Titik Balik

Titik Balik

Beberapa hari setelah ujian pertama, Ryuta dan Lucas berada di ruang pelatihan yang telah disediakan oleh penyelenggara. Mereka telah melewati ujian pertama dengan mengesankan, tetapi masih banyak tantangan yang harus mereka hadapi. Ryuta merasakan tubuhnya kelelahan setelah pertempuran melawan monster besar di arena, namun semangatnya tidak pernah padam.

"Ini bukan akhir, Lucas," kata Ryuta, sambil mengasah pedangnya. "Aku merasakan ada yang lebih besar yang sedang menanti. Ini baru permulaan."

Lucas duduk di sampingnya, matanya tampak lebih tenang meskipun tubuhnya masih penuh luka. "Kau benar. Tapi aku rasa kita harus berhati-hati. Ada sesuatu yang mencurigakan dengan ujian ini. Rasanya terlalu mudah, kan?"

Ryuta mengangguk, matanya penuh tekad. "Aku tahu. Sepertinya ada kekuatan lain yang sedang mengamati kita. Tapi kita tidak bisa mundur sekarang."

Tiba-tiba, pintu ruang pelatihan terbuka, dan seorang pria berpakaian hitam dengan tanda pengenal yang menunjukkan bahwa dia adalah salah satu pengawas muncul. "Ryuta Excelsior, Lucas Takari," katanya dengan suara berat, "kalian dipanggil untuk pertemuan langsung dengan penguasa."

Ryuta dan Lucas saling bertukar pandang, rasa penasaran jelas terlihat di mata mereka. Mereka mengikuti pria tersebut menuju ruang besar, di mana mereka akan bertemu dengan penguasa yang telah memulai perlombaan antar dunia ini.

Begitu mereka memasuki ruangan itu, suasana berubah menjadi mencekam. Ruangan itu sangat besar, dengan dinding yang dihiasi dengan simbol-simbol kuno yang berkilau. Di tengah ruangan, duduklah seorang lelaki tinggi besar, mengenakan jubah hitam yang mengelilingi tubuhnya seperti bayangan. Wajahnya tersembunyi dalam kegelapan, namun matanya yang berkilat tajam bisa dilihat dengan jelas.

"Kalian berdua telah terpilih untuk mengikuti ujian yang lebih berat," kata suara itu, yang tidak dapat diketahui asalnya. "Tapi sebelum itu, kalian perlu tahu sesuatu."

Ryuta tidak sabar mendengarkan. "Apa yang terjadi? Kenapa ujian ini harus diadakan?"

Penguasa itu bangkit, mengangkat tangannya, dan di sekeliling mereka, ruang itu mulai berubah. Dinding berputar, dan mereka tiba-tiba berada di tengah sebuah medan pertempuran. "Ini adalah ujian sejati," kata penguasa itu. "Ujian ini bukan hanya untuk mengukur kekuatan kalian. Ini untuk melihat apakah kalian mampu mengatasi tekanan dan menghancurkan lawan tanpa rasa kasihan."

Lucas mendekatkan diri pada Ryuta, bisikannya rendah. "Jangan biarkan kata-katanya mempengaruhi kita. Kita punya tujuan."

"Tenang, Lucas," jawab Ryuta, matanya berbinar penuh semangat. "Aku tahu apa yang aku inginkan."

Tiba-tiba, suara bergemuruh terdengar dari sekeliling mereka, dan dari balik bayangan muncul sekumpulan manusia yang tampak lebih kuat dan berbahaya daripada mereka. Mereka mengenakan pelindung tubuh yang terbuat dari bahan keras dan membawa senjata yang memancarkan energi magis.

"Sambut mereka," kata penguasa itu dengan suara dingin. "Mereka adalah lawan yang akan menguji apakah kalian layak melanjutkan perjalanan ini."

Ryuta dan Lucas segera bersiap. Mereka tahu bahwa ini adalah momen yang sangat penting bagi mereka. Tidak ada jalan mundur.

"Lucas, serang yang di sebelah kiri!" perintah Ryuta sambil menatap musuh di depannya.

Lucas mengangguk, dan dalam sekejap, ia meluncur ke arah musuh dengan kecepatan luar biasa, menyerang dengan pedangnya yang bersinar. Musuh di sebelah kiri berusaha menghindar, namun Lucas dengan cekatan mengarahkannya ke titik lemah.

Ryuta tidak menunggu lama. Dia melompat ke depan dan menghadapi musuh yang lebih besar dan lebih berotot. Dengan pedangnya yang kini terisi dengan energi magis, Ryuta memotong serangan musuh yang datang dengan ganas, lalu membalas dengan serangan cepat yang menyasar ke bagian vital.

Pertarungan berlangsung sengit. Setiap serangan terasa berat dan penuh dengan potensi kematian. Namun, Ryuta dan Lucas bekerja sama dengan sempurna, memanfaatkan kekuatan mereka yang telah terasah selama berbulan-bulan.

"Ini belum selesai!" seru salah satu musuh dengan suara penuh amarah. "Kalian hanya manusia biasa, tak akan bisa bertahan lama."

Ryuta tertawa, matanya menyala dengan api keberanian. "Kami bukan manusia biasa! Kami lebih dari itu."

Dengan serangan pamungkas yang memanfaatkan seluruh kekuatan mereka, Ryuta dan Lucas berhasil mengalahkan kelompok musuh tersebut. Tubuh mereka penuh luka, napas mereka terengah-engah, namun mereka tahu bahwa kemenangan ini adalah bukti bahwa mereka tidak bisa dianggap remeh.

Begitu musuh terakhir jatuh, penguasa itu muncul kembali, matanya penuh evaluasi. "Kalian berhasil melewati ujian ini. Tetapi ingat, ujian sebenarnya baru saja dimulai. Jika kalian ingin bertahan hidup dan melanjutkan, kalian harus mengalahkan lebih banyak lawan yang lebih kuat dari ini."

Ryuta berdiri tegak, tanpa gentar. "Kami akan terus maju. Ini baru permulaan."

Penguasa itu tersenyum tipis, mengangguk sebagai tanda pengakuan. "Baiklah. Tetapi ingat, kalian bukan satu-satunya yang berjuang untuk Bumi. Ada yang lain di luar sana. Jangan pernah lengah."

Setelah peringatan itu, mereka kembali ke markas untuk mempersiapkan ujian selanjutnya. Namun, dalam hati mereka, Ryuta dan Lucas tahu bahwa ujian yang sesungguhnya adalah pertempuran mereka melawan takdir dan penguasa yang berada di balik perlombaan antar dunia ini.