Menyaksikan Sebuah Dosa

Dia hampir menabrak Darius yang sedang tidak memakai baju.

Dada yang kekar langsung masuk ke dalam pandangan matanya, otot-otot yang kencang bergerak saat dia mencapai pintu. Matanya yang gelap semakin menggelap saat mereka terkunci pada matanya.

Aria merasa jiwanya bersiap untuk naik ke surga.

Otaknya berusaha mencari alasan—alasan apapun.

Pandangan tajam Darius berkedip ke kotak di tangannya, lalu kembali ke wajahnya yang lebar, membeku.

Pengertian itu instan.

Ekspresinya berubah menjadi kemarahan murni, tak terfilter.

Aria menelan ludah.

Oh.

Oh, sial.

Dia sungguh-sungguh mati.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Suara Darius dingin, tajam seperti pisau yang memotong atmosfer yang tegang.

Aria merasakan panas merayap naik ke lehernya, campuran malu, canggung, dan ketakutan melanda dirinya bergelombang. Jarinya mengerut ke kain gaunnya saat dia berjuang untuk membentuk respons yang koheren.