Chapter 15 Secret (3)

Setelah Luna kehilangan pandangan Wim dan Art di lorong sejarah, Ia mulai mencari lagi mereka

Lorong demi lorong telah ia lalui.

Ia memeriksa lorong artefak sihir. Kosong. Ia melewati lorong kronologi perang . Tak ada tanda-tanda. Lorong elemental? Tak juga

Luna mulai kehabisan napas. Napasnya teratur namun berat. Suara langkah sepatunya bergema lembut di lantai kayu yang mengilap

Tap… tap… tap…

Namun sosok Wim dan Art tetap tak ia temukan.

Luna:' Kemana mereka pergi? ' pikirnya dalam hati

Ia berdiri di tengah lorong, menatap kosong rak-rak buku yang hening. Mahasiswa lain berlalu-lalang, tenggelam dalam dunia mereka masing-masing.

Akhirnya, Luna menghela napas panjang

Luna:" Haaaah... Sepertinya aku kehilangan mereka"

Saat ia berpikir seperti itu, Luna mulai membalikkan badannya, bersiap untuk meninggalkan perpustakaan

Tiba-tiba...

BOOM!

Luna:" Uwaah!"

Wim dan Art muncul tepat di hadapannya. Luna terkejut bukan main. Tubuhnya mundur refleks beberapa langkah…

Slip!

Luna:' A... aaah'

Tumit sepatunya terpeleset, kehilangan keseimbangan. Tubuhnya mulai miring dan terayun ke belakang. Bersiap untuk jatuh mencium lantai, sementara dunia seolah terlihat melambat

Tap!

Sebuah tangan menangkapnya erat

Wim menggunakan tangannya untuk menggenggam erat tangan kiri Luna.

Tangan kiri Luna terpegang erat oleh tangan Wim. Keduanya terdiam sesaat dalam posisi canggung, mata mereka bertemu sejenak

Wim:" Whoa, itu nyaris saja! " Ujarnya

Wajah Luna terlihat sedikit memerah, lalu ia mulai perlahan menarik napas dan berdiri tegak lagi

Dug dug dug…

Meski sudah berdiri tegak, entah kenapa jantung Luna berpacu cepat, mungkin karena nyaris jatuh

Luna:" Uh… t-terima kasih…" Gumamnya, pelan, dan agak gugup

Wim hanya bisa tersenyum santai

Wim:" Santai aja. Lagian… kalau kamu mau tahu sesuatu dariku, tinggal tanya langsung. Enggak perlu menguntit kayak hantu "

Art:" Iya, betul! " seru Art

Luna seketika tersentak kaget. Ia mundur setengah langkah, matanya membelalak

Luna:" Eh... K-kau tahu...Tapi bukankah kau tidak bisa sihir? "

Wim menjawab dengan wajahnya yang santai

Wim:" Tentu saja, tapi bukan berarti aku nggak bisa punya kemampuan lain"

Wim:" Aku lihat kamu bertingkah gerak-gerik agak aneh pas pelajaran sejarah tadi. Kamu kayak… terlalu fokus ke aku, bukan ke papan"

Sebenarnya alasan kenapa Wim bisa tahu Luna sedang memperhatikannya adalah karena ia merasakan adanya hawa mana yang sedang memperhatikannya lewat skill Mana Detection nya. Tapi Wim merahasiakan ini, karena skill Mana Detection merupakan sistem yang hanya ada di dalam game, dan tidak ada di dunia ini

Sementara itu, Luna terdiam. Ia memalingkan wajahnya sedikit, menunduk. Merasa bersalah

Luna:" J-jadi... Kau memang tahu aku sedang memperhatikan kamu...? " gumamnya nyaris tak terdengar

Luna:' Padahal, ia saja tidak bisa sihir' pikirnya

Ia tidak pernah berpikir sejauh, fakta hanya karena Wim tidak bisa menggunakan sihir. Maka akan sangat mudah bagi Luna untuk memata-matai nya tanpa ketahuan

Wim yang tidak mendengar gumam itu, tapi ia melihat ekspresi Luna yang terlihat bersalah

Akhirnya, ia mulai bertanya kepada Luna sambil menyilangkan kedua tangannya

Wim:" Jadi, Luna… sebenarnya kamu mau cari tahu apa sih tentang aku? Sampai segitunya kamu diam-diam menguntit ku? "

Luna terdiam sesaat...

