BAB 16 : KEKUATAN MISTERIUS KANAYA

Aku yang kebingungan hanya mampu menatap Lust dengan tatapan kosong dan Lust hanya tersenyum kepada ku sambil menghisap cerutunya. Bau amis darah tercium sangat pekat ketika asap cerutunya di hembuskan dari mulut Lust.

"Tuan Putri, anda baik-baik saja?" Ratu Kencana Wungu menepuk pundak ku.

Tepukan tangan Ratu Kencana Wungu menarik kembali kesadaran ku yang sempat melayang entah kemana setelah aksi Lust kepada ku. Aku menolehkan kepala ku kepada Ratu Kencana Wungu, aku melihat disudut bibirnya mengeluarkan darah dan wajah Ratu Kencana Wungu terlihat meringis menahan sakit.

Aku menganggukan kepala ku dengan wajah yang penuh ke khawatiran, "Diriku baik-baik saja Ratu! Apakah Ratu baik-baik saja?"

"hanya luka kecil, aku masih sanggup bertarung dengan Lust!" Ratu Kencana Wungu menyeka mulutnya yang terdapat noda darah berwarna merah.

Ratu Kencana Wungu menatap perut ku untuk beberapa tarikan nafas, kemudian dia berjalan kedepan ku dan menghalangi Lust untuk melihat ku.

"apa yang kau lakukan kepada Tuan Putri, iblis laknak?" Ratu Kencana Wungu menggenggam pedangnya dengan sangat erat dan suaranya menggema di seluruh desa ku dan memancarkan kemarahan yang sangat terlihat jelas yang di tujukan kepada Lust.

"Ratu, aku baik-baik saja. Ku mohon tenangkan dirimu!" ucap ku sambil menggenggam tangan sebelah kiri ratu kencana wungu.

Ratu Kencana Wungu melirik kepada ku dan aku melihat bola matanya sepenuhnya berwarna biru laut dan kemarahan yang terlihat jelas diwajahnya.

"Tetap beridiri di belakang ku Tuan Putri! Aku akan melindungi mu dengan nyawa ku!" gumam Ratu Kencana Wungu kemudian dia kembali menatap Lust.

 Lust hanya tersenyum mengejek kearah Ratu Kencana Wungu sambil menghisap cerutunya, "melindungi Kanaya dari ku? apa aku tidak salah dengar?"

Lalu ekspresi Lust yang dari awal selalu tersenyum konyol dan meremehkan Ratu Kencana Wungu berserta pasukannya. Tiba-tiba berubah menjadi serius dan dipenuhi amarah, sebuah ledakan energi yang sangat dahsyat keluar dari tubuh Lust.

Malam yang tadinya tenang tanpa angin, tiba-tiba menjadi sangat mencekam dan nafas ku menjadi sangat berat. Kepala ku mulai terasa pening dan pandangan ku mulai mengabur, aku mencengkram tangan Ratu Kencana Wungu dengan sangat erat.

Entah mengapa aku merasa aku seperti terbang melayang di atas ketinggian dan jika aku terjatuh dari ketinggian tersebut aku pasti mati.

"Ratu...." ucap ku lirih sambil menggenggam tangan Ratu Kencana Wungu.

Ratu Kencana Wungu menggengam erat tangan ku dan secara perlahan aku merasakan sedikit membaik dan rasa mual ku memudar secara perlahan.

Lust menatap Ratu Kencana Wungu dengan kebencian yang terlihat jelas dimatanya, "Kencana Wungu....andai saja aku datang kesini untuk membunuh Kanaya dan kalian semua. Aku sudah melakukannya tanpa kesulitan!"

Lust kembali meledakan energinya yang berwarna merah darah dan kali ini Ratu Kencana Wungu langsung membentuk sebuah perisai Gaib. Ketika sebuah perisai gaib yang berbentuk seperti bola dan memancarkan sinar ungu, disekitar ku dan ratu kencana wungu. Aku baru bisa bernafas dengan lega dan tidak tertekan oleh pancaran aura Lust.

Aku melihat Lust tersenyum mengejek kearah Ratu Kencana Wungu, "Jin Laut, mainan mu tidak akan mampu menahan kemarahan ku."

Perlahan aku melihat perisai energi yang dibentuk oleh Ratu Kencana Wungu perlahan-lahan retak dan mulai terdapat lubang-lubang kecil di perisai gaib yang dibuat oleh ratu kencana wungu.

Lust meluruskan lengan kanannya dan telapak tangan kanannya mengarah kepada perisai gaib yang mulai retak.

"Deerrare, infirma creatura! (Enyah kau makhluk lemah)" ucap Lust dengan suara berat dan menggema, dan di mulut Lust terselip cerutu yang dia hisap.

Krak...Krak!

Terdengar suara retakan diseluruh perisai gaib yang dibentuk oleh Ratu Kencana Wungu. Sedetik kemudian Ratu Kencana Wungu langsung memeluk tubuh ku untuk melindungi ku supaya tidak terkena dampak dari perisai gaibnya yang berhasil dihancurkan oleh Lust.

Bum!

