BAB 17 : DUA JIWA SATU RAGA

Lust yang di tatap oleh diriku dan juga Ratu Kencana Wungu hanya tertawa lepas sambil memandangi wajah ku dan Ratu Kencana Wungu.

"Kencana Wungu, kau mengetahui bukan bahwa salah satu musuh lama dari Gobang belum benar-benar terbunuh. Akibat emosi, Gunawan tidak menikam jantung salah satu iblis kembar." Jawab Lust yang masih tersenyum sambil menghisap cerutunya.

Ratu Kencana Wungu menaik turunkan alisnya, wajahnya terlihat pucat ketika mendegar perkataan Lust.

"yah iblis kembar yang bernama Yakjud dan Makjud, memang salah satu diantara mereka terpenggal kepalanya dan jasad menghilang di segitiga bermuda." Ratu Kencana Wungu tidak bisa menunjukan ketakutan dan kekhawatirannya ketika membicarakan Yakjud dan Makjud.

"itulah fungsi kenapa aku melakukan ritual penaklukan iblis merah yang bersarang jauh di dalam diri Kanaya. Jika aku tidak menguncinya dan tidak mengikatnya dengan Kanaya, bisa kau bayangkan jika iblis yang gagal dibunuh oleh Gunawan bangkit dan menebarkan teror lagi??" Tatapan wajah Lust berubah menjadi serius dan menakutkan.

"aku tidak sudi membagi dunia ku dengan iblis kembar sialan itu, lebih baik aku berbagi dunia dengan keturunan Gobang. Setidaknya keturunan Gobang akan menguasai dunia manusia dan aku tetap memiliki singgasana ku di kegelapan!" setelah mengatakan hal itu lust tertawa dan tawanya menggema di kegelapan malam.

Ratu Kencana Wungu dan diriku saling pandang ketika mengetahui tujuan Lust melakukan sebuah ritual kepada ku. walaupun tujuan Lust terdengar abu-abu akan tetapi, dia memang tidak ada niat jahat kepada ku.

Lust berjalan kearah Jendralnya kemudian dari tangannya ada asap berwarna merah tipis yang keluar dan menyelimuti kedua jendralnya. Dalam beberapa tarikan nafas berikutnya kedua Jendral Lust tersadar dan berdiri. lalu Lust meniupkan sesuatu dari tangannya dan benda berwarna merah yang seperti asap menyebar keseluruh Desa ku.

"Kanaya, anak keturunan Gobang. Aku sudah membangkit senjata yang bisa menghentikan Yakjud ketika dia bangkit. Jika Yakjud tidak bangkit ketika diri mu hidup maka kau harus mewarisi iblis merah itu kepada anak keturunan mu."

Lust dan kedua jendralnya perlahan memudar dari penglihatan ku dan dalam beberapa tarikan nafas berikutnya Lust serta kedua jendralnya benar-bernar menghilang dari hadapan ku.

"Sampai jumpa lagi Kanaya, hahahaha!" suara Lust bergema di udara dan sedetik kemudian kekuatan ku langsung hilang seketika.

Aku langsung ambruk ketanah tidak sadarkan diri, yang aku lihat sebelum kesadarang ku hilang sepenuhnya ada sesosok wanita yang wajahnya hampir menyerupai diri ku. perbedaannya, dikepalanya terdapat beberapa tandu berwarna merah dan seluruh tubuhnya berwarna merah. Di balik pundaknya ada sebuah sayap kalelawar kecil dan wanita itu memiliki ekor yang sangat tajam berwarna merah dibagian belakang tubuhnya.

Gadis itu terlihat canti hanya saja tanduk dikepala dan sayap serta ekor yang ada ditubuhnya membuat dirinya terlihat sedikit menyeramkan. Bola matanya berwarna hitam dan hanya sedikit saja bagian putih yang terdapat di kedua kelopak matanya.

"Halo Kanaya!" gadis itu tersenyum kepada ku sambil melambaikan tangannya. 

Secara samar aku menyium bau anyir darah dari tubuh gadis itu, dan bau wewangian yang sebelumnya belum pernah ku cium seumur hidup ku. lalu mata ku terpejam dan tidak sadarkan diri.

