Ketika aku dan gadis bertubuh merah terdiam untuk beberapa tarikan nafas, lalu terbesit satu kata yang akan menjadi nama untuk gadis bertubuh merah.
"Cinta...." aku mengecap nama itu sambil menatap ke arah gadis bertubuh merah.
"Cinta?" tanya gadis bertubuh merah sambil menatap diriku.
Aku menganggukan kepala ku, "ya nama mu mulai saat ini adalah cinta, dan aku berdoa semoga dengan nama tersebut, dirimu setiap hari akan merasakan dicintai."
Ada seulas senyum yang mengembang di wajah gadis bertubuh merah ketika mendengar alasan aku memberikan naman cinta kepadanya.
"apa kau suka dengan nama itu?"
Gadis bertubuh merah tersenyum kearah ku sambil menanggukan kepalanya, "Cinta suka dengan nama yang Kanaya berikan."
"Syukurlah...." ucap sambil tersenyum ke arah cinta.
Aku terdiam sambil menatap Cinta yang sedang bengong sambil senyum-senyum sendiri. entah dari mana aku mendengar sebuah suara yang bergema di dunia yang diciptakan oleh Cinta.
"KANAYA!"
Sebuah suara seorang pria yang lembut dan familiar menggema di dunia ilusi ciptaan Cinta. Cinta langsung menjadi siaga dan bersiap untuk bertarung ketika mendengar suara pria tersebut, dan jika aku tidak salah tebak suara ini adalah suara Gunawan.
Walaupun suaranya terdengar seperti seumuran dengan ku, tapi Gunawan mengatakan secara silsilah dia adalah Kakek ku dari garis keturunan Gobang. Aku menggenggam tangan Cinta mencoba membuat dirinya tenang dan tidak panik.
"Kakek Gunawan?" seru ku sambil melihat ke sekeliling.
Lalu terdengar suara batuk berkali-kali yang menggema di dunia ilusi ciptaan Cinta, "eh sepertinya agak janggal ketika aku mendengar dirimu memanggil ku dengan sebutan Kakek."
"Tapi Kakek Gunawan sendiri yang mengatakan jika secara silsilah dirimu adalah Kakek ku dari garis keturunan Gobang." gumam ku.
Cinta menatap diriku mencoba meminta penjelasan siapa yang dia sebut sebagai Kakek Gunawan. Kemudian aku menjelaskan kepada Cinta secara singkat siapa itu Gunawan dan kenapa aku memanggilnya Kakek.
"Keturunan Gobang..."Cinta berkata sambil menaik turunkan alisnya.
Aku menganggukan kepala ku sambil menatap Cinta, lalu dalam satu tarikan nafas berikutnya. Aku melihat sebuah kepulan asap berwarna putih berkumpul tidak jauh dari tempat diriku dan Cinta berdiri.
Aku hanya mampu membuka tutup mulut ku sambil menggenggam tangan Cinta. Aku sangat terkejut dan kagum ketika secara perlahan asap berwarna putih tersebut membentuk sosok pria yang seumuran dengan ku.
Pria itu memiliki garis wajah yang tegas dan tubuh yang kencang dan berotot. Akan tetapi otot pria itu masih terlihat normal tidak seperti binaragawan yang memiliki otot besar. Kulit pria itu berwana kuning langsat dan wajahnya sangat tirus. Bola matanya persis seperti manusia pada umumnya, aku melihat sebuah keteduhan dari sorot mata pria tersebut.
Sedangkan Cinta ketika melihat sosok pria yang terbentuk dari kabut berwarna putih justru tubuhnya gemetar ketakutan. Cinta langsung bersiap untuk menyerang pria tersebut sambil memanjangkan kuku di tangannya dan juga memamerkan gigi runcing di mulutnya.
Cinta Melotot ke arah pria tersebut dan mencoba menutupi rasa takutnya, "Siii.....siapa kau!"
Pria yang kini seutuhnya memadat dihadapan ku dan cinta yang memancarkan aroma yang sangat maskulin hanya tersenyum kepada ku dan Cinta.
"Easy Kid!" ucapnya sambil menatap Cinta dan tersenyum, lalu pria itu menjentikan jarinya, dari udara hampa mucul sebuah rokok kretek yang langsung di tangkap oleh pria tersebut.
Setelah membakar rokok kretek tersebut dengan nyala api yang berwarna biru yang keluar dari jari telunjuknya. Pria itu segera menatap ku sambil mengibaskan jari telunjuknya untuk memadamkan api yang menyala di ujung jarinya.
"Halo Kanaya. Aku Gunawan, apakah diriku terlihat seperti kakek tua dimata mu?"
