Pencarian dan Pertarungan

Pencarian dan Pertarungan

Bulan pertama setelah kedatangan sang Penguasa terasa seperti mimpi buruk yang terus berlangsung. Dunia yang dulunya biasa kini dipenuhi dengan ketegangan dan ketidakpastian. Di seluruh penjuru Indorath, serta negara-negara lain di Bumi, orang-orang berjuang untuk bertahan hidup, berusaha menaklukkan dungeon dan menara yang muncul di setiap sudut dunia. Sumber daya yang ada menjadi barang langka, dan mata uang baru yang terbentuk—terbuat dari kristal yang didapat dari dungeon—menjadi alat untuk membeli kekuatan.

Ryuta dan Lucas Takari berkelana ke berbagai dungeon, berhadapan dengan monster-monster yang lebih kuat dari apa yang mereka bayangkan. Setiap dungeon menuntut mereka untuk berpikir lebih cepat, bertarung lebih cerdas, dan beradaptasi dengan situasi yang terus berubah. Tidak ada aturan yang jelas, selain satu—hanya yang kuat yang dapat bertahan hidup.

Pada suatu malam yang gelap, Ryuta dan Lucas tiba di Dungeon Zarya, sebuah tempat yang dikenal sebagai ladang kematian bagi petualang yang kurang persiapan. Sebuah menara besar menjulang di depan mereka, penuh dengan monster yang tak terhitung jumlahnya. Ryuta menatap menara itu dengan rasa tergetar, namun juga penuh harapan. Kekuatan yang bisa mereka peroleh di dalamnya akan memungkinkan mereka untuk menjadi lebih kuat, lebih siap, untuk apa yang akan datang.

"Siap?" tanya Lucas, suara seraknya terdengar lebih dalam dari biasanya.

"Siap," jawab Ryuta dengan keyakinan yang baru. Sejak pertemuannya dengan Lucas, Ryuta belajar banyak tentang bertarung, memanfaatkan strategi, dan pentingnya kekuatan yang datang dari dalam diri. Ia tahu bahwa untuk bertahan hidup, ia harus lebih dari sekadar berjuang—ia harus berpikir cerdas, merencanakan setiap langkahnya.

Dengan langkah cepat, mereka memasuki Dungeon Zarya. Udara di dalamnya terasa lebih berat, penuh dengan aura yang mengancam. Di dalam, lantai-lantai menara dipenuhi dengan lorong gelap yang berkelok-kelok. Ryuta merasakan panas yang datang dari kedalaman, tanda bahwa sesuatu besar menunggu di bawah sana. Mereka berjalan hati-hati, senjata terhunus, siap menghadapi apapun yang akan muncul.

Tak lama kemudian, mereka mendengar suara langkah kaki berat. Sebuah monster besar dengan tubuh seperti naga muncul di ujung lorong, matanya menyala merah menyala, dan mulutnya mengeluarkan suara gemuruh. Lucas bersiap untuk melawan, namun Ryuta melangkah maju.

"Berhenti!" Ryuta berteriak, suaranya menggelegar di dalam dungeon. "Kita tak perlu berjuang melawan monster ini tanpa rencana. Mari kita jebak."

Lucas mengangkat alis, terkejut dengan keberanian Ryuta. "Kau yakin? Ini bukan saatnya untuk coba-coba."

Ryuta tidak menjawab. Ia merasakan instingnya berbicara. Dengan tenang, ia memerintahkan Lucas untuk berputar dan membuat lingkaran jebakan. Monster itu mendekat, matanya yang merah membara seakan ingin membakar mereka hidup-hidup. Namun Ryuta tidak gentar. Ia mengatur strategi yang sudah dipikirkan sebelumnya, menunggu waktu yang tepat.

Ketika monster itu semakin dekat, Ryuta bergerak cepat, melemparkan batu besar yang dia temukan di sepanjang jalan ke dinding. Suara keras batu yang menghantam dinding menarik perhatian monster, membuatnya berbalik dan menuju ke arah suara itu.

"Sekarang!" Ryuta berteriak. Dengan gerakan gesit, Lucas melemparkan senjatanya, seutas tali pengikat yang ditutup dengan paku baja, yang menjerat kaki monster tersebut. Ryuta melesat ke depan, menggunakan kesempatan itu untuk menyerang bagian lemah monster. Mereka berdua menggabungkan keahlian dan kekuatan mereka untuk menyerang titik lemah monster tersebut, mengalahkannya dalam waktu singkat.

Saat monster itu tumbang, suara aneh terdengar dari kedalaman dungeon. Lantai menara mulai bergetar, dan di atas mereka, pintu ke lantai berikutnya terbuka. Ryuta dan Lucas saling bertukar pandang.

"Ada sesuatu yang lebih besar di sini," kata Lucas, menatap ke arah pintu terbuka.

Ryuta mengangguk. "Ini hanya permulaan."

---

Menuju Babak Pertarungan Antar Dunia

Setelah beberapa bulan berlatih dan bertarung di dungeon, kekuatan Ryuta dan Lucas semakin meningkat. Mereka berhasil mengumpulkan lebih banyak kristal dan sumber daya dari dungeon-dungeon yang mereka taklukkan, berlatih bersama, memperkuat taktik, dan mempersiapkan diri untuk apa yang akan datang. Di sepanjang perjalanan, mereka bertemu dengan banyak petualang lain, beberapa dari mereka menjadi musuh, dan beberapa lagi menjadi teman seperjuangan. Namun, dalam hati Ryuta, ia tahu bahwa tujuan utamanya adalah menjadi lebih kuat dari siapapun—untuk bisa bertarung di arena perlombaan antar dunia yang akan segera dimulai.

"Begitu kita siap, kita harus segera kembali ke Jakarath," kata Lucas suatu pagi setelah mereka berhasil menaklukkan menara terbesar yang pernah mereka temui. "Kita harus memastikan kita mendapatkan tempat dalam perlombaan ini."

Ryuta menatap langit, matanya tajam dengan ambisi. "Aku akan menjadi perwakilan Bumi. Aku akan melawan penguasa itu. Aku akan menghancurkan permainan mereka."

Lucas tersenyum samar, tahu bahwa teman seperjuangannya ini telah berubah jauh sejak pertama kali mereka bertemu. "Baiklah. Kita akan sampai di sana. Tapi ingat—ini bukan hanya tentang kekuatan fisik. Kita harus siap secara mental. Ini adalah pertarungan yang lebih besar dari yang kita bayangkan."

Ryuta mengangguk, menatap ke horizon, membayangkan dunia yang akan ia ubah.

---