Namun kemudian ia mulai angkat bicara, menggenggam rok seragamnya sendiri sambil menatap Wim, dengan dengan suara lembut namun serius, ia bertanya

Luna:" Aku cuma ingin tahu… bagaimana kau bisa tahu lingkaran sihir The One itu."

Wim terdiam

Luna:" Lingkaran sihir Mermaid. Lingkaran itu… sudah hilang sejak bencana besar tujuh puluh tahun lalu. Bahkan tidak tercatat dalam arsip resmi. Bahkan aku... tidak pernah melihatnya... Tapi kau menunjukkannya tadi saat pelajaran Profesor Herman "

Luna:" Darimana kamu mendapatkan pengetahuan itu? "

Seketika itu juga, Wim berkeringat dingin dari tubuhnya

Art menoleh pada Wim, ikut penasaran, seolah ingin mendengar alasan kebohongan apa lagi yang akan ia keluarkan.

Ia juga mulai menggaruk kepalanya

Ia tidak bisa menjelaskan kalau semua itu karena kacamata Art Glass game-nya

Ia harus berimprovisasi, mengarang

Kemudian ia mulai membersihkan tenggorokannya, memulai menjawab pertanyaannya tersebut

Wim:" Khhm... Hmm... kalau aku bilang... aku nemu waktu lagi nyari tisu toilet, kamu percaya nggak? "

Luna mulai mengerutkan alisnya

Luna:" ... Apa? "

Wim menahan tawa

Wim:" Yah... Jadi waktu itu aku lagi di kamar mandi, terus kehabisan tisu. Eh, nemu gulungan kertas di laci. Kukira cuma kertas catatan jelek, ternyata Olala... itu lingkaran sihir kuno yang kupakai untuk membersihkan kotoran ku. Hehe... "

Wim terkekeh kecil

KRAAA!!

Efek suara burung gagak terdengar seakan-akan dunia ikut menyesalkan lelucon tersebut

Luna diam sejenak. Ekspresinya datar, tapi kecewa

Luna:" ... Jorok"

Wim:" Eh, tapi seriusan. Kupakai itu buat bersihin eek ku"

Ia terkekeh kecil lagi. Sementara Art berputar cepat, ikut geli.

Luna menatapnya seperti batu es

Luna:" …Kenapa aku membuang waktuku bertanya? "

Wim akhirnya tertawa, meski agak canggung

Wim:" Maaf, maaf. Bercanda kok. Aku nemu diagramnya di... tempat tak terduga aja"

...

Luna akhirnya menghela napas, ia sadar ia tidak akan mendapatkan jawaban yang pasti dari Wim karena percuma saja. Tapi... ada ketulusan dalam mata anak itu

Luna:" Baiklah, kalo begitu terima kasih untuk... penyelamatan tadi. Tapi lain kali, tolong simpan informasi pentingmu... di tempat yang lebih terhormat daripada di kloset. Mengerti"

Wim:" Baik, akan kuingat itu"

Luna:" Oh iya, jangan terlalu lama di sini"

sambungnya

Luna:" Perpustakaan akan tutup "

Art:" Noted" sahurnya

Luna:" Sampai jumpa, Wim. Dan... Art"

Art:" Bye, Luna! " sapa Art dengan menggoyangkan tubuhnya atas, dan bawah

Dengan anggun dan tenang, Luna melangkah menjauh, seragam akademinya bergoyang lembut

Wim hanya mengangkat tangan kecil sambil tersenyum

***

(POV Wim)

Setelah Luna pergi, suasana hening kembali. Wim berdiri membisu, matanya menyapu buku-buku di rak.

