BAB 13 : Tamu Tak Diundang

Aku akhirnya sampai diteras rumah ku dan kami sekeluarga bersama ketiga teman bapak ku makan malam bersama. Pandu semenjak makan terus menerus memandangi teras rumah tempat dimana dua Harimau besar sedang bermalas-malasan ditengah guyuran hujan lebat.

Ditengah cuaca yang sangat dingin ibu ku membawakan lima buah kopi panas dan satu diantaranya adalah kopi hitam pahit yang disodorkan kepada ku.

Aku menaikan kedua alis ku ketika ibu menyodorkan kopi hitam kepada ku. karena aku tidak pernah menyukai dan meminum kopi hitam. Terlebih lagi kopi ini adalah kopi hitam tanpa gula.

"bu? Kok ibu kasih Kanaya kopi Hitam?" bisik ku kepada ibu dengan nada yang keheranan.

"loh, kan tadi kamu nyamperin ibu ke dapur dan minta dibuatkan kopi hitam?" gumam ibu yang juga berbisik kepada ku.

"Kapan?" balas ku sambil berbisik, "Kanaya dari kamar langsung ke sini bu!"

Bapak yang melihat aku dan ibu sedang berbisik-bisik di saat teman-temannya ada di teras, Bapak langsung memandangi aku dan ibu dengan sorot mata yang tajam sambil menggelengkan kepal. Melihat hal itu aku dan ibu sepakat untuk tidak melanjunkan percakapan kami tentang kopi hitam.

"wah seger, cuacanya dingin begini menikmati kopi hitam pahit sungguh mantap!" gumam pak Kasman sambil menyeruput kopi Hitamnya.

"benar pak, emang ibu Khodijah ngertiin kita banget!" sambung pak Kades sambim tersenyum.

"loh, Kanaya sekarang suka kopi hitam?" seru Pak Ustad Zulkifli yang melihat sebuah kopi hitam yang ada di depan ku.

Aku hanya tersenyum sambil melirik kearah ibu ku, lalu menganggukan kepala ku.

"itu tandanya Kanaya sudah dewasa pak ustad, jadi dia tahu hal yang pahit sekalipun bisa dinikmati seperti kopi hitam pahit." Ucap Bapak sambil tertawa mencoba mengalihkan perhatian.

"benar sekali, memang pak Somad ini jagonya soal filosofi kehidupan!" sambung Pak Kades yang mengerti maksud bapak ku yang ingin mengalihkan perhatian dan pembicaraan.

Kemudian Pak ustad dan pak Kasman ikut tertawa dan larut dalam candaan yang dibuat oleh bapak ku. sementara ibu ku masih seperti orang yang kebingungan karena dia membuatkan lima gelas kopi dan aku menyangkal bahwa aku meminta kopi hitam.

"Nak Kanaya, klo saya boleh tahu. Selama 7 hari ini Kanaya kemana saja dan mengapa Kanaya bisa tiba-tiba muncul di depan teras rumah tanpa kami semua sadari?" tanya Pak ustad kepada ku.

Sontak pertanyaan pak ustad membuat suasana kembali menjadi tegang dan semua mata kini tertuju kepada ku.

Aku tersenyum kepada pak ustad dan yang lainnya kemudian aku menatap bapak ku. Seolah mengerti maksud tatapan mata ku Bapak segera berdehem dan menatap ketiga sahabatnya.

"begini, saya sendiri sebenarnya ingin mendengarkan cerita itu, akan tetapi saya minta kepada semua yang hadir disini untuk tidak menceritakan apapun yang akan dikatakan oleh kanaya terkait kepergiannya selama 7 hari. Karena bisa jadi anak ku mengalami perjalanan spiritual dan tidak pas jika perjalanan itu diketahui oleh masyarakat umum." Ucap Bapak sambil menatap teman-temannya.

Kemudian ketiga teman bapak menganggukan kepalanya tanda setuju untuk merahasiakan apapun yang akan mereka dengar malam ini tentang kemana diriku pergi selama tujuh hari. Ketika semua orang menatap wajah ku dan menunggu mulut ku untuk mengatakan sesuatu, diluar kendali ku, tangan ku mengambil kopi hitam yang ada di hadapan ku dan meminumnya.

Aku merasakan pahitnya kopi yang seakan-akan ingin ku muntahkan, akan tetapi dari dalam diri ku seolah-olah sangat menikmati rasa kopi hitam pahit tersebut.

Aku menatap satu persatu manusia yang ada di tempat ini sambil tersenyum, "saya menghilang selama 7 hari, karena saya berada di alam jin dan bertemu dengan Ratu Jin penguasa seluruh lautan di indonesia."

Sontak pernyataan ku membuat semua orang yang mendengarnya membisu dan mereka saling tatap satu sama lain. Dari tatapan mereka aku melihat ada keraguan dan rasa iba kepada ku.

Aku melanjutkan cerita ku, tangan ku kembali meraih gelas kopi yang ada di hadapan ku dan aku meminumnya sampai setengah gelas.

