Bab 18 : Kanaya dan Sisi Gelapnya

Aku yang merasa dejavu hanya bisa diam ditempat tidur ku sambil memandangi ibu ku yang berjalan kearah ku. ketika ibu ku berjarak sangat dekat dan duduk di ranjang ku, aku secara reflek langsung mundur kebelakang sampai menyentuh tembok kamar ku.

Dengan wajah ketakutan aku menunjuk wajah ibu ku dengan jari telunjuk ku, "Siapa kau?"

Ibu ku yang melihat aku menunjuk wajahnya sambil berteriak keras langsung memandangi ku dengan penuh amarah.

"Kanaya! Sejak kapan kamu berani membentak orang tua mu sendiri, hah?" maki ibu sambil melotot kearah ku.

Aku memandangi wajah ibu ku, kemudian aku menatap langit-langit kamar ku. aku. Semuanya tampak sama dan tidak terlihat mewah seperti ketika pertama kali aku bangun.

"apakah Kanaya benar sudah berada di rumah?" tanya ku dengan suara bergetar sambil menatap wajah ibu ku yang masih melotot kepada ku.

Ekspresi wajah ku sangat ketakutan dan tubuh ku tidak henti-hentinya gemetar ketakutan. Diriku tidak mengetahui apakah ini sebuah ilusi yang diciptakan oleh sosok wanita bertubuh merah yang berdiam diri dialam bawah sadar ku. Ataukah ini dunia nyataku dan diriku sudah tidak lagi berada didalam ilusi yang di ciptakan oleh wanita bertubuh merah tersebut.

 Mendengar pertanyaan ku, emosi diwajah ibu ku segera menghilang digantikan dengan tatapan iba dan penuh kekhawatiran.

"Nak, kamu sudah berada di rumah." Ibu ku berkata sambil menatap ku dengan tatapan sendu, "ini ibu mu nak, Khodijah." Ucap ibu sambil mengulurkan tangannya kepada ku.

Dengan tubuh yang masih gemetar ketakutan, aku perlahan-lahan mengulurkan tangan ku untuk menggapai tangan ibu ku. beberapa tarikan nafas berikutnya tangan ku dan tangan ibu ku bertemu dan aku merasakan kehangantan ditangan yang aku sentuh.

"ibu...."

Aku langsung memeluk tubuh ibu ku dan menangis dipelukannya. Ilusi yang diciptakan oleh wanita bertubuh merah itu sungguh membuat mental ku down. Memang aku sangat ingin menjadi kaya raya dan melihat keluarga ku hidup berkecukupan dan bergelimang harta. Tapi jika itu hanyalah ilusi dan sihir, berarti saat itu tubuh pasti sedang dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Aku membangyangkan jika aku tidak bisa keluar dari ilusi yang diciptakan oleh gadis bertubuh merah tersebut, pastinya keluarga ku akan sangat sedih. Karena tepat setelah aku kembali dari alam jin, aku justru tidak sadarkan diri.

Aku mengangis sejadi-jadinya di pelukan ibu ku sampai air mata ku membasahi pakaian yang ibu ku kenakan.

"sudah nak kau sudah aman sekarang!" gumam ibu ku sambil mengelus lembut punggung ku.

Aku hanya menganggukan kepala ku dan tetap memeluk ibu ku, aku takut jika aku melepaskan pelukan ini, diriku akna kembali ke dunia ilusi yang diciptakan oleh gadis bertubuh merah itu.

"Nak, tenangkan dirimu. Kamu sudah aman sekarang!" ucap ibu ku yang masih merangkul ku.

Deg!

Aku langsung merasakan hawa dingin yang aneh merayapi dan menusuk tulang ku. aku tidak mengerti apa yang salah, tapi satu hal yang pasti alam bawah sadar ku mengatakan 'ini tidak benar.'

"ada apa lagi ini ya allah? Mengapa perasaan ku sangat tidak tenang!" batin ku didalam hati, lalu aku melepaskan pelukan ku dari tubuh ibu ku.

"bu, aku lapar!" gumam ku sambil menatap ibu ku.

Ibu tersenyum lembut kearah ku, "ayo kebetulan ibu sudah masak makanan kesukaan mu!"

Aku tersenyum sambil memandangi ibu ku, "makanan kesukaan ku?" gumam ku didalam hati.

Kemudian ibu berdiri dari tepi ranjang ku dan dia meraih tangan ku untuk meminta ku turun dari ranjang. Aku mengikuti kemauan ibu ku, kemudian aku dan ibu ku keluar dari kamar. Tidak lama setelah itu Pandu adik ku pulang sekolah.

"asalamualaikum!: ucap Pandu ketika memasuki rumah.

Aku dan ibu kemudian menjawab salam yang Pandu ucapkan, setelah mencium tangan ku dan ibu Pandu segera bergegas memasuki kamar.

Deg!

"kenapa kejadian ini sama persis seperti ilusi yang di ciptakan oleh wanita bertubuh merah." Gumam ku didalam hati.

"Nak!" suara lembut ibu ku, memecahkan lamunan ku.

"iya bu?"

"tadi katanya laper, ayo makan dulu. Sekarang sudah jam satu siang, klo telat nanti kamu sakit loh!" ucap ibu ku dengan penuh kasih sayang.

"tolong ambilkan bu, Kanaya mau berjemur sebentar!" ucap ku mencari alasan dan sebenarnya ada yang ingin aku pastikan di luar rumah.

