pernikahan kedua (8)

"Beres bang, tadi tuan muda bilang nanti dia akan nyusul kita ke vila" Daniel bicara Denny yang tengah menyetir mobil Mercedes Benz hitam itu, di bangku belakang penumpang nya nampak cemas ketika mendengar obrolan dua lelaki di depan nya.

"Oke deh, kalau gitu kita harus sampai duluan di vila..." Mobil hitam Mercedes Benz itu meluncur cepat di jalanan tol luar kota dan tubuh Veynara makin berkeringat dingin memikirkan dia akan di bawa kemana sekarang, kenapa sejak tadi mereka belum sampai tujuan juga, lalu bagaimana nasib nya nanti dia sudah pasrah, selama beberapa tahun ini dia sejak dia masih SMP sering di siksa ibu angkat nya lahir dan batin, apalagi sejak ayah angkat nya meninggal membuat Veynara merasa lebih baik dia berada di tempat lain daripada terus tinggal bersama ibunya.

Sekitar hampir tiga jam melakukan perjalanan ke puncak, akhirnya Daniel dan Denny sampai di bangunan vila besar yang berdiri kokoh di daerah pegunungan sejuk ini, di depan vila besar dan luas itu ada danau buatan dengan air yang jernih, pintu gerbang tinggi dengan dua penjaga Security di depan nya membungkuk sopan pada mereka begitu Denny membunyikan klakson, dan mobil itu perlahan masuk ke halaman luas vila ini yang dia yakin harga nya pasti milyaran, mengingat pasti orang kaya yang bisa memiliki vila ini.

Setelah itu mereka turun di depan teras vila yang luas dan Daniel membuka pintu belakang, membuat Veynara terpaksa ikut turun dengan gugup.

"Kita sudah sampai mbak, ingat kamu harus jaga sikap nanti, tuan muda kami sudah membeli kamu mahal tadi mbak!" Ujar Daniel ketika Veynara berjalan di belakang mereka.

"Iya bang saya tahu..." Jawab Veynara dengan lirih dan pasrah.

"Panggil saja saya bang Daniel dan dia ini bang Denny, jika mbak Veynara ada perlu apapun bilang saja pada kami"

"Baik bang Daniel terima kasih, panggil saja saya Veynara...." Dia mengangguk lirih setelah dua lelaki tadi memperkenalkan diri, ternyata mereka memperlakukan dia dengan sopan dan baik.

"Bik Sumi!!" Denny memanggil seorang wanita tua yang tergopoh-gopoh mendekat pada nya.

"Tuan muda sudah berpesan tadi, bibik urus mbak ini dan suruh dia ganti baju yang sudah di siapkan di lemari kamar kemarin"

"Baik bang Denny" Wanita tua itu menggandeng tangan Veynara dengan wajah yang sendu. "Nama non siapa ya??" Veynara terlihat tersenyum gugup.

"Panggil saya Vey saja, nama saya Veynara bik" Ujar nya sopan.

"Ya ampun nama non bagus sekali, non Vey juga cantik dan masih muda" Veynara menunduk malu dengan wajah merona, meskipun dia tak tahu sudah di jual kemana tadi oleh Kaino, tapi sejak dia datang dia selalu di perlakukan dengan baik di tempat ini.

"Ayo non kita ke kamar, tadi sudah bibik siapkan kamar non Vey"

"Panggil saya Vey saja tidak usah pakai non segala, tidak apa-apa bik"

Wanita tua itu tersenyum karena sikap sopan Veynara lalu menggeleng. "Saya tak berani, anda kan tamu nya tuan muda, jadi saya panggil non Vey saja ya" Dia mengangguk pelan, dia sudah pasrah di sini bahkan jika mungkin dia akan jadi santapan lelaki tua seperti kemarin, dia sudah pasrah, dia tak bisa kabur mengingat vila ini jauh dari jakarta dan pintu masuk nya di jaga ketat oleh banyak pengawal.

"Nah ini kamar untuk non Vey istirahat mulai saat ini" Gadis berumur 21 tahun itu menatap kagum kamar luas ini dengan ranjang berseprei putih dan jendela besar di samping ranjang, luas kamar ini bahkan lima kali lipat dari pada kamar nya di kontrakan nya.

"Non Vey bisa mandi dulu, di lemari sudah ada baju ganti untuk non pakai nanti, dan di laci ini isinya baju dalaman buat non" Veynara heran bagaimana bisa pakaian untuk nya sudah ada di dalam lemari, bahkan dia sempat membuka lemari dan menemukan banyak pakaian buat perempuan yang terlihat masih baru semua.

"Bik kira-kira yang mereka panggil tuan muda itu seperti apa?" Veynara memberanikan diri bertanya dia harus sedikit tahu seperti apa lelaki yang sudah membeli nya.

"Hm~ tuan muda itu majikan yang baik, sudah lama Bibik Sebenarnya tinggal di vila ini membersihkan dan merawat vila warisan dari neneknya tuan muda, tapi baru kali ini vila ini akan di huni, biasa nya tuan muda menginap di sini tak lebih dari dua hari saja dan sendirian tanpa membawa istri nya"

"Istri nya?" Veynara kaget lalu menatap bik Sumi.

"Ah soal itu bukan Wewenang saya menjelaskan, maaf ya non" Dia manggut-manggut paham dan melihat ke sekeliling kamar luas ini, jadi lelaki yang membeli nya tadi sudah punya istri, bukan sekali dua kali kan lelaki hidung belang seperti itu, sudah punya istri masih juga bisa membeli pelacur dari klub malam, memang bukan hal aneh.

"Maaf saya permisi dulu ya, non Vey segera bersiap saja tuan muda mungkin sebentar lagi akan kesini" pamit bibik tua itu dan langsung menutup pintu coklat kamar dari luar.

*

*

Bakti jaya firm and law, jakarta

Ekohafiz mendatangi kantor advokat hukum dari perusahaan keluarga nya yang selama ini banyak mengurus masalah hukum dan bersifat rahasia dari perusahaan, bahkan juga masalah pribadinya yang tak banyak orang tahu.

Adrian Martadinata yang menjadi pemilik sekaligus kuasa hukum nya menyambut ramah kedatangan klien nya ini. "Tolong buatkan aku surat perjanjian yang di legalkan oleh kantor mu dan mempunyai kekuatan hukum juga yang bagus"

"Surat buat apa bang?" Adrian sejenak heran namun mengangguk saja dan mulai mengetik di laptop nya.

"Bang, apa kamu ada masalah hukum dengan orang lain?" Tanya pengacara muda itu sambil membuka laptop nya..

"Bukan soal masalah hukum, tapi aku akan nikah kontrak dengan perempuan yang bisa mengandung anak ku" Jawab Ekohafiz dengan santai sampai pengacara itu tersentak.

"Apa bang?" Adrian melotot horor, wajahnya langsung bingung namun lelaki itu hanya mengangguk santai, dan menikmati kopi dari cangkir yang tadi di suguhkan oleh sekretaris pengacara itu.

"Aku akan menikahi kontrak selama setahun seseorang yang bisa menjadi ibu biologis dari calon anak ku, aku juga akan membayar perempuan itu uang dengan nominal yang besar, Dengan syarat aku bisa membawa anak ku setelah dia lahir dan dia mau di ceraikan...."

"Maksud kamu?"

"Iya, anggap saja aku menyewa rahim dia dalam jangka waktu tertentu"

"Lalu kamu sudah dapat perempuan yang bersedia kamu nikahi dan mengandung anakmu?"

"Karena itu aku kesini....."

"Jadi kamu sudah menemukan perempuan yang mau..." Adrian geleng-geleng bingung dan takjub namun dia juga paham jika masalah lama dari anak pemilik perusahaan raksasa seperti Ciputra group itu adalah soal keturunan, mengingat sejak perusahaan itu berdiri di negara ini sejak hampir 40 tahun lalu dan menguasai hampir 20 persen sektor ekonomi dari negara ini dengan banyak bisnis nya mulai hotel bintang lima, mal pusat perbelanjaan dan dept store, juga perusahaan real estate apartemen dan perumahan mewah, rumah sakit, dan restoran, hingga supermarket, masalah soal pewaris dan keturunan adalah hal yang sangat penting.

Kakek dan nenek dari Ekohafiz hanya memiliki dua anak, satu perempuan dan satu laki-laki, yang akhirnya kursi kepemimpinan perusahaan jatuh pada anak lelakinya Mahendra Yusuf Rahadian. Sekarang Ekohafiz juga menjadi satu-satunya pewaris dari ayahnya, karena Hanif adiknya meninggal ketika masih berumur lima tahun.

Jadi Ekohafiz yang kelak akan memegang posisi tertinggi di perusahaan itu, pohon keturunan lelaki dari keluarga Rahadian sangat penting bagi kelangsungan perusahaan Ciputra group, jika Ekohafiz tak bisa memberikan satupun keturunan laki-laki, maka bisa di pastikan garis keturunan keluarga dari ayahnya akan terputus, tentu saja Ekohafiz tak mau itu terjadi dan penerus dari perusahaan tak ada.

Dia risau, bahkan ketika kedua orang tua nya memaksa nya menikah lagi dan mencari istri muda, dia bimbang, pasti Renata akan langsung minta cerai ketika tahu sudah di madu, apalagi beberapa Minggu lalu Yohana sempat menemui Adrian itu untuk merundingkan kemungkinan jika anak tunggalnya bisa menikah lagi, dan pernikahan itu juga bisa di legalkan oleh negara, dengan persetujuan istri pertama dari Ekohafiz.

"Bang, apa istri mu tahu soal ini?"

"Itulah yang ingin aku tandaskan padamu, karena kamu adalah teman dekat ku sekaligus pengacara perusahaan yang paling aku percaya, aku yakin kamu bisa menyimpan rahasia ini dari semua orang" Adrian melongo kaget, pun kemudian mengangguk tanda dia paham.

"Jadi tak ada yang tahu soal rencana ini?" Ekohafiz mengangguk pelan.

"Hanya kedua pengawal pribadi ku yang tahu soal ini, juga Dimas, Marcus dan bang Rangga, lain nya tidak tahu soal ini..." Adrian paham dan mulai membuat surat perjanjian yang di minta oleh Ekohafiz.