Chapter 17 Dungeon Practice (2)

(Akademi Unio-Asrama Khusus Bangsawan)

(POV Louisa)

Pagi itu di Akademi Unio...

Cahaya matahari menyelinap masuk dari celah tirai jendela kamar asrama khusus bangsawan. Sinar itu mengenai sedikit wajah dari Louisa hingga ke rambut putihnya

Louisa:" Nnngh…" ia mengerjap perlahan

Ia mulai bangkit dari tempat tidurnya, masih mengusap matanya. Meski wajahnya masih mengantuk, postur tubuhnya tetap tegak dan anggun

Ia mulai mengambil beberapa langkah menuruni tempat tidurnya, dan mulai berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar asramanya

Swoosh! (suara aliran air dari wastafel)

Louisa mulai mencuci wajahnya dengan air dingin yang menyegarkan, lalu menggosok giginya. Setelah itu, dengan cekatan ia menyisir rambutnya yang panjang dan lembut

Tidak butuh waktu lama hingga ia kembali ke ruangan utama. Saat itulah terdengar suara pelan dari pintu

Tok! Tok! Tok!

Klik!

Terdengar suara ketukan dari pintu kamar asramanya, lalu dilanjutkan dengan pintu kamar yang terbuka secara perlahan

Yuri, pelayan pribadinya masuk tanpa suara sambil mendorong meja roda kecil berisi Strawberry Sandwich dan secangkir teh hangat.

Yuri:" Selamat pagi, Yang Mulia" ucapnya datar, namun lembut

Yuri:" Sarapan favorit Anda telah saya siapkan"

Rambut hitam pendeknya rapi seperti biasa, mata kelamnya tenang, dan kedua tangannya sedang sibuk menyusun sarapan tuannya di meja

Louisa:" Terima kasih, Yuri. Kamu selalu tahu yang terbaik"

Yuri:" Tentu, Yang Mulia. Ini seperti biasa" Ia menjawab dengan tenang, sambil menunduk sopan

Louisa tersenyum kecil dan duduk di kursi jamuannya. Ia menuang teh ke dalam cangkir porselen dan menyeruputnya pelan

Louisa:" Enak seperti biasanya"

Namun tiba-tiba...

CLANNG! CLATTER!

Piring kecil dan sendok jatuh menghantam lantai. Louisa menoleh cepat

Louisa:" Yuri?! " serunya, lalu ia bangkit dari kursinya

Lengan kiri Yuri terlihat menggantung tak berfungsi. Sandwich tambahan yang ia bawa terjatuh ke lantai

Yuri:" Maafkan saya, Yang Mulia… sepertinya lengan saya kehabisan daya... seharusnya saya mengisinya lebih dulu"

Katanya tenang. Kemudian Yuri melepas lengan kiri logamnya dari soket bahu dengan gerakan yang tenang, terlihat ada sambungan sihir yang redup

Yuri:" Saya akan mengisi ulangnya, dan akan membereskan ini, juga menyiapkan bak mandi untuk Anda, segera" dengan cepat, ia mulai menaruh lengan prostetiknya di atas meja roda kecil dengan cepat

Louisa:" Tung-"

Louisa hendak bicara, tapi Yuri sudah melangkah pergi dengan cepat dan tenang, hanya meninggalkan suara roda berdecit yang mulai memudar dan aroma teh hangat dari meja makan Louisa

Keadaan disana mulai hening

...

Beberapa menit telah berlalu.

Setelah Yuri kembali dan membereskan sisa-sisa kekacauan yang ia buat, ia berjalan ke kamar mandi dan mulai mengisi bak dengan air hangat serta dengan menuangkan sabun lavender didalam bak. Uap lembut mulai memenuhi ruangan, membawa aroma menenangkan.

Louisa menanggalkan jubahnya dan perlahan masuk ke dalam bak

[Note Author: Apakah ini yang kalian inginkan 😉]

Ia masuk ke dalam air, bersandar pada dinding bak sambil menutup mata

Gulp... Splash...

Louisa:" Ahh… hangat sekali…" desahnya

Namun, di balik kehangatan itu, pikirannya mulai mengembara menuju kenangan yang tak mengenakkan

Louisa:" Ayah... " bisiknya

Ia kemudian memejamkan matanya, teringat kejadian beberapa hari lalu

Saat ketika ayahnya, Aleksand Von Teuer menyuruh Yuri untuk menyita alat komunikator sihirnya karena membicarakan Peristiwa Bunga Vulpix, lalu menghubungkannya dengan kakaknya Theresa dengan ayahnya Luna

Alasannya adalah karena dalam beberapa hari yang lalu sebelum sampai di pulau Anchorage. Luna meminta Louisa untuk mencari tahu kejadian peristiwa tersebut

(Flashback dikapal udara yang menuju Akademi Unio)

Luna:" Louisa... Aku mohon, tolong cari tahu dari ayahmu. Apa pun tentang Peristiwa itu…"

(Kembali ke masa sekarang)

Louisa membuka matanya, kembali dari lamunan. Ia menatap pantulan dirinya di air

Louisa:" Ayah... Apa yang sebenarnya terjadi pada kejadian itu...? "

Lalu...

Tok Tok Tok!

Terdengar suara ketukan pintu dari kamar mandi

Yuri:" Yang Mulia"

Ternyata itu adalah Yuri yang mengetuk pintu

Yuri:" pakaian Anda telah siap."

Louisa:" Baik, terimakasih Yuri" jawabnya

...