Ibu hanya tersenyum kepada ku kemudian ibu ku langsung menuju dapur. Aku segera bergegas keluar rumah dan melihat luar rumah ku.

Aku melihat lantai ubin yang memang seharusnya berada di rumah ku, lalu ketika aku keluar pintu rumah aku melihat pemandangan yang persis sama dengan kondisi rumah ku.

"alhamdulilah, ini bukan ilusi!" ucap ku lirih.

Lalu aku membalikan badan ku dan aku melihat ibu ku yang sedang berjalan kearah ku sambil membawa sebuah piring yang berisi nasi dan ikan serta sayur untuk ku santap.

Aku ingin kembali masuk kerumah tapi entah mengapa aku sangat enggan memasuki rumah. Ibu menatap ku keheranan.

"Nak, sini masuk, masa makan diluar.!" Ucap Ibu ku sambil tersenyum kepada ku.

Aku hanya tersenyum canggung mendengar perkataan ibu ku, lalu aku melangkahkan kaki ku. tepat ketika aku baru berjalan satu langkah aku mendengar suara ratu kencana wungu menggema di kepala ku.

"Kanaya Bangun!"

Insting ku langsung membuat ku menghentikan langkah ku, lalu aku melihat kearah ibu ku yang berdiri dan berhenti tepat selangkah sebelum di belakan pintu rumah ku.

"ada apa nak?" tanya ibu ku dengan wajah yang kebingungan.

Kemudian aku menatap sajian yang ada dipiring yang dibawa oleh ibu yang dikatakan makanan kesukaan ku.

Aku melihat sayur asem, ikan kembung, semur jengkol dan kerupuk tersaji di piring untuk kumakan dan sambel merah. Semuanya terlihat normal, akan tetapi ketika aku ingin berjalan mendekat aku kembali mendengar suara ratu kencana wungu bergema dikepala ku.

"jangan masuk kedalam rumah itu Kanaya, cepat bangun!" ucap Ratu Kencana Wungu dengan nada penuh kekhawatiran.

Aku kembali memperhatikan wajah ibu ku dan hidangan yang dibawa oleh ibu ku, lalu mata ku tertuju pada sambel merah.

Iya sambel merah, aku sangat tidak menyukai makanan pedas. Akan tetapi mengapa ibu ku menyediakan sambel untuk ku. dirumah hanya aku yang tidak suka makan sambel.

Deg!

"ada yang tidak beres!" gumam ku di dalam hati kemudian memperhatikan wajah ibu ku.

"Ada apa Nak?" tanya ibu ku sambil memeringkan kepalanya tampak kebingungan.

"kenapa ada sambel merah di nasi ku, ibukan tahu aku sukanya sambel hijau!" ucap ku berbohong.

Ibu ku kembali tersenyum kepada ku, "kebetulan kita tidak punya cabe rawit, di dapur hanya ada cabe merah!"

Deg!

Alam bawah sadar ku menyuruh ku berlari meninggalkan rumah yang mirip dengan rumah ku yang aku lihat sekarang. Tapi aku harus berlari kemana?

"kamu siapa? Seluruh keluarga tau bahwa hanya aku dirumah ini yang tidak suka memakan yang pedas-pedas!" seru ku sambil menunjuk wajah ibu ku.

Kemudian ibu ku menghela nafasnya dan secara perlahan wajah ibu berubah, mulai dari matanya yang semuanya menghitam dan tubuh ibu ku menjadi semakin ramping lalu warna tubuh ibu ku berubah menjadi berwarna merah semua,

"sial!" gumam ku pelan

"Kanaya, mengapa kamu tidak mau tinggal bersama ku di dunia yang ku ciptakan untuk mu?" ucap gadis bertubuh merah dengan nada yang sangat sedih sambil menatap ku.

Aku dengan cepat segera menggelengkan kepala ku, "tidak, aku tidak bisa tinggal disini selamanya dengan mu."

"Kenapa?" tanyanya lirih dan aku melihat dari kelopak matanya ada butiran air mata yang keluar.

Ada perasaan iba dan bersalah yang membucah di dada ku ketika melihat gadis bertubuh merah dan mempunyai sayap serta ekor ini meneteskan air mata.

"Siapa namamu?" tanya ku mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Gadis bertubuh merah itu menatap ku dengan wajah yang sedih sambil menggelengkan kepalanya, "aku tidak memiliki nama."

"Apa mau mu?" tanya ku dengan penuh rasa penasaran kepada gadis bertubuh merah tersebut.

Gadis bertubuh merah itu menatap ku dengan mata yang berlinang air mata, "aku hanya ingin merasakan mempunyai sahabat dan aku ingin dicintai."

Aku menghela nafas ku, aku sangat familiar dengan apa yang dirasakan oleh gadis bertubuh merah tersebut.

"hmmmm, karena kamu tidak mempunyai nama boleh aku memberikan mu nama?" tanya ku sambil menatap wajah gadis bertubuh merah.

 gadis itu menganggukan kepalanya, "Tapi ku mohon jangan pergi meninggalkan aku sendirian disini, ketika dirimu pergi dari sini. Aku hanya melihat kegelapan di dunia ini. Aku mohon Kanaya!"

tumbuh perasaan kasihan dalam diriku yang menyelimuti hati ku. aku mengerti persaan gadis bertubuh merah ini yang tidak memiliki siapa-pun didunia ini. Akan tetapi aku juga tidak bisa tinggal didunia ilusi ciptaannya. Di dunia ku keluarga ku sedang menunggu ku pulang.