Chapter 3- Class

Hari berikutnya

Evran membuka matanya dan hendak bangkit dari tempat tidur. Namun, pandangannya langsung tertuju pada sosok besar yang berdiri di depannya, menatapnya tanpa ekspresi.

Dorn.

Salah satu teman baik yang pernah disebutkannya. Tubuhnya besar dan kekar, rambut hitam pendek, dengan sorot mata yang tajam namun penuh ketulusan. Di tempat sekeras ini, Dorn adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa Evran andalkan.

Evran menghela napas. Kenapa orang ini menatapku seperti itu?

"Apa kau hanya akan terus menatapku seperti itu?" keluhnya. "Maaf, tapi aku hanya tertarik pada wanita cantik."

Dorn tetap diam, wajahnya tetap datar seperti biasa.Setelah beberapa saat, akhirnya ia membuka mulut.

"Aku mendengar tentang pertarunganmu kemarin, jadi aku datang untuk memeriksamu."

Evran mendengus kecil. "Terima kasih sudah repot-repot datang. Seperti yang kau lihat, aku masih utuh... untuk saat ini."

Dorn menghela napas, ekspresinya tetap dingin, tapi Evran bisa merasakan ada sesuatu yang mengganggunya.

"Kau harus berhenti," kata Dorn akhirnya.

Evran mengangkat alis. "Berhenti apa?"

"Berhenti bertarung. Carilah pekerjaan lain," jawab Dorn tegas. "Kau terlalu lemah dan tidak cocok bertarung, lambat laun, kau akan kehabisan keberuntungan. Hari ini kau menang, tapi besok? Lusa? Kau tak selalu bisa lolos dari kematian, Evran."

Evran mendengus, lalu menyandarkan tubuhnya ke dinding. "Dorn, kau tahu aku tak punya pilihan lain."

"Kau selalu punya pilihan," sela Dorn cepat. "Kau hanya tak mau mencarinya. Kai juga sudah berhenti bertarung. Sekarang dia bekerja sebagai kurir dan penyelundup di bawah arahan Fuente."

Mendengar itu, Evran tak bisa menahan diri untuk bergumam dalam hati.

Kai sudah berhenti bertarung...? Padahal dia lebih kuat dariku. Aku penasaran... apa motifnya kali ini?

Kai adalah salah satu teman Evran di tempat ini—lebih tepatnya, Evran mengenalnya lewat Valeria. Dia kuat, aneh, dan sulit diprediksi. Sampai sekarang, Evran belum sepenuhnya mempercayainya.

Sebuah keheningan menggantung di antara mereka.

Evran mengalihkan pandangan, menatap langit-langit seolah mencari jawaban. "Kau pikir aku ingin hidup seperti ini? Setiap hari mempertaruhkan nyawa di arena hanya demi beberapa koin?"

Dorn mengepalkan tangannya, lalu duduk di kursi di sebelah tempat tidur Evran. "Aku tahu. Tapi kalau kau terus seperti ini, cepat atau lambat kau akan mati."

Evran terkekeh pelan, nada suaranya sinis. "Di tempat seperti ini, kita semua sudah mati sejak lama."

Dorn terdiam, sorot matanya mengeras.

"Kalau kau punya solusi lebih baik, aku akan dengarkan," lanjut Evran, menatapnya. "Tapi jika tidak, jangan buang waktumu menasihatiku."

Dorn menatapnya lama, sebelum akhirnya menghela napas dan bangkit dari kursinya. "Aku hanya ingin kau tetap hidup. Setidaknya kau harus menentukan class mu sekarang, daripada bertarung tanpa arah seperti itu. Tanya aja sama kepada Vale, dia memiliki beberapa pengetahuan terkait hal ini, mungkin dia bisa bantu."

Setelah itu Dorn berbalik, berjalan menuju pintu.

Pintu tertutup, meninggalkan Evran sendiri dalam diam.

Dalam keheningan, Evran memikirkan semua hal yang dikatakan dorn, dan semua itu jelas adalah sebuah kebenaran.

"Baiklah, aku harus mulai memikirkan class yang akan aku ambil, itu juga salah satu cara agar aku bisa menjadi kuat dan bebas dari sini. Vale pasti sedang sibuk bekerja sekarang, jadi mari nikmati istirahat dulu dan temui dia itu nanti malam"

Ya Valeria memang sedang sibuk sekarang.

