"Kasman dan Pak Kades jangan bengong, mari kita makan siang bersama!" celetukan bapak ku membuyarkan kecanggungan Pak Kades dan Pade Kasman.
Kemudian aku berserta keluarga ku dan pade Kasman serta Pak Kades makan siang bersama dengan lauk seadanya. Yah maklum keluarga adalah keluarga sederhana, dengan gaji bapak yang hanya menjabat sebagai sekertaris desa yang jujur, kami masih bisa makan sehari tiga kali dengan lauk seperti tempe dan sayur mayur, jika sayuran yang dipanen terjual kami bisa makan dengan lauk ayam atau ikan laut.
Pak Kades memberikan tanah bengkong (Tanah garapan untuk Kades yang menjabat) untuk dikelola dan dimanfaatkan oleh Bapak. Ibu setiap siang pasti akan pergi ladang untuk menyirami tanaman dan mengurusnya dan baru kembali setelah menjelang magrib.
Pak Kades, Pade Kasman dan keluarga ku hari ini makan dengan Sayur bayam dan tempe bacem serta telor ceplok. Walaupun hidangan yang kami makan sangat sederhana akan tetapi aku dan keluarga ku serta pak Kades dan pade Kasman sangat lahap.
Selesai makan siang, tidak seperti biasa bapak masih tetap di rumah. Bapak, Pak Kades dan pade Kasman justru duduk santai di teras rumah sambil minum kopi di ruang tamu.
"Kak, Kanaya kamu sibuk?" Bapak bertanya kepada ku sambil menghisap rokoknya.
Aku menatap Bapak sambil menggelengkan kepala ku, "ada apa pak?"
"Kesini sebentar kak." Ucap Bapak ku sambil tersenyum kearah ku.
Aku yang sedang duduk bersama pandu langsung berjalan menghampiri bapak dan teman-temannya dan pandu yang penasaran mengikuti ku dari belakang. sedangkan ibu sedang bersiap-siap untuk pergi keladang dan berganti pakaian.
Aku dan Pandu duduk disamping Bapak yang sedang menyeruput kopi hitamnya, entah mengapa mata ku langsung tertuju ke kopi hitam bapak. Aku yang dahulu tidak suka kopi hitam, setelah aku kembali dari kerajaan Gaib milik Ratu Kencana Wungu menjadi sangat berhasrat setiap melihat kopi hitam.
"Kanaya, kamu mau kopi?" tanya Bapak sambil tersenyum kepada ku.
Diluar kendali ku kepala ku memberikan isyarat dengan cepat bahwa aku ingin minum kopi hitam. Ketika bapak ingin memanggil ibu, pandu segera berdiri.
"Pak biar Pandu aja yang bikinin kopi hitam pahit untuk kakak!" seru pandu sambil berdiri dan berjalan ke dapur.
Pak Kades dan Pade Kasman saling tatap ketika mengetahui gadis seperti ku sangat suka kopi hitam pahit.
"Nak Kanaya sejak kapan suka kopi hitam pahit?" celetuk pade Kasman bertanya kepada ku penuh selidik.
Aku hanya mengangkat bahu ku sambil tersenyum canggung kepada pade Kasman. Karena aku tentunya tidak bisa mengatakan aku suka kopi hitam semenjak pulang dari kerajan Ratu Kencana Wungu bukan?
Melihat gesture tubuh ku yang memberikan jawaban kepada pade Kasman, Pak Kades hanya tersenyum penuh arti sambil meminum kopinya dan menatap ku.
"ada apa bapak memanggil ku?" tanya ku kepada bapak mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"ah, jadi begini kak...."
Bapak menceritakan kepada ku bahwa tadi pagi Ayu mengamuk dan berteriak histeris. Bapak mengatakan kepada ku bahwa ayu histeris karena dilarang oleh kedua orang tuanya ketika ingin pergi dari rumahnya untuk menemui ku.
"hah? Kok bisa seperti itu?" aku langsung terkejut ketika bapak selesai bercerita.
Mata ku membola sambil memandangi Bapak, ada rasa tidak percaya didalam hati ku tentang cerita yang baru saja bapak sampaikan. Akan tetapi setelah aku pikirkan kembali, untuk apa bapak berbohong kepada ku di depan Pak Kades dan Pade Kasman.
"Apakah Ayu menjadi seperti ini karena aku bermimpi tentang Ayu tadi malam?" batin ku sambil menatap langit siang yang sangat cerah.
"Nak Kanaya, apa yang di katakan bapak mu itu benar. Karena pade mendegarnya sendiri tadi pagi ketika ingin berangkat sholat subuh. Ayu menjerit histeris dan ingin bertemu dengan mu." ucap Pade Kasman sambil menatap wajah ku.
"setelah kejadian Ayu yang diperkosa oleh kolor ijo, biasanya dia hanya bengong dan tatapannya selalu koson, jarang sekali Ayu berbicara dengan keluarganya. Tapi entah kenapa tadi pagi Ayu menjadi seperti itu." Pak Kades menimpali perkataan pade Kasman sambil memandang ku.
"Aneh sekali, bukannya Ayu dan keluarganya sangat memandang rendah saya dan keluarga saya?" Ucap ku berterus terang sambil tersenyum sinis ketika mengingat kejadian disaat Ayu menghina ku dan keluarga ku.
#Flash Back On
Saat aku mengandung benih dari Wiliam, aku yang diminta ibu untuk membeli garam di warung bertemu dengan Ayu dan ibunya yang juga sedang berbelanja di warung tersebut.
