan tatapan yang cukup syok dengan ledakan yang terjadi.
“Ayo.”
“... . Ya.”
Rezon pun membawa Nathan berjalan pergi meninggalkan tempat itu.
Tapi sebelum itu, tubuh Nathan mengalami sebuah aktivitas yang aneh, tubuhnya seperti mengalami gangguan atau glitch sebentar.
“Eck!”
“...?”
Tanduknya juga mengalami gangguan yang serupa, kemudian warnanya kembali lagi menjadi biru setelah berubah menjadi hijau ditengah-tengah pertarungan tadi.
“Kau tidak apa-apa, Nathan?”
“...? Ya ... Entah kenapa ... Gua merasakan ada sesuatu yang menghilang lalu kembali lagi ke tubuhku.”
“Begitu ya ... . Yaudah, lebih baik sekarang kita kembali ke kota. Tidak jauh kan?”
“Tidak jauh? Apa maksudmu? Kita sekarang berada di Stellaric Woodlands loh. Negeri bangsa elf serta manusia dengan ras hewan.”
“Apa?! Bagaimana bisa kita ada disini? Aku pikir mereka menggunakan Galar untuk melakukan ritual.”
“Mereka pandai dalam memilih tempat, Stellaric Woodlands dulunya tempat bangsa elf, tapi mereka menghilang setelah membantu manusia di pertempuran besar melawan Revolt pada abad ke sembilan belas.
“Kini, bangsa elf tidak diketahui menghilang kemana. Tapi yang jelas, di seluruh penjuru tempat, diselimuti oleh energi-energi yang mistis.
“Wajar saja jika mereka memiliki tempat ini.”
“Sepertinya kau benar. Tapi sekarang beberapa bagian dari wilayah Stellaric Woodlands, kini hancur akibat ledakan Revolt itu.”
“Sepertinya ... Jika bangsa elf masih ada di sini, mereka mungkin akan menyalahkan manusia akibat ledakan yang terjadi secara tiba-tiba disini.”
“Jikalau begitu, keadaan akan menjadi buruk dong.”
“Tepat sekali.”
Rezon kemudian melihat gaya rambut Nathan yang cukup berbeda dari biasanya, entah kenapa ia baru menyadarinya sekarang.
Kemudian, sambil mereka berjalan, Rezon bertanya pada Nathan.
“Ngomong-ngomong, lu merubah gaya rambut lu?”
“Bukan gua sih yang ngerubah, tapi kak Sayumi.”
“Begitu ya.”
Setelah percakapan yang terjadi secara alami tersebut, keduanya diam-diam saja tanpa basa-basi.
Setelah momen hening serta canggung itu, Nathan merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya. Kemudian ia bertanya pada Rezon mengenai hal ini.
“Hei rezon.”
“Hm?”
“Apakah ... kau merasakan adanya sesuatu yang tidak beres?”
Rezon mengiyakan perkataan dari Nathan, karena ia juga merasakan hal yang sama.
“Ya.”
Kemudian tubuh mereka ambruk dengan mata mereka yang perlahan menutup saat akan terbaring tak sadarkan diri di tanah.
Terbaring di tengah hutan akibat kelelahan, tapi bukannya itu ide yang cukup buruk untuk pingsan di tempat yang tidak terlalu mereka kenali?