Pemburu Mimpi Buruk yang terlempar ke *void* tak benar-benar mati. Di Alam 3, kematian adalah konsep relatif. Tubuh mereka yang hancur di Alam 1 hanyalah *proyeksi* — entitas sebenarnya bangkit dari kolam cairan primordial di markas mereka.
*"Kegagalan memalukan,"* geram Sang Pemimpin Pemburu, wajahnya tersembunyi di balik topeng emas berukir 9 mata. *"Kirim 10% *True Body* kita. Hancurkan desa itu sampai ke tingkat atom — biarkan *Aurora Primordium* melahap sisa keberadaannya."*
Di Desa Mournfall yang sudah jadi kawah, udara berbau logam dan daging terbakar. Kael terbangun di pelukan Selene, darah kering membeku di pelipisnya. Pedang hitam (*Sword of Forgotten Eternity*) masih menancap di tanah, mengeluarkan dengung rendah yang membuat bumi bergetar.
*"Kau... menyelamatkanku?"* Kael menyentak menjauh, matanya masih berkedip liar.
Selene mengusap darah di sudut bibir. *"Jangan berhalusinasi. Aku hanya ingin membawamu ke Majelis Alam 4 hidup-hidup. Dendamku harus kuambil sendiri."*
Sebelum Kael membalas, langit — yang sudah retak — *terbelah dua*.
Dari celah langit, jari-jari raksasa sebesar gunung menyentuh bumi. Setiap sidik jarinya adalah mata yang berputar, memancarkan cahaya ungu *Aurora Primordium*.
*"LARI!"* teriak Selene, menarik lengan Kael. Tapi terlambat.
**BOOOOOOM!**
Bumi terangkat seperti kertas disobek. Desa Mournfall — atau yang tersisa darinya — mengapung di udara, dihancurkan oleh gelombang gravitasi gila. Kael terseret ke pusat badai, di mana sosok manusia berkulit kristal dengan 6 sayap logam berdiri.
*"True Body Pemburu Mimpi Buruk,"* bisik Selene ketakutan. *"Tingkat 4 Alam 3... setara Dewa Perang di Alam 7!"*
Kael tak paham istilah itu. Tapi nalurinya berteriak: ini musuh yang berbeda kelas.
Pertarungan dimulai dengan keheningan mematikan.
Serangan Pertama
Pemburu True Body mengangkat telapak tangan.
- *Reality Rewrite*: Seluruh area 10 km berubah jadi labirin daging berdenyut dengan gigi di setiap permukaan.
- Kael terperangkap di usus raksasa yang mencerna dirinya perlahan.
KaelTanpa sadar, dia menggigit dinding labirin. Gigitannya melahap ruang-waktu, menciptakan lubang ke *void*.
Serangan Kedua
Pemburu mengeluarkan senjata — *Gavel of Forgotten Sins*, palu yang menghantam jiwa, bukan tubuh.
- Palu jatuh. Kael *merasakan* dosa-dosa kehidupan lampaunya: genosida di Alam 5, pengkhianatan pada Lysandra, penghancuran alam semesta sebagai eksperimen.
Kael Darahnya mendidih. Ingatan palsu? Atau kenyataan? Dia menjerit, energi hitam memuntahkan *self-destruct* tak terkontrol.
- Selene memotong lengan kirinya sendiri, darah biru keemasan menyembur. *"Dengan darah Dinasti ke-7, kupanggil — *Chain of Sorrowful Stars*!"*
- Rantai dari Alam 7 membelit Pemburu, memberi Kael waktu 10 detik.
Kael menggunakan 10 detik itu untuk *menggali* lebih dalam. Di pusar energi hitamnya, dia menemukan segel — lingkaran dengan 9 kunci, masing-masing bertuliskan nama Alam.
*"Buka satu,"* bisik suara dalam hatinya. *"Buka dan semua masalahmu selesai."*
Dia menyentuh kunci pertama: **Astralis Mundus** (Alam 1).
**KABOOM!**
Segel retak. Energi Alam 1 — yang seharusnya primitif — membanjiri tubuhnya dalam bentuk tak terduga: *Antimatter Annihilation*.
Selene menjerit: *"Gila! Kau menghancurkan hukum konservasi energi!"*
Tapi Kael sudah tak bisa berhenti. Dengan jari telunjuk, dia *menulis* di udara:
**"MUSNAH."**
Kata itu menjadi hukum. Pemburu True Body — yang seharusnya abadi — mulai terhapus dari eksistensi.
Kemenangan? Tidak.
Setiap huruf "MUSNAH" yang Kael tulis meracuni Alam 1:
- Burung-burung bermutasi jadi makhluk bergigi runcing.
- Sungai mengalirkan darah.
- Bocah penggembala yang terinfeksi energi hitam kini menguasai dusun tetangga — memaksa warga menyembah "Patung Hitam" yang mirip Kael.
Selene menatap Kael dengan campuran ngeri dan kagum. *"Kau... kau bahkan lebih buruk dari dulu. Setidaknya dulu kau sadar saat membunuh."*
Kael jatuh berlutut. Hidungnya berdarah. Di matanya, bayangan wanita berambut perak menangis sambil memeluk mayat bayi.
*"Siapa... siapa mereka?"* gumamnya.
Selene memalingkan muka. *"Bertanyalah pada bayangan di jiwamu sendiri."*
Di Alam 4, sekelompok entitas bermata seribu mengamati lewat *Mirror of Infinite Reflections*.
*"Laporan ke Alam 5: Sang Arsitek telah membuka Segel Pertama. Percepat jadwal *Pemusnahan*."*
Di reruntuhan Desa Mournfall, sebilah pedang hitam berdiri tegak. Darah Kael yang menetes di pangkalnya tumbuh jadi pohon aneh — buahnya berbentuk tengkorak miniatur dewa-dewa Alam 9.
Dan di suatu desa terpencil, bocah penggembala yang terinfeksi menyembah patung Kael sambil berbisik:
*"Tuhan baru telah bangkit. Bawa kami keluar dari kegelapan."*