Gunawan memperhatikan rokok yang terselip di tangannya, ada rasa kekecewaan yang sedikit terlihat diwajah Gunawan ketika dia menghisap rokoknya.
"Ada apa?" tanya ku yang bingung harus memanggilnya dengan sebutan Kakek atau abang.
"ini rokok apa? Apakah di dunia saat ini tidak ada lagi rokok Dji samsu?" serunya lirih sambil menatap rokok ditangannya.
"ha Dji apa?" tanya ku yang tidak familiar dengan nama rokok yang dia sebutkan.
Dia memejamkan matanya lalu kembali menjentikan jarinya kemudian Rokok di tangannya berubah. Kali ini rokok tersebut sama sekali belum pernah aku lihat di jual warung atau pasar modern.
"ini baru Hidup tapi sayang tidak ada kopi pahit." Keluh Gunawan sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
Aku menaikan kedua alis ku sambil menatap Gunawan, "jadi dirimu masih hidup?"
"bisa dikatakan aku secara medis sudah mati, tapi secara spritual aku masih hidup!" ucap Gunawan sambil tersenyum kepada ku, lalu dia mengalihkan pandangannya dan menatap Cinta dengan tatapan mata yang tajam.
Cinta menggeram sambil menunjuk Gunawan dan kali ini dirinya tidak mampu mengendalikan rasa takutnya. Tubuh cinta langsung gemetar ketakutan secara hebat, sampai tangan ku yang sedang menggenggamnya juga ikut gemetaran.
"Iblis!" ucap Cinta sambil menunjuk Gunawan.
"Hust jangan bicara sembarangan!" Gunawan menggelengkan kepalanya sambil menghisap rokoknya, "Iblis kok ngatain makhluk lain iblis!"
"Lantas apa dirimu, hanya dirimu yang mampu membuat ku setakut ini!" Gumam Cinta sambil bersembunyi dibalik punggung ku.
"Cinta...dia kakek ku yang tadi aku ceritakan!" gumam ku mencoba menenangkan Cinta yang sedang ketakutan.
Gunawan hanya menatap ku sambil tersenyum lemah lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Cinta.
"Iblis Kecil, kemarilah!" ucap Gunawan sambil menatap aku dan cinta, lalu tangan kanannya yang tidak memegang rokok seperti menarik sesuatu.
Entah bagaimana ceritanya tiba-tiba Cinta sudah tidak ada lagi dibelakang tubuh ku. aku melihat Cinta kini sudah dicekik lehernya oleh Gunawan dan kaki Cinta terlihat terangkat dan tidak menyentuh bumi.
Gunawan menatap dan memperhatikan Cinta dengan sangat serius, "katakan padaku dengan jujur iblis kecil. Apakah dirimu akan mencelakai Kanaya atau akan setia kepadanya?"
Cinta melotot kearah Gunawan terlihat dia sangat terkejut karena saat ini dia sudah di cekik oleh Gunawan. Rasa takutnya berubah menjadi keinginan untuk bertahan hidup, dengan penuh emosi Cinta meraung dan tangannya mencakar tangan Gunawan yang mencekik dirinya.
Kuku Panjang Cinta terlihat sangat tajam dan mengerikan, Cinta langsung mencakar secara membabi buta. Sedangkan Gunawan yang tangannya di cakar oleh Cinta hanya tersenyum sambil memandangi Cinta.
"Menarik....apa kau ingin bertarung dengan ku iblis kecil?" Gunawan bertanya sambil mengulas sebuah senyum diwajahnya.
Aku melihat dengan kedua bola mata ku tangan Gunawan yang dicakar dengan kuku tajam milik Cinta sama sekali tidak terluka, bahkan aku tidak melihat goresan sama sekali di tangannya. Ekor Cinta yang tajam dan runcing diarahkan ke perut Gunawan,dan hal itu langsung membuat ku menjadi panik.
"Tidak jangan lakukan itu Cinta!" Pekik ku penuh ketakutan.
Walaupun aku baru dua kali ini berkomunikasi dengan Gunawan, tapi aku yakin Gunawan adalah sosok pria yang baik dan tidak memiliki niat jahat kepada ku. Cinta yang mendengarkan jerit ketakutan ku menjadi panik dan dia berusaha menghentikan laju ekornya yang tajam yang sedang melesat dengan cepat kearah perut Gunawan.
Akan Tetapi aku dapat melihat Cinta terlambat mengendalikan dan memperlambat ekor tajamnya yang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi kearah perut Gunawan. Dalam satu tarikan nafas berikutnya kuping ku mendengar suara benturan benda keras yang sangat kencan dan secara reflek aku langsung menutup telinga ku dengan kedua tangan ku sambil memejam mata ku.