Harapan sedikit berdering hidungnya dan tersenyum.
"Aku selalu merasa seperti tidak memiliki apa-apa, tapi hari ini aku menyadari aku memiliki banyak. Aku punya kamu, Luke, Willow, sang guru, kakek, dan Ibu..." Harapan menghitung dengan jarinya, matanya penuh air mata saat dia tertawa, dan dia tidak bisa tidak merasa rentan.
"Tiba-tiba aku merasa aku tidak sendiri... dan rasanya sangat menyenangkan."
Hatinya sangat sakit saat dia menariknya kembali ke pelukannya.
Dia tidak tahu bagaimana dia bisa menebus bahkan seperseribu dari luka yang telah dia sebabkan padanya.
"Dari sekarang, kamu punyaku. Kamu tidak akan pernah sendirian," dia menghiburnya dengan lembut.
Sambil menunduk pada wanita yang berdiam lembut di dadanya, dia menghembuskan nafas pelan, mengangkatnya kembali ke tempat tidur, dan hendak bangun ketika cengkeraman Harapan pada tangannya semakin erat, tidak mau melepaskan.