Wim:" Fiuh... Kurasa kita berhasil menghindar dari pertanyaan sulitnya" gumamnya

Art melayang mendekat

Art:" Tapi Wim, kenapa tidak langsung beritahu dia saja sejujurnya "

Wim menghela napas

Wim:" Karena kalau aku jujur saja, gak akan ada yang bakalan percaya. Ditambah lagi aku pasti akan dikira oleh yang lain orang gila atau orang sesat"

Ia menatap ke arah tempat Luna menghilang

Wim:" Ditambah lagi, Luna itu adalah karakter yang paling tragis di Victori Shard"

Ucapannya ini bukan karena sebatas alasan saja

Dibandingkan dengan Louisa, dan Lucius. Luna adalah yang memiliki background yang tragis

Dalam game, dialah protagonis yang kehilangan segalanya. Ayahnya, Morpho Selene, pemimpin faksi StarBlue, hilang dalam Peristiwa Bunga Vulpix satu peristiwa besar yang hanya disebut lewat potongan dokumen dan side quest.

Ia dan Theresa Von Teuer, kakak Louisa, memimpin persekutuan yang mencoba menyegel roh api legendaris, Rokou, sang rubah api yang mengamuk di permukiman Elf di daerah Timur.

Mereka berhasil menyegel Rokou... namun menghilang tanpa jejak. Dan setelah itu...

... Segalanya memburuk

Keluarga Selene kehilangan posisi mereka sebagai pemimpin dari StarBlue, lalu mereka kehilangan semua status. Harta, kehormatan, kekuasaan, semua direnggut oleh keluarga-keluarga lain yang ada di faksi StarBlue lainnya

Namun Luna tetap berdiri. Ia masih menggali, menyelidiki, mengoleksi potongan-potongan dokumen tersebut di laci kamarnya yang ada di asramanya. Dalam game, terdapat tumpukan berkas dan catatan rahasia tentang peristiwa itu

Namun yang lebih mengejutkannya lagi, sekaligus spoiler besarnya dalam episode selanjutnya, yaitu episode ke-8...

Morpho Selene kembali, tapi dengan wujud yang tidak menyerupai manusia biasa. Ia berubah menjadi Demon oleh para The Hive

Itu adalah sebuah plot twist yang tidak hanya mengejutkan pemain, tapi juga bagi Luna sendiri

Wim:' Haruskah aku memberitahunya? Haruskah aku menghentikannya dari terus menggali?' pikirnya

Ia berpikir untuk menghentikan Luna dalam menggali lebih jauh tentang peristiwa tersebut. Tapi itu juga akan membuat ceritanya tidak sesuai dengan alur aslinya, serta membuat Luna tidak percaya jika ayahnya telah berubah menjadi Demon

Saat itu, Wim hanya bisa merenungkan apa yang akan terjadi pada Luna pasca episode ke 8. Ada kemungkinan ia akan keluar dari akademi, dan memulai pengembaraannya sendiri untuk mencari keberadaan ayahnya yang telah menjadi Demon, atau skenario yang lebih buruk lagi

Ia akan menjadi Demon bersama dengan ayahnya, dan jelas itu merupakan skenario yang sangat buruk, serta memungkinkan terjadinya Bad Ending

Banyak pemain yang berusaha untuk membawa kembali Luna dengan caraa apapun,namun skenarionya hanyalah ia yang pergi mengembara sendirian. Bahkan Wim juga saat ia sedang memainkan Victori Shard di komputer

Meski begitu, Luna tetaplah seorang protagonis didalam game yang kemungkinan bisa membawa Wim menuju True Ending, dan juga membawanya kembali ke dunia aslinya dengan kepintarannya