Ketika aku membuka mata ku, aku sudah berada di kamar ku dan matahari sudah bersinar sangat terang menyinari desa ku. aku terkejut dan segera bangun dari posisi tidur, baju yang ku kenakan basa karena keringat ku.

"eh Kanaya sudah bangun, sini kak ibu sudah menyiapkan makan siang!" ucap ibu ku sambil tersenyum lembut kepada ku ketika dia memasuki kamar ku.

"ibu?" aku yang kebingungan langsung berlari dan memeluk ibu ku.

"ada apa kak?" tanya ibu ku kebingungan.

Aku menatap ibu lekat-lekat dari atas kebawah, ibu yang sedang ku pandangi terlihat menjadi semakin kebingungaan. Lalu tidak lama kemudian adik ku Pandu pulang sekolah.

"asalamualaikum!"

"walaikumsalam!" jawab ku dan ibu ku serempak.

Pandu masuk kerumah dan mencium tangan ibu ku dan juga tangan ku, setelah itu pandu memasuki kamarnya. Aku mengedarkan pandangan ku kesekitar karena aku merasakan ada yang aneh.

"Kak, mandi dulu. Badan mu bau karena keringetan. Kamu tuh perempuan ga boleh jorok!" Ibu kok mengomeli ku karena aku belum mandi.

Seperti biasanya ketika ibu ku sudah mode ngomel maka mulutnya tidak akan pernah berhenti sebelum apa yang disuruh dilakukan oleh ku. aku segera menganggukan kepala ku dan berjalan memasuki kamar ku.

"Sepertinya ada yang aneh...tapi apa?"gumam ku di dalam hati.

Aku berjalan keluar rumah dan mengambil handuk ku di jemuran. Ketika aku berada di luar aku baru menyadari keanehan yang berada di sekeliling ku.

Aku melihat sebuah mobil mewah terparkir di garasi rumah ku dan juga beberapa motor gede terparik rapih di garasi rumah ku.

"tunggu dulu sejak kapan rumah ku memiliki Garasi? Dan sejak kapan keluarga ku mampu mebeli mobil mewah dan beberapa motor gede!" gumam ku didalam hati

Aku segera menatap kedalam rumah ku sambil melihat ibu ku. aku yang terkejut segera menutup mulut ku dengan kedua tangan ku. karena aku melihat lantai rumah ku sangat mewah, lantai rumah ku hanya beralaskan keramik lusuh berwana cokelat. Akan tetapi yang kulihat saat ini seluruh lantai rumah ku bealaskan marmer putih mulus.

Di tembok rumah ku terdapat beberapa batu alam yang sangat indah dan mahal. Lalu aku memperhatikan ibu ku, ternyata ibu ku terlihat sangat glamor dan di sela-sela jarinya terdapat sebuah cincin berlian yang sangat mewah.

"tidak mungkin!" seru ku dengan suara lantang.

Ibu ku yang mendengarkan suara ku terlihat terkejut dan menatap ku, "kamu kenapa kak?"

Dengan jari yang gemetar aku menunjuk ibu ku, "kau bukan ibu ku! siapa diri mu!"

"Kak aku ibu mu, Khodijah!" ucap ibu ku sambil tersenyum lembut kepada ku.

"Tidak, ibu ku tidak suka mengenakan perhiasan seperti ini!" bentak ku sambil menatap kesal kepada sosok yang mirip ibu ku, "Siapa kau sebenarnya!"

"kak, kanaya...." ibu ku terlihat sedih dan menangis ketika aku membentaknya.

Pandu segera berlari keluar dari kamarnya ketika mendegar aku berteriak dan ibu ku menangis, "kak, kakak kenapa membentak ibu?"

"Siapa kalian?" hardik ku dengan suara lantang.

"kakak....!" ucap pandu sambil memeluk ibu ku, "ini aku pandu kak dan ini ibu!"

"Tidak kalian bukan adik dan ibu ku!" teriak ku lantang.

Kemudian aku istigfar dan melantunkan doa-doa perlindungan, dalam beberapa tarikan nafas berikutnya aku melihat pandu dan ibu ku menghilang dan aku berada di kegelapan yang sangat pekat.

Dikejauhan terdapat sososok berwarna merah yang sedang berjalan perlahan mendekati ku dari suaranya sangat jelas bahwa sosok yang berwana merah itu adalah wanita.

"kenapa kamu tidak mau menerimanya Kanaya? Bukankah itu yang selama ini kau impikan? Aku sudah mewujudkan apa yang selama ini kau impikan tapi kau membuangnya begitu saja!"

Sosok merah itu berkata kepada ku dengan intonasi yang sangat sedih dan seolah-olah dia terluka karena diriku menolak semua kemewahan yang dia katakan 'sengaja diciptakan untuk ku.'

"tidak, bukan ini yang aku inginkan!" hardik ku sambil menatap ke sosok berwana merah.

"lantas apa yang dirimu inginkan kanaya? Apa kau menginginkan kematian ketiga pria yang telah memakai mu seperti barang dan mencampakan mu setelah mereka puas menikmati tubuh mu?" ucap sosok perempuan yang tadi aku lihat ketika kesadaran ku belum menghilang.

"kau.....!" aku menunjuk sosok perempuan tersebut dengan tangan gemetar, "siapa dirimu?"

"aku dan kamu adalah satu Kanaya, seharusnya aku mengatakan kita berdua adalah satu jiwa dan hanya berbeda tubuh." Ucap sosok perempuan tersebut sambil tersenyum kepada ku.

Ketika dia tersenyum aku melihat empat buah gigi taring yang sangat runcing dari balik bibir mungilnya. Walaupun dirinya tidak seperti manusia dan sedikit menyeramkan, anehnya aku tidak merasakan takut kepadanya.

"Tuan Putri Kanaya, bangun. Anda harus kembali kealam manusia!" suara Ratu Kencana Wungu bergema dikepala ku.

"Ratu..." ucap ku sambil mencari sosok Ratu Kencana Wungu ditengah pekatnya kegelapan yang menyelimuti ku.

"cih, Kanaya kau tidak bisa mengandalkan makhluk dari bangsa jin tersebut. dia memang sakti untuk bangsa jin. Akan tetapi kami bangsa iblis jauh lebih sakti dari pada bangsa jin." Wanita berbadan merah itu tersenyum kesal sambil menatap keatas.

"tidak, aku tidak percaya kepada mu. kembalikan aku sekarang ke alam manusia!" jerit ku histeris sambil menatap tajam ke sosok wanita itu.

Wanita yang tubuhnya serba merah, terlihat sangat kecewa ketika mendengar perkataan ku, dia menggelengkan kepalanya dan menghela nafasnya.

"Kanaya, jika ada sosok makhluk gaib yang bisa kau percaya itu adalah aku. Karena aku dan kamu adalah satu dan aku ratusan kali lebih sakti dari ratu jin itu."

"tunjukan kepada ku jika kau memang tidak memiliki niat jahat kepada ku!" bentak ku sambil melotot kepada wanita itu.

Wanita bertubuh merah menghembuskan nafasnya dengan kasar, "baik aku akan mengembalikan diri mu kealam manusia. Saat ini aku masih lemah, karena aku baru terlahir tapi aku mampu membunuh bangsa jin setingkat patih lodaya."

Kemudian wanita itu mengibaskan tangannya kearah ku, "setelah ini aku akan tertidur kanaya dan kuohon jangan lupakan diri ku!"

Ucapan lirih dari sosok wanita itu adalah hal terakhir yang kudengar sebelum aku pergi meninggalkan dimensi gelap tempat ku berada. Dalam beberapa tarikan nafas berikutnya aku terbangung diatas ranjang kamar ku.

Nafas ku memburu dan jantung ku berdegup kencang ketika karena ketika aku membuka mata ku, hal pertama yang aku lihat persis ketika aku berada di dunia yang diciptakan sosok gadis berwarna merah tersebut.

Diluar kamar ku, ibu ku tersenyum kepada ku dan matahari sudah menyinari bumi dan sinar matahari sudah masuk kedalam kamar ku.

"eh Kanaya sudah bangun, sini kak ibu sudah menyiapkan makan siang!" ucap ibu ku sambil tersenyum lembut kepada ku ketika dia memasuki kamar ku.