Masih 21 tahun (9)

Dimas menghubungi Ekohafiz ