BAB 2 Pertemuan Dengan Sang Ratu Jin

Ketika aku membuka mata hal yang permata yang aku lihat adalah sosok wanita cantik yang mengenakan kebaya berwarna ungu kebiruan sedang tersenyum kepada ku. Wanita Cantik itu mengenakan mahkota yang sangat mewah di kepalanya.

Indera penciuman ku mecium wangi bunga yang sangat harum dan bau khas lautan dari tubuh wanita tersebut, wajah wanita itu sangat tirus dan kulitnya begitu mulus. Matanya yang berwarna biru laut sangat menghipnotis ku. akan tetapi ketika aku perhatikan lebih detail gigi seri wanita yang berdiri di hadapan ku sangat runcing tidak seperti manusia pada umumnya.

Dibelakang wanita itu berdiri seorang pria berbadan tegap bertubuh kekar, matanya merah menyala seperi api yang berkobar. Wajah pria tersebut terlihat dingin dan tegas serta tanpa ekspresi.

"Nak...apakah dirimu baik-baik saja?" Wanita cantik itu bertanya kepada ku.

"a...aku baik-baik saja...eeeh." lidah ku terasa sangat keluh dan ada ke engganan dalam diriku untuk menatap wajah wanita cantik tersebut lebih dari beberapa detik.

Seolah-olah wanita cantik yang ada di hadapan ku mempunyai sebuah aura aneh yang mampu membuat siapapun yang memandangi wajah cantik menjadi takut dan tidak berani terlalu banyak bicara.

"andai saja aku memiliki kemampuan seperti wanita cantik yang sedang berdiri di hadapan ku saat ini!" batin ku penuh harap sambil tersenyum tipis.

Wanita Cantik itu tersenyum lembut kearah ku lalu dia duduk di ranjang tempat ku berbaring. Aku juga baru mengetahui bahwa diri ku sedang berada di ranjang ketika wanita cantik tersebut duduk disamping ku.

"Nak, mengapa kau ingin bunuh diri di pelabuhan ratu yang menjadi tempat kekuasaan ku?" tanya wanita cantik itu dengan nada yang menghipnotis.

Lalu dalam beberapa tarikan nafas aku baru tersadar, "apa aku tidak salah dengar, anda tadi mengatakan daerah kekuasaan? Apakah anda ini Gubernur daerah Sukabumi? Tapi setahu ku Gubernur Sukabumi berjenis kelamin pria bukan wanita." Ucap ku sambil tersenyum malu.

"Lancang sekali kau anak manusia...!" Lelaki bertubuh kekar dan tegap dengan mata merah itu dia menghardik ku dan suaranya sangat besar dan menggelegar bagaikan suara sebuah guntur.

Akan tetapi wanita cantik yang duduk di tepi ranjang ku yang berwarna ungu mengangkat tangannya memberikan isyarat kepada lelaki tersebut untuk diam dan tidak perlu mempermasalahkan perkataan ku.

"Sendiko Ratu !" ucap lelaki tersebut dengan penuh hormat sambil sedikit membungkukan badannya kepada wanita yang ada di dekat ku.

"Nak, kita belum berkenalan secara resmi. Aku adalah Jin Penguasa seluruh lautan Indonesia, nama ku Ratu Kencana Wungu. Pria itu adalah patih Lodaya panglima perang kerajaan ku! boleh aku mengetahui siapa nama mu nak?" Ratu Kencana Wungu berkata dengan intonasi rendah dan sangat menenangkan.

"Jin?" Pekik ku lantang sambil berusaha untuk bangun dari posisi tidur ku.

Namun ketika aku mencoba menggerakan tubuhku, aku merasakan sakit yang teramat sangat langsung menjalar di sekujur tubuh ku.

"Tenangkan dirimu mu Nak, walaupun aku bukan jin muslim akan tetapi aku tidak memiliki niat jahat kepada mu!" ucap Ratu Kencana Wungu sambil menempelkan tangan kanannya ke kening ku.

'ajaib' hal itulah yang mampu mendeskripsikan apa yang aku alami setelah tangan ratu kencana wungu menempel di dahi ku. seluruh rasa sakit ku hilang seketika dan ada perasaan yang sangat menenangkan hati ku ketika aku bersentuhan dengan tangannya yang sangat dingin.

"sekarang cobalah kau bangun dari tidur mu!" ucap Ratu Kencana Wungu dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

Akupun perlahan mencoba menggerakan tubuh ku dan mengambil posisi duduk, ketika tangan ratu kencana Wungu ditarik dari kening ku, ingin rasanya aku mengatakan kepadanya jangan menarik tangannya dari ku.

Seolah Ratu Kencana Wungu mampu membaca pikiran ku, dia hanya tersenyum lembut kepada ku sambil membelai rambut ku.