Terdengar suara ledakan yang sangat kencang dan hawa panas yang menjalar disekitar ku. aku merasakan suatu cairan kental yang membasahi kepala ku. aku menengadahkan wajah ku keatas dan aku melihat Ratu Kencana Wungu memuntahkan darah segar dari mulutnya.

Ratu Kencana Wungu mengibaskan tangan kanannya dan udara panas yang kurasakan langsung menghilang entah kemana. Angin yang bertiup sangat kencang langsung reda dan malam kembali menjadi tenang.

Ratu Kencana Wungu jatuh berlutut didepan ku dan kembali memuntahkan darah segar dari mulutnya. Ketika melihat hal itu secara reflek langsung berdiri didepan tubuh ratu kencana wungu dan berhadapan langsung dengan Lust.

"Cukup!" Gumam ku penuh amarah sambil menatap Lust, "aku tahu kau jauh lebih sakti dari Ratu Kencana Wungu. Tapi ingat Lust aku adalah anak keturunan Gobang walaupun aku keturunan dari anak perempuannya, aku masih memiliki kuasa untuk memanggil pasukan dari laut hitam."

Lust terkejut ketika mendengar suara ku meninggi dan sangat berbeda, seolah-olah suara itu bukanlah diri ku. bahkan aku sendiripun terkejut dan tidak mengerti mengapa aku begitu berani berkata seperti itu kepada Lust sang Pangeran Kegelapan.

"Kanaya, aku tidak ingin berperang dengan mu!" ucap Lust dengan nada pelan dan kemarahan telah hilang dari wajahnya di gantikan dengan wajah yang kebingungan.

"tidak ingin berperang kata mu? lantas mengapa kau menyerang pengikut ku?" teriak ku dengan penuh rasa amarah.

Aku merasakan tubuh ku sangat ringan dan secara perlahan aku merasakan kaki ku tidak menyentuh tanah.

"Tuan Putri, aku mohon kendalikan amarah mu." ucap Ratu Kencana Wungu dengan suara yang lemah yang memandangi ku dalam posisi terduduk.

Lust mundur beberapa langkah sambil menatap ku, "Kanaya, jangan memaksa ku!"

Diluar kendali ku, aku tersenyum kearah Lust. Aku merasakan diriku dialiri oleh suatu kekuatan yang sangat kuat. Aku menengadahkan telapak tangan kanan ku dan sebuah energi berwarna merah mulai terbentuk ditelapak tangan ku.

"YA AKU MEMAKSA MU! AKU KANAYA ANAK KETURUNAN GOBANG MENANTANG MU!" suara ku menjadi sangat berat dan dalam, aku sepenuhnya tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Aku hanya merasakan rasa sedih, marah dan aku sangat ingin membunuh. Ditengah-tengah emosi yang semakin meluap-luap dan menguasai diri ku. aku terbang kearah Lust dengan cepat dan mengarahkan bola cahaya yang berwarna merah kepada Lust.

Dua Jendral Lust yang bernama Envy dan Belzel melesat cepat terbang kearah ku dan menyerang ku. aku mengarahkan tangan kanan ku menghalau serangan kedua jendral iblis Lust.

Bum!

Terjadi benturan energi ketika tangan kanan ku yang terdapat bola energi berwarna merah bertabrakan dengan serangan kedua jendral Lust. Kabut putih tipis menyelimuti diri ku dan aku tidak bisa melihat apapun.

"Tuan Putri!" panggil Ratu Kencana Wungu dengan panik.

"Aku baik-baik saja Ratu!" jawab ku singkat dengan tubuh yang masih melayang di udara.

Ketika asap putih menghilang disekitar ku, aku melihat dua jendral Lust sudah terkapar ditanah dan tidak sadarkan diri. Dari mulut mereka, keduanya mengalirkan darah segar berwarna hitam pekat.

"Kanaya, maafkan aku yang tersulut emosi ku atas sikap arogansi Kencana Wungu. Aku datang kesini dengan niat baik dan tidak ingin mencelakai mu!" gumam Lust sambil menghisap cerutunya dan masih berdiri dengan tenang di tempatnya semula.

Aku menatap Lust dan secara perlahan tubuh ku kembali ke bawah dan menginjak tanah, "lantas apa yang bisa membuat ku percaya bahwa dirimu tidak memiliki niat jahat kepada ku?"

Lust terkekeh ketika mendengar perkataan ku, "apakah kau tidak menyadarinya? Setelah aku melakukan sesuatu kepada mu, kau bisa melakukan semua ini. Apakah dirimu bisa melayang di udara seperti tadi dan mengeluarkan sebuah energi yang sangat besar sebelum bertemu dengan ku?"

Perkataan Lust barusan seperti tamparan keras yang aku terima ke wajah ku, aku terdiam untuk beberapa tarikan nafas dan menyadari bahwa apa yang Lust katakan adalah sebuah kebenaran.

Bahkan Ratu Kencana Wungu juga terlihat kebingungan dan tatapan marahnya kepada Lust berubah menjadi tatapan kebingungan.

"Lust....apa yang kau lakukan kepada Tuan Putri Kanaya?" tanya Ratu Kencana Wungu sambil berusaha berdiri.