Cybercity, Tahun 2132
Di dalam sebuah apartemen kecil di pinggiran kota, hanya diterangi cahaya biru dari layar komputer, seorang pemuda bernama V sibuk menatap deretan kode yang meluncur cepat di monitornya. Jari-jarinya bergerak lincah di atas keyboard, sementara suara bising dari lalu lintas udara di luar samar terdengar.
V: "Hampir… sedikit lagi…"
Ia baru saja menembus sistem keamanan Leviathan Enterprise (LE)—korporasi paling berkuasa di dunia yang mengendalikan teknologi, militer, dan informasi. Arsip rahasia kini terbuka di hadapannya. Namun, ada satu masalah besar: data ini terlalu ketat untuk dibackup.
V: "Sial, sistem mereka gila banget. Tapi aku harus ambil sesuatu, setidaknya cukup buat bukti…"
Tiba-tiba, layar berkedip merah.
SISTEM PERINGATAN: Unauthorized Access Detected. Tracing Source...
Mata V membelalak.
V: "Gawat! Mereka tahu!"
Tanpa pikir panjang, ia langsung membatalkan akses, menghapus jejak, dan mematikan semua koneksi. Layar pun menjadi hitam. Nafasnya memburu, jantungnya berdegup cepat.
V (dalam hati): "Aku terlalu ceroboh… tapi kenapa mereka begitu cepat mendeteksiku?"
Di dalam ruang rapat Leviathan Enterprise, suasana tegang menggantung di udara. Presiden Armand Valkyrie berdiri dari kursinya, ekspresinya penuh amarah.
Armand: "Bagaimana bisa sistem keamanan tertinggi kita hampir dijebol oleh seseorang yang tidak kita kenal?! Ini memalukan!"
Ketua kepala LE, Mason Graves, menundukkan kepalanya dengan ekspresi serius.
Mason: "Saya bertanggung jawab, Tuan Presiden. Kami sedang melacaknya dan akan segera menemukan pelakunya."
Tiba-tiba, seorang analis muda bernama Ackerman dengan gugup menampilkan peta holografik di tengah meja.
Ackerman: "Kami berhasil melacak sumber aksesnya. Ini alamatnya, berada di pinggiran kota, distrik kumuh sektor 9."
Armand menyipitkan matanya, menatap titik berkedip merah di peta holografik.
Armand: "Seorang hacker jenius… tinggal di lingkungan seperti itu?"
Irene Kessler, kepala divisi keamanan cyber, menimpali dengan nada serius.
Irene: "Kami belum bisa mengidentifikasi wajah atau nama pelakunya, tapi keberadaannya sudah pasti di sana."
Armand mengangguk pelan, lalu menatap Mason.
Armand: "Kirim dua kompi polisi militer, lengkapi dengan unit RoboCops. Aku ingin dia ditangkap hidup atau mati."
Apartemen V, Distrik Kumuh Sektor 9
Di dalam kamar sempitnya, V duduk di depan layar holografik yang kini memunculkan peringatan berkali-kali. Ia tahu LE tidak akan tinggal diam.
V (dalam hati): "Mereka pasti datang. Dan dengan jumlah besar."
Ia menghela napas dan berdiri, lalu menarik sebuah koper dari bawah meja. Di dalamnya, terdapat berbagai alat buatannya sendiri:
Gas mata yang bisa melumpuhkan musuh dalam radius kecil.
Penembak laser yang ia curi dari pasar gelap dan sudah dimodifikasi agar lebih kuat.
Kacamata pintar yang diisi dengan asisten pribadi AI yang bernama VIRA, siap memberikan analisis medan pertempuran.
Ia memasang kacamata itu di wajahnya, dan suara AI-nya terdengar.
VIRA: "V, ancaman terdeteksi. Sinyal militer mendekat dengan kecepatan tinggi. Perkiraan waktu kontak: lima menit."
V tersenyum tipis.
V: "Baiklah… ayo lihat seberapa kuat mereka."
Di kejauhan, suara deru kendaraan lapis baja semakin mendekat, diiringi langkah berat pasukan RoboCops yang dikirim untuk menangkapnya.
Perburuan telah dimulai.