"jika kau belum ingin bicara, maka tidak akan ada yang memaksa mu. jika kau ingin pulang ke alam manusia aku akan mengantarkan mu sampai kedepan rumah mu." Ratu Kencana Wungu berkata kepada ku sambil mengelap air mata ku yang terjatuh membasahi pipi ku tanpa kusadari.

"mengapa aku menemukan perasaan tenang dan damai dari sosok jin seperti anda!" ucap ku terisak sambil memeluk tubuh Ratu Kencana Wungu.

Ratu Kencana Wungu tidak mengatakan apapun kepada ku, dia membiarkan diriku memeluknya seperti seorang ibu yang mencoba menenangkan anaknya yang sedang menangis. Harum wangi bunga dan wangi khas lautan yang menjadi wangi khas sang Ratu aku hirup dengan rakus. Anehnya harum tubuh sang ratu mampu menenangkan diriku.

Entah untuk berapa lama aku terdiam sambil memeluk tubuh Ratu Kencana Wungu, yang ku Tahu aku sangat enggan melepaskan pelukan ku dari tubuhnya.

"Nak jadi siapa nama mu?" tanya Ratu kencana Wungu dengan lembut sambil memeluk ku.

Perkataan itu membuat ku tersadar dari lamunan ku, "maaf aku terbawa suasana, nama ku Kanaya."

Ratu Kencana Wungu melepaskan pelukannya kepada ku lalu dia memandangi wajah ku, "aku yang seharusnya meminta maaf kepada mu Kanaya. Karena ombak besar yang kubuat awalnya hanya untuk menakuti mu supaya kau tidak jadi bunuh diri. Tapi ombak itu justru menyeret mu kedalam lautan dan hampir saja membunuh mu."

Aku tersentak ketika mendengar perkataan Ratu Kencana Wungu yang sangat jujur dan baru kali ini ada entitas selain kedua orang tua ku dan adik ku yang meminta maaf secara tulus kepada ku tanpa memandang rendah diriku yang miskin.

Aku segera menggelengkan kepala ku, "tidak, anda tidak salah Ratu. Aku memang punya waktu untuk melarikan diri tapi aku sengaja memilih diam ditempat ku dan aku memang berharap untuk mati."

Ratu kencana Wungu yang iba mendengar perkataan ku segera menggenggam kedua tangan ku. ada raut wajah kekhawatiran yang terlihat jelas diwajah Ratu Jin penguasa seluruh Lautan di indonesia.

"Nak, aku dan Patih Lodaya sempat mendengar curhatan mu dengan tuhan ketika kau berkata di tepi dermaga. apa yang membuat mu begitu putus asa dan sangat ingin mati tenggelam di lautan lepas seperti ini?" tanya Ratu Kencana Wungu dengan nada Khawatir.

Akupun menceritakan seluruh kisah ku kepadanya tanpa malu dan tidak ada yang kututupi. Karena aku merasa sang Ratu Jin ini sangat baik dan peduli kepada ku. jadi kenapa aku harus berbohong kepadanya.

Ratu Kencana Wungu berkali-kali berdecak kesal ketika mendengarkan cerita ku ketika aku menceritakan ketiga mantan ku dan ejekan para tetangga ku yang mengetahui bahwa diri ku keguguran di rumah sakit.

Ada kemarahan yang terlihat jelas dari wajah cantik Ratu Kencana Wungu. Secara perlahan namun pasti aku melihat sisi kelam dan kejam dari Ratu Kencana Wungu ketika mendengar cerita ku. akan tetapi kemarahan dan kebencian di wajah Ratu Kencana Wungu segera berubah menjadi tatapan iba ketika dia melihat ke arah ku.

"Nak, dahulu aku mempunyai seorang tuan dari bangsa manusia yang sangat aku hormati yang bernama Gunawan. Ketika dia seumuran dirimu, dia kehilangan kendali dan perangainya berubah dari manusia yang penuh belas kasih dan berhati lembut, menjadi manusia yang berhati keras dan gemar membunuh siapa saja yang menghalangi jalannya." Ratu Kencana Wungu menerawang keatas atap ruangan tempat kami berada.

Ketika ku mengikuti arah pandangannya aku menemukan bahwa kamar tempat aku bertemu dengan Ratu Kencana Wungu dan Patih Lodaya berada didalam lautan. Karena dari kaca transparan yang ada diatas atap kamar ku, aku dapat melihat binatang-binatang laut dalam berenang di atas kamar ku.

Seketika itu juga aku teringat ucapan Ratu Kencana Wungu yang mengatakan bahwa dirinya adalah bangsa jin. Ada sedikit ketakutan ketika aku mengingat hal itu, seolah mengetahui isi hati ku, Ratu Kencana Wungu kemudian menatap ku sambil tersenyum.

"Nak, sekarang kau percaya bahwa saat ini dirimu berada di alam jin?"