3.Darah yang Menanam Benih Kegelapan

Pemburu Mimpi Buruk yang terlempar ke *void* tak benar-benar mati. Di Alam 3, kematian adalah konsep relatif. Tubuh mereka yang hancur di Alam 1 hanyalah *proyeksi* — entitas sebenarnya bangkit dari kolam cairan primordial di markas mereka.

*"Kegagalan memalukan,"* geram Sang Pemimpin Pemburu, wajahnya tersembunyi di balik topeng emas berukir 9 mata. *"Kirim 10% *True Body* kita. Hancurkan desa itu sampai ke tingkat atom — biarkan *Aurora Primordium* melahap sisa keberadaannya."*

Di Desa Mournfall yang sudah jadi kawah, udara berbau logam dan daging terbakar. Kael terbangun di pelukan Selene, darah kering membeku di pelipisnya. Pedang hitam (*Sword of Forgotten Eternity*) masih menancap di tanah, mengeluarkan dengung rendah yang membuat bumi bergetar.

*"Kau... menyelamatkanku?"* Kael menyentak menjauh, matanya masih berkedip liar.

Selene mengusap darah di sudut bibir. *"Jangan berhalusinasi. Aku hanya ingin membawamu ke Majelis Alam 4 hidup-hidup. Dendamku harus kuambil sendiri."*

Sebelum Kael membalas, langit — yang sudah retak — *terbelah dua*.

Dari celah langit, jari-jari raksasa sebesar gunung menyentuh bumi. Setiap sidik jarinya adalah mata yang berputar, memancarkan cahaya ungu *Aurora Primordium*.

*"LARI!"* teriak Selene, menarik lengan Kael. Tapi terlambat.

**BOOOOOOM!**

Bumi terangkat seperti kertas disobek. Desa Mournfall — atau yang tersisa darinya — mengapung di udara, dihancurkan oleh gelombang gravitasi gila. Kael terseret ke pusat badai, di mana sosok manusia berkulit kristal dengan 6 sayap logam berdiri.

*"True Body Pemburu Mimpi Buruk,"* bisik Selene ketakutan. *"Tingkat 4 Alam 3... setara Dewa Perang di Alam 7!"*

Kael tak paham istilah itu. Tapi nalurinya berteriak: ini musuh yang berbeda kelas.

Pertarungan dimulai dengan keheningan mematikan.

Serangan Pertama

Pemburu True Body mengangkat telapak tangan.

- *Reality Rewrite*: Seluruh area 10 km berubah jadi labirin daging berdenyut dengan gigi di setiap permukaan.

- Kael terperangkap di usus raksasa yang mencerna dirinya perlahan.

KaelTanpa sadar, dia menggigit dinding labirin. Gigitannya melahap ruang-waktu, menciptakan lubang ke *void*.

Serangan Kedua

Pemburu mengeluarkan senjata — *Gavel of Forgotten Sins*, palu yang menghantam jiwa, bukan tubuh.

- Palu jatuh. Kael *merasakan* dosa-dosa kehidupan lampaunya: genosida di Alam 5, pengkhianatan pada Lysandra, penghancuran alam semesta sebagai eksperimen.

Kael Darahnya mendidih. Ingatan palsu? Atau kenyataan? Dia menjerit, energi hitam memuntahkan *self-destruct* tak terkontrol.

- Selene memotong lengan kirinya sendiri, darah biru keemasan menyembur. *"Dengan darah Dinasti ke-7, kupanggil — *Chain of Sorrowful Stars*!"*

- Rantai dari Alam 7 membelit Pemburu, memberi Kael waktu 10 detik.

Kael menggunakan 10 detik itu untuk *menggali* lebih dalam. Di pusar energi hitamnya, dia menemukan segel — lingkaran dengan 9 kunci, masing-masing bertuliskan nama Alam.

*"Buka satu,"* bisik suara dalam hatinya. *"Buka dan semua masalahmu selesai."*

Dia menyentuh kunci pertama: **Astralis Mundus** (Alam 1).

**KABOOM!**

Segel retak. Energi Alam 1 — yang seharusnya primitif — membanjiri tubuhnya dalam bentuk tak terduga: *Antimatter Annihilation*.

Selene menjerit: *"Gila! Kau menghancurkan hukum konservasi energi!"*

Tapi Kael sudah tak bisa berhenti. Dengan jari telunjuk, dia *menulis* di udara:

**"MUSNAH."**

Kata itu menjadi hukum. Pemburu True Body — yang seharusnya abadi — mulai terhapus dari eksistensi.

Kemenangan? Tidak.

Setiap huruf "MUSNAH" yang Kael tulis meracuni Alam 1:

- Burung-burung bermutasi jadi makhluk bergigi runcing.

- Sungai mengalirkan darah.

- Bocah penggembala yang terinfeksi energi hitam kini menguasai dusun tetangga — memaksa warga menyembah "Patung Hitam" yang mirip Kael.

Selene menatap Kael dengan campuran ngeri dan kagum. *"Kau... kau bahkan lebih buruk dari dulu. Setidaknya dulu kau sadar saat membunuh."*

Kael jatuh berlutut. Hidungnya berdarah. Di matanya, bayangan wanita berambut perak menangis sambil memeluk mayat bayi.

*"Siapa... siapa mereka?"* gumamnya.

Selene memalingkan muka. *"Bertanyalah pada bayangan di jiwamu sendiri."*

Di Alam 4, sekelompok entitas bermata seribu mengamati lewat *Mirror of Infinite Reflections*.

*"Laporan ke Alam 5: Sang Arsitek telah membuka Segel Pertama. Percepat jadwal *Pemusnahan*."*

Di reruntuhan Desa Mournfall, sebilah pedang hitam berdiri tegak. Darah Kael yang menetes di pangkalnya tumbuh jadi pohon aneh — buahnya berbentuk tengkorak miniatur dewa-dewa Alam 9.

Dan di suatu desa terpencil, bocah penggembala yang terinfeksi menyembah patung Kael sambil berbisik:

*"Tuhan baru telah bangkit. Bawa kami keluar dari kegelapan."*