Hari itu adalah hari Sabtu, hari libur di Akademi Unio. Louisa mengenakan gaun kasual berwarna putih gading

Louisa:" Bagaimana penampilanku, Yuri?" tanyanya sambil berputar perlahan

Yuri:" Anggun seperti biasa, Yang Mulia" kata Yuri tanpa ekspresi, namun ada kepedulian dalam suaranya

Mereka berdua meninggalkan Akademi dan berjalan menuju kota Anchorage

***

Kota Anchorage pagi itu begitu hidup. Langit biru terang, awan putih tipis menghiasi cakrawala. Bangunan-bangunan bergaya Victoria menjulang anggun, dinding bata merah tua dan jendela kaca patri memantulkan cahaya matahari pagi

Clip clop clip clop!

Vrooom!

suara tapak kaki kuda dari kereta dan suara mobil sihir yang lewat memberikan kesan yang tidak terlalu kuno, tapi juga tidak terlalu modern

Anak-anak berlari di trotoar, seorang pemuda penjual koran berteriak

Pemuda koran:" Berita hangat! Berita hangat! Terjadi pembunuhan pada salah satu petinggi Elf di kerajaan Elf"

Warga 1:" Eh, kau sudah dengar berita hari ini. Katanya akan ada turnamen akademi yang akan diselenggarakan beberapa bulan lagi"

Warga 2:" Benarkah!? "

Sementara itu, disisi lain terlihat ada Automaton pekerja berbalut pelat baja mengangkat balok kayu besar di sebuah lokasi konstruksi, diiringi suara magitek yang berdengung

Automaton Construct:" Bzzt... Kemanakah balok-balok ini akan di pindahkan "

Pekerja:" Pindahkan ke arah sisi bangunan A4"

Automaton Construct:" Bzzt... Mengerti "

Di sisi jalan, pesulap api menghibur anak-anak dan orang tua dengan semburan bunga api yang berubah menjadi kupu-kupu bercahaya.

Anak-anak:" Keren sekali! "

Di sudut pasar, penjual rempah dan kain menjajakan dagangan mereka. Aroma roti panggang dan parfum bunga bercampur di udara.

Penjual:" Ayo semuanya, tuan-tuan dan nona-nona. Kami menjual kain yang sangat kuat dan juga awet, silahkan dibeli"

Louisa berjalan perlahan, matanya bersinar kagum

Ia melangkah anggun melewati pasar kecil, sesekali melirik ke toko perhiasan, lalu ke stan penjual buku sihir bekas. Ia tertawa kecil melihat boneka sihir yang menari-nari di rak depan toko mainan.

Louisa:" Kota ini... Terasa hidup. Benarkah begitu Yuri? " tanyanya

Yuri hanya mengangguk

Kemudian, tak jauh disana. Ia melihat sosok yang tak asing duduk di luar Café Robusta

Seorang pemuda dengan rambut hitam runcing, mengenakan mantel hitam panjang dan syal biru tua. Tangannya memegang buku, dan secangkir kopi duduk tenang di meja

Louisa:" Lucius? " gumamnya, lalu mulai melangkah mendekat

Lucius mulai menoleh dari bukunya, matanya yang teduh memandang Louisa

Lucius:" Louisa, selamat pagi"

Louisa:" Bolehkah aku duduk? "

Lucius:" Tentu, silahkan " Ia mengisyaratkan kursi di sebelahnya

Louisa duduk, disusul oleh Yuri yang berdiri tak jauh sambil mengawasi sekitar. Louisa mencuri pandang pada Lucius yang masih melanjutkan membaca bukunya, dan menyeruput kopinya

Louisa:" Lucius… kau suka kota ini?"

Lucius berhenti menyeruput kopinya, kemudian mengalihkan pandangan ke arah Louisa

Tak!

Lucius menaruh secangkir kopinya di meja

Lucius:" Anchorage... Yah itu benar, Anchorage benar-benar tempat yang hidup"

Louisa:" Rasanya berbeda dari Helible... lebih hangat. Tidak selalu tertutup salju"

Lucius tertawa ringan

Lucius:" Sementara Cryztolia... kamu tahu sendiri. Tertutup oleh tata tertib para Order of Zalia"

Mendengar itu, Louisa bertanya dengan penasaran

Louisa:" Kau tidak menyukai mereka? " tanyanya dengan penasaran

Lucius menghela napas

Lucius:" Aku tak membenci mereka. Tapi terlalu banyak aturan yang terlalu ketat untuk rakyat. Meski... mereka juga membantu rakyat. Dunia memang jarang hitam-putih"

Louisa mengangguk pelan. Lalu, ia mengganti topik

Louisa:" Ngomong-ngomong, soal praktik dungeon. Kamu akan hadir, bukan?"

Lucius:" Tentu"

Louisa:" Kamu ingin ikut tim dengan siapa? "

Lucius menoleh lembut

Lucius:" Kalau bisa... aku ingin berada dalam satu tim dengan orang-orang hebat… seperti dirimu dan Luna Selene."

Louisa tersentak pelan

Louisa:" Itu… manis sekali. Tapi keputusan tim ditentukan oleh kepala sekolah, kan?"

Lucius:" Hehehe... Kau benar"

Lucius:" Tapi tidak salah kalau berharap"

Louisa tersenyum, lalu berdiri

Louisa:" Aku harus jalan lagi. Yuri, ayo!" ucapnya sambil berdiri, meninggalkan Lucius bersama dengan Yuri

Lucius:" Sampai jumpa di latihan dungeon"

Sapanya sambil melanjutkan membaca buku

...

Sementara itu...

Di tengah keramaian yang masih ramai, ada satu bangunan yang sunyi Balai Kota Anchorage, tempat para Arcane tinggi dan pemimpin berkumpul.

Didepan Balai Kota, terlihat Sherman dengan jubah ungunya berdiri disana, sambil menghadap depan pintu

Sherman:" Sudah waktunya yah... "