"ih ada lonte keluar siang-siang, tumben banget ya." ucap ibu Hana sambil menatap anaknya yaitu Ayu.
"nak ingat ya kamu dari keluarga terhormat jangan pernah membiarkan pria manapun menjamah tubuh mu!" Hana berkata sambil menatap sinis kepada ku.
"iya mah, ayu bukan cewe murahan kok. Ayu juga sangat jijik sama wanita yang mau melayani pria yang bukan suaminya, bahkan sampai tertanam benih haram di perutnya!" jawab Ayu sambil tertawa mengejek ku lalu membuang ludah kesamping.
Yah bukan rahasia umum, kehamilan ku sudah diketahui oleh para warga di desa ku. aku menjadi bahan gunjingan dan cemoohan para warga. Hanya Pak Kades, pade Kasman dan Pak Ustad Zulkifli berserta keluarganya yang tidak pernah memandang rendah diriku dan juga keluarga ku.
Hati ku hancur mendengar cibiran dari ibu dan anak, ingin rasanya aku marah dan berteriak kepada mereka. akan tetapi apa yang mereka katakan adalah sebuah kebenaran, memang aku sangat bodoh yang percaya dengan janji manis Wiliam yang mengatakan sangat mencintai ku dan ingin menikahi ku, namun saat aku mengandung anaknya Wiliam menjauhi ku.
"mba Aminah, saya mau beli Garem dua ribu!" ucap ku yang sudah tidak tahan dengan perkataan ibu dan anak ini.
"aduh maaf Kanaya, warung ini tidak menjual garam kepada lonte! Kamu beli di warung yang lain saja sana! Jangan pernah belanja disini lagi, nanti suami ku kamu ajak berbuat mesum lagi!" ucap Mba Aminah sambil mengusir ku.
Aku menundukan kepala ku dan berjalan meninggalkan warung mba Aminah sambil menahan rasa sakit didalam hati ku.
"ya tuhan apakah sehina itu diri ku dimata para penduduk desa?" batin ku sambil menyeka air mata yang mulai membasahi pipi ku.
Ditengah-tengah rasa kecewa ku, aku berjalan sambil menundukan wajah ku. karena setiap penduduk desa yang bertemu dengan ku dijalan pasti mencibir dan mencemooh ku serta memanggil ku lonte.
Karena aku tidak kuat lagi mendengar hinaan itu, aku memutuskan untuk segera berlari untuk kembali kerumah ku. sialnya disaat aku berlari sambil menundukan wajah ku, aku tidak melihat ada motor yang melaju dengan kencang. Sehingga aku tertabrak dan berakhir dibawa kerumah sakit.
Bayi didalam kandungan ku yang baru berumur dua bulan menjadi korban dan aku mengalami keguguran. Aku mencoba mengambil sisi positif dari peristiwa yang aku alami, aku teringat ucapan wiliam.
"sayang jika kamu ingin tetap mempertahankan hubungan kita, kamu harus membuang bayi itu. Aku belum siap jadi ayah!" ucapan Wiliam terngiang di benak ku.
Akan tetapi ketika aku sudah keluar dari rumah sakit dan bertemu dengan wiliam di kampus, ternyata wiliam sudah mempunyai kekasih yang baru dan hati sangat hancur karena hal itu.
Aku termakan tipu muslihat makhluk yang disebut pria!
#Flash Back Off
Ditengah-tengah kebimbangan ku, Pandu datang membawa secangkir kopi hitam pahit yang masih mengepulkan asap diatasnya.
"kak, ini kopinya." Pandu menyodorkan Kopi hitam kepada ku sambil tersenyum kepada ku.
Pak Kades, Bapak dan juga pade Kasman yang melihat perubahan wajah ku hanya mampu terdiam dan saling tatap.
Aku mencoba mengendalikan perasaan ku yang bergejolak karena teringat kejadian disaat mereka menghina ku dan keluarga ku. tangan ku bergerak mengambil kopi hitam yang masih panas dan aku meminumnya beberapa teguk.
Bapak dan teman-temannya terkejut ketika melihat aku dengan santainya meminum kopi yang masih panas.
Sedangkan Pandu yang mengusap bahu belakang ku sambil berkata, "sabar kak, kendalikan amarah kakak!"
Setelah aku meletakan kopi hitam, pikiran ku menjadi lebih jernih dan amarah didalam dada ku mulai mereda. Aku menatap pandu sambil tersenyum, kemudian aku menatap pade Kasman dan Pak Kades.
"jika mereka mau datang kerumah ku dan meminta maaf kepada ku, aku akan menemui mereka dan mencoba menghilangkan kutukan Kolor Ijo!" aku secara tidak sadar mengeluarkan perkataan seperti itu dari bibir ku.
Tapi aku merasa intonasi dan nada bicara ku berubah, aku tidak pernah berkata setegas itu dan dengan intonasi yang berwibawa seperti itu sebelumnya.
"siapa yang tadi bicara?" batin ku didalam hati sambil memaksakan sebuah senyuman di wajah ku ketika Pak Kades dan Pade Kasman memandangi ku.
**
Note : jika para pembaca setia novel ini merasa terhibur, ayo berikan vote dan rating bintang lima untuk novel ini supaya penulis lebih semangat dalam menghasilkan karya yang indah dan bagus. Klo ada yang ingin memberikan tip, penulis juga akan menerimanya dengan senang hati.