Ditengah-tengah kepanikan ku atas apa yang baru saja aku lihat, tiba-tiba aku mendengar suara Patih Lodaya dari balik dinding kamar ku.
"Tuan Putri, apakah anda baik-baik saja? Apakah saya bisa masuk ke kamar Tuan Putri?" terdengar suara Patih Lodaya yang penuh kekhawatiran tentang keselamatan ku.
"Aku baik-baik saja Patih Lodaya. Tunggu sebentar!" jawab ku kepada Patih Lodaya sambil menarik selimut ku dan menutupi tubuhku yang hanya mengenakan pakaian tidur tipis.
"Masuklah Patih Lodaya!" ucap ku pelan dan mungkin hanya bisa didengar oleh ku.
Lalu aku melihat sosok Patih Lodaya bersama dua harimau yang berwarna Hitam dan Putih masuk menembus tembok kamar ku. lalu Patih Lodaya segera menatap sekitar kamar ku untuk memastikan bahwa diri ku baik-baik saja dan tidak ada entitas gaib yang menerobos masuk ke kamar ku tanpa sepengetahuan dirinya.
Setelah memastikan di kamar ini tidak ada jejak entitas gaib, kemudian Patih Lodaya menatap wajah ku.
"Tuan Putri, apa dirimu mengalami mimpi buruk?" tanya Patih Lodaya yang berdiri didekat tembok kamar ku dan tidak berani maju selangkahpun.
Aku menghela nafas ku sambil tersenyum kepada Patih Lodaya, "sepertinya memang aku bermimpi buruk. Akan tetapi mimpi ku ini cukup Aneh....."
Aku kemudian menceritakan detail mimpi ku kepada Patih Lodaya. Patih Lodaya dan Kedua Panglima Harimau menjadi tegang dan saling tatap.
"Ada apa Patih Lodaya?" tanya ku dengan nada penasaran sambil menatap ketiga entitas gaib yang ada di kamar ku.
Patih Lodaya sempat memejamkan kedua matanya lalu dia menceritakan kepada ku bahwa dahulu Raja Gempar Bumi juga sering mendapatkan petunjuk tentang kejadian yang telah terjadi atau yang akan terjadi melalui mimpi.
"untuk yang baru saja Tuan Putri Alami, kemungkinan sudah terjadi. Karena semenjak Desa Tuan Putri dijaga oleh Pasukan Harimau, Hamba tidak pernah merasakan kekuatan makhluk Gaib lainnya selain ras raksasa yang dipimpin oleh Kamandanu."
Aku merenungkan perkataan patih Lodaya dan mencoba mencerna apa yang baru saja aku alami dan lihat di alam mimpi ku.
"berarti salah satu wanita yang menjadi korban pemerkosaan oleh Kolor Ijo adalah Ayu!" gumam ku sambil menatap Patih Lodaya.
"mohon maafkan Hamba Tuan Putri, untuk saat ini Hamba belum mendapatkan petunjuk. Akan tetapi Hamba akan memerintahkan pasukan Harimau untuk mencari ciri-ciri gadis yang Tuan Putri ceritakan." Patih Lodaya berkata sambil berlutut kepada ku, sedangkan kedua panglima Harimau dai tadi hanya duduk dan tidak berkata apapun kepada ku.
Aku menganggukan kepala ku kepada Patih Lodaya, "maaf merepotkan dirimu dan juga pasukan Harimau."
Patih Lodaya menggelengkan kepalanya, "itu sudah menjadi tugas hamba dan pasukan Harimau. Jika begitu hamba mohon pamit Tuan Putri!"
Kemudian Patih Lodaya dan kedua Panglima Harimau meninggalkan kamar ku dengan cara menghilang dari pandangan ku. tidak lama setelah itu aku mendengar suara adzan subuh berkumandang.
"Kanaya, bangun Nak! Ayo sholat Subuh!" aku mendengar suara ketukan dari balik pintu kamar ku dan juga suara bapak ku.
Aku menarik nafas ku, ada keengganan dalam diriku untuk sholat subuh.
"Kanaya masih ngantuk!" ucap ku dengan malas dan melanjutkan tidur ku.
Bapak ku tidak lagi memaksa ku untuk Sholat subuh dan meninggalkan kamar ku begitu saja.
Kemudian tepat jam 7 pagi aku kembali terbangun dari tidur ku dan segera mandi. Setelah aku selesai mandi aku melihat sarapan sudah tersedia di meja makan.
"Kak Kanaya ayo sarapan dulu!" ucap Ibu ku dengan lembut sambil menyiapkan sarapan untuk bapak.
Kemudian aku dan keluarga kecil ku sarapan bersama dan selama makan kami semua tidak ada yang bersuara, karena bapak selalu memarahi kami jika ada yang berbicara disaat makan.
Tepat pada jam 7.30 pagi, Pak Kasman datang kerumah ku dan mengetuk pintu rumah ku. Bapak segera keluar dan berangkat kerja ke kantor kepala desa dengan diantar oleh Pak Kasman. Sedangkan Pandu sudah berangkat kesekolah menggunakan sepedanya sehabis sarapan pagi.
Pandu berangkat sambil tersenyum bahagia, karena hari ini dirinya berangkat sekolah ditemani oleh dua Harimau besar berwarna Hitam dan Putih. Saat ini hanya ada aku dan ibu ku di rumah kami.
"Kanaya, kapan acara Wisuda mu di selenggarakan?" Ibu bertanya kepada ku sambil memamasak untuk makan siang.
Aku yang sedang membantu ibu di dapur segera mencoba mengingat kapan acara Wisuda ku akan diadakan.
"jika tidak salah, tiga minggu lagi bu. Tepatnya hari senin!" gumam ku sambil memarut kelapa.
"kamu sudah membeli perlengkapan untuk wisuda?"
Aku menggelengkan kepala ku, "ah tidak usahlah bu, sayang duitnya. Baju toga dan biaya Wisuda sangat mahal. Lebih baik uang itu ibu gunakan untuk kebutuhan sehari-hari kita." Jawab ku sambil menyodorkan Kelapa yang sudah selesai aku parut ke ibuku.
Ibu menerima kelapa yang sudah selesai aku parut sambil mengelus kepala ku, "jangan begitu kak Kanaya. Bapak dan ibu sangat ingin melihat anak kami di wisuda, karena itu akan menjadi kebanggaan untuk ibu dan juga bapak mu!"
"Tapi bu biaya yang dibutuhkan untuk itu sangat mahal, aku tidak mau ibu dan bapak berhutang untuk acara Wisuda ku." aku masih tetap ingin menolak hal tersebut karena menurut ku acara Wisuda sangatlah tidak penting dan disisi lain ada alasan mengapa aku tidak ingin mengikuti acara Wisuda.
Alasan ku sebenarnya karena tidak ingin bertemu dan melihat Wiliam, salah satu bajingan yang telah menyakiti hati ku.
"Nak Ibu minta kamu jangan berdebat, untuk kali ini saja ibu minta kamu untuk menuruti permintaan kedua orang tua mu." Ibu ku berkata sambil menatap wajah ku.
Aku tahu jika aku masih berkeras untuk menolak permintaan ibu ku, ibu pasti akan menangis. Aku sudah cukup menjadi beban keluarga dan membuat malu keluarga dengan kelakuan ku.
"baiklah bu, selama itu bisa membahagiakan Bapak dan Ibu, Kanaya akan melakukannya." Jawab ku akhirnya memutuskan untuk mengalah.
Ibu ku langsung tersenyum lembut kearah ku sambil menganggukan kepalanya, "Terima Kasih Kanaya!"
Aku yang kebingungan langsung menaikan kedua alis ku. "Terima Kasih untuk apa bu?"
Ibu tidak menjawab pertanyaan ku, kemudian kami berdua hanya melanjutkan acara memasak untuk mempersiapkan makan siang. Karena biasanya Bapak akan pulang kerumah untuk makan siang dan pandu juga demikian.
Kemudian tepat jam dua belas siang, Bapak sudah kembali kerumah ku dan kali ini Bapak pulang kerumah bersama Pak Kades serta Pak Kasman. Hal ini membuat ku terkejut, karena tidak biasanya Pak Kades datang kerumah ku disiang hari.
"Tidak mungkin Pak Kades mampir kerumah ku hanya untuk makan siang bersama bukan?" Batin ku di dalam Hati.
Tidak lama kemudian aku mendengar pandu pulang kerumah, pandu segera mencium tangan seluruh orang yang ada dirumah. Lalu aku melihat salah satu panglima Harimau,dibibirnya terdapat noda darah.
Aku memperhatikan Pandu yang masuk kekamarnya sambil tersenyum puas dan berjalan dengan sangat riang.
"Ada apa ini?" batin ku didalam hati.
Karena rasa penasaran yang tinggi, aku segera menyusul Pandu kekamarnya, sedangkan kedua orang tua ku, serta Pak Kades dan Pak Kasman hanya melihat ku memasuki kamar pandu.