Kemudian mulut ku berkata diluar kendali ku dan menceritakan secara detail apa saja yang aku alami selama ini. Aku baru berhenti menceritakan hal itu tepat setelah diri ku mengatakan penunggu hutan bambu yang di dekat sini adalah bangsa raksasa dan dia telah menjadi pengikut ku dan berjanji tidak akan menakut-nakuti penduduk desa dan juga menerima sesajen.

Pak ustad, Pak Kades, Pak Kasman dan Bapak saling tatap satu sama lain. Bahkan ibu ku segera menggenggam tangan bapak. Ada ketakutan diraut wajah mereka semua setelah mendengar cerita ku dan mereka semua juga terkejut ketika aku mengatakan bahwa alasan Ratu jin dan seluruh penghuni istana bersujud kepada ku karena aku adalah anak keturunan Gobang.

Pandu terlihat lebih santai, dia memandangi ku dan kedua harimau besar secara bergantian lalu da berkata, "jadi kedua Harimau besar itu kemungkinan adalah kedua kuda yang menarik kereta kencana kak Kanaya?"

Aku hanya tersenyum sambil menganggukan kepala ku dan lagi-lagi hal ini diluar kendali ku. karena aku sendiri sebenarnya juga tidak mengetahui hal tersebut. akan tetapi di tengah keraguan ku suara Ratu Kencana Wungu terdengar di kepala ku.

"apa yang dikatakan oleh adik mu adalah benar dan sebaiknya Tuan Putri cukup menceritakan sampai disini dan tidak perlu menceritakan tentang satu batalion pasukan harimau yang menjaga desa ini!"

"Baik Ratu!" jawab di dalam hati kepada Ratu Kencana Wungu.

"berarti suara berdehem dan suasana mistis yang dirasakan ketika kita semua tahlil itu adalah benar karena ada makhluk gaib yang ingin menakuti kita semua!" gumam pak ustad lirih.

Setelah itu semua mata manusia yang ada disana menatap ku dan ku balas dengan anggukan kepala. Masih ada keraguan dimata pak Kades dan Pak Kasman ketika mendengar cerita ku.Aku tidak bisa menyalahkan mereka, karena aku sendiri tidak akan percaya jika mendengar cerita seperti ini dari orang lain, karena terlalu mistis dan tidak bisa diterima akal sehat.

Pak Ustad Zulkifli menganggukan kepalanya dan dia menghela nafas berat, sepertinya hanya pak ustad dan bapak ku yang mengerti apa yang ku ceritakan adalah sebuah kebenaran. Sementara ibu dan Pandu hanya memasang ekpresi datar.

"lalu siapa sebenarnya Gobang?" celetuk Pak Kasman sambil membakar rokoknya.

"Jika aku tidak salah dengar aku sempat diceritakan oleh kakek buyut ku bahwa ada legenda pendekar Betawi yang lebih hebat dari Pitung akan tetapi Pendekar tersebut tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Nama pendekar itu adalah Gobang!" gumam Pak Kades sambil menatap ku.

"Terkait Gobang saya sendiri tidak mengetahuinya pak kades. Saya hanya diceritakan oleh Ratu Kencana Wungu. Satu hal aku tahu, selama ini masyarakat indonesia menyangka bahwa Ratu Kencana Wungu sangat senang dengan tumbal dan diberikan sesajen!" ucap ku sambil menghela nafas panjang.

"Loh memangnya Ratu Jin penguasa lautan indonesia itu tidak suka mengambil tumbal dan diberikan sesajen?" tanya Pak Kasman dengan nada yang penasaran.

Aku menggelengkan kepala ku, "Tidak pade, Ratu Kencana Wungu justru sangat membeci para manusia yang melakukan hal tersebut. bahkan Ratu Kencana Wungu menyelematkan ku jauh sebelum dia mengetahui bahwa aku adalah anak keturunan Gobang."

Tiba-tiba di kejauhan terdengar suara lolongan anjing yang sangat menyedihkan. Suara itu membuat semua manusia yang ada di teras rumah merinding dan ketakutan. Karena setelah itu udara berubah menjadi lebih dingin dan ada semacan aura yang membuat kami semua merasa takut.

Lampu teras rumah ku berkedip-kedip seperti kekurangan Voltase listrik, kemudian seluruh lampu yang ada di desa ku juga mulai terlihat mati dan menyala. Hal itu membuat kami semua menjadi ketakutan karena sangat aneh lampu seluruh desa menjadi berkedip-kedip seolah-olah lampu tersebut akan segera mati atau terputus aliran listriknya.

Alam bawah sadar kami mengirimkan sinyal bahaya dan memberitahukan kepada kami bahwa ada satu entitas yang berbahaya yang sedang datang mendekat ke rumah ku.

Kedua Harimau besar yang sedang tidur bermalas-malasan di halaman rumah segera bangun dan bersiaga sambil menatap kedepan. Bahkan patih lodaya segera maju ke teras rumah dan berdiri tegak diantara dua Harimamu besar tersebut. jauh di depan teras rumah ku Ribuan Harimau Gaib yang merupakan satu batalion tempur yang berada di bawah komando Patih Lodaya segera membentuk barisan pertahanan.