Dia bekerja di bawah pengawasan Madam Lynette. Madam Lynette... dia cukup seksi untuk seorang wanita seusianya, tapi dibalik pesonanya yang menggairahkan, dia adalah rubah yang licik dan berbahaya, tebakanku dia adalah seorang magician, entah apa levelnya.

Dia juga merupakan salah satu dari lima petinggi kelompok mafia, Black Hollow Syndicate ini.

Dia bertanggung jawab atas bisnis prostitusi, informasi dan pedagangan.

Dia sering menipu para bangsawan-bangsawan, memanfaatkan uang mereka dan menyediakan wanita-wanita kepada mereka. Dia sangat banyak terlibat dalam perdagangan manusia, perbudakan dan menciptakan pelacur-pelacur yang tak terhitung jumlahnya.

Entah berapa banyak sudah wanita-wanita yang hancur ketika jatuh ke tangan dia.

Oleh karena itu juga, sebenarnya Evran sangat khawatir karena Vale bekerja di bawah Madam Lynette. Mungkin saat ini Vale masih aman, dia hanya bekerja sebagai pembantu di bisnis perdagangan pada siang hari, tapi Evran tidak bisa membayangkan hal-hal yang mungkin terjadi di masa depan.

Tiba-tiba ekspresi Evran berubah menjadi dingin dan penuh kebencian

"Aku harus menghancurkan jalang itu suatu hari nanti"

Evran beratanya-tanya jika suatu saat nanti dia bisa menghukung Lynette, hukuman seperti apa yang akan ia berikan

Hmm haruskah aku mengikatnya dan memberikannya ke sekumpulan budak...? atau lebih baik sekumpuan goblin...? atau biar aku yang menjadi goblin dan menhancurkannya dengan punya ku sendiri, hehe..

Entah kenapa Evran tiba-tiba bersemangat ketika memikirkan hal ini.

Setelah itu Evran mulai merawat kembali luka-lukanya, mengganti perban baru dan mengoleskan obat-obat.

"Ya aku mungkin sudah cukup mahir dalam pengobatan tradisional di dunia ini"

*****

Malam begitu tenang, hanya diiringi suara angin yang berhembus lembut di antara bangunan tua. Udara dingin menusuk, tapi Evran justru menikmatinya. Dengan gerakan santai, ia mengambil sebatang rokok dari sakunya, menyalakannya tanpa terburu-buru.

Api kecil dari korek bergetar sebentar sebelum padam, meninggalkan bara merah yang perlahan membakar ujung rokok.

Ia menarik napas dalam, membiarkan asap memenuhi paru-parunya sebelum mengembuskannya perlahan. Asap putih melayang di udara, terombang-ambing sebelum akhirnya buyar dalam kegelapan malam.

Evran bersandar di dinding bata yang dingin, satu tangan di sakunya sementara yang lain memegang rokok dengan malas. Matanya menatap ke kejauhan, menikmati ketenangan yang jarang ia dapatkan di tempat ini.

Tak lama, suara langkah kaki terdengar mendekat. Ia tak perlu menoleh untuk tahu siapa itu. Sebuah senyum tipis muncul di wajahnya saat sosok itu akhirnya muncul dari bayangan.

"Kau datang juga," katanya santai, menyesap rokoknya sekali lagi sebelum mengembuskannya ke samping.

Valeria berdiri di hadapannya, menyilangkan tangan di dada sambil mengangkat alis. "Kau sebaiknya berhenti merokok! itu akan membunuhmu suatu saat."

Evran hanya mengedikkan bahu, tampak tak terlalu peduli. "Dingin," jawabnya singkat. "Dan ini cukup membantu sambil menunggu gadis cantik yang suka membuat pria menunggu."

Valeria mendengus kecil, tapi sudut bibirnya melengkung dalam senyum tipis. "Dasar bocah nakal. Baiklah apa yang bisa kubantu kali ini?"

Sebenarnya Evran bukan tidak tahu sama sekali tentang class, dia tau itu seperti keahlian atau peran seseorang dalam suatu kelompok. Sebenarnya itu bukanlah hal yang asing bahkan bagi orang dunia lain yang berasal dari bumi. Tapi Evran perlu memastikan dan memahami hal tersebut lebih mendalam. Pasti juga ada beberapa informasi baru.

Evran menghembuskan asap rokoknya perlahan, menikmati malam yang dingin. Ia melirik Valeria sebelum akhirnya membuka mulut, suaranya terdengar santai.

"Aku ingin memilih class. Kata Dorn, kau tahu banyak hal, jadi aku ingin bertanya dan meminta nasihatmu."

Valeria menyilangkan tangan di dadanya, memiringkan kepala dengan senyum tipis. "Oh? Dan sejak kapan kau mendengarkan nasihat orang lain?"

Evran tertawa kecil. "Hei, aku selalu bersedia mendengarkan nasihat orang lain tau ."

Valeria mengangkat bahu. "Baiklah, aku memang tahu beberapa hal. Sebenarnya ini pengetahuan umum, tapi karena kita hanyalah budak, kita tidak tahu apa-apa."

Lalu, dengan nada santai, Valeria mulai menjelaskan.

"Pada dasarnya, class adalah bakat, keahlian, dan jalan hidup seseorang. Ada beberapa class umum seperti Swordman, Archer, Spearman, Magician, Tank, Beast Tamer, Priest, dan Alchemist. Setiap class punya keunggulan dan kelemahan masing-masing."

Ia menarik napas sebentar sebelum melanjutkan.

"Sialnya, kita tidak bisa memilih class sesuka hati. Class ditentukan sejak lahir berdasarkan bakat alami seseorang. Jika kau memilih class yang bukan bakatmu, kau akan kesulitan meningkatkan levelnya, bahkan mungkin tidak bisa berkembang sama sekali."

Mendengar hal itu, mata Evran berbinar penuh rasa ingin tahu.

"Jadi setiap class memiliki level? Ada berapa level? Dan bagaimana cara meningkatkannya?"

Valeria mengangkat bahu. "Aku tidak begitu tahu detailnya," jawabnya santai. "Tapi kalau tidak salah, setiap class mempunyai delapan level."

Ia menyandarkan punggungnya ke tembok, menatap Evran dengan ekspresi menilai. "Yang jelas, jangan memilih class hanya karena kau ingin terlihat keren... seperti menjadi Assassin, misalnya."

Evran hampir tersedak rokoknya sendiri. Batuk kecilnya membuat Valeria menyeringai puas.

"Sial, kau benar-benar bisa membaca pikiranku..." gumam Evran, agak malu.

Valeria terkekeh kecil sebelum melanjutkan. "Sebaiknya kau memilih class yang sesuai dengan bakatmu. Tidak perlu iri dengan class orang lain. Setiap class punya kelebihan dan kekurangannya sendiri."

Evran mengangguk paham, lalu mengernyitkan dahi.

"Tapi tadi kau menyebut Assassin, sementara dalam daftar delapan class umum yang kau sebutkan tidak ada. Jadi, apakah itu class khusus?"

"Tidak," jawab Valeria singkat. "Assassin adalah cabang dari Swordman."

Evran mengusap dagunya, semakin tertarik.

"Jadi class juga punya cabang-cabangnya..." pikirnya dalam hati. Menarik.

Ia kembali menatap Valeria dengan ekspresi kritis.

"Kalau begitu, class itu semacam pekerjaan, kan? Lalu apa bedanya dengan profesi biasa seperti pedagang, koki, atau... pengemis? Kenapa tidak ada class mengemis?"

Valeria meliriknya dengan ekspresi datar, seakan mempertanyakan kewarasannya.

"Serius, Evran?"

"Aku hanya penasaran," balasnya, terkekeh.

Valeria menghela napas. "Perbedaannya sederhana. Class-class tersebut spesial karena mereka bisa memanfaatkan mana. Mereka berkembang berdasarkan penguasaan seseorang terhadap mana dan keterampilannya dalam class itu sendiri. Sementara pekerjaan biasa tidak memiliki jalur mana."

"Ah... masuk akal." Evran mengangguk, merasa teorinya dikonfirmasi.

Evran melanjutkan "Apakah kita tidak bisa memilih dua class secara bersamaan?"

"Bukan tidak bisa, tapi hampir mustahil karena untuk meningkatkan level satu class saja butuh waktu dan tenaga yang sangat banyak, kecuali... kau adalah anak jenius" jawab Valeria dengan nada sarkastik di akhir.

Setelah jeda sebentar, Evran melanjutkan bertanya.

"Baiklah, sekarang pertanyaan terpenting..."

Ia menatap Valeria serius.

"Bagaimana cara menjadi Awakened dan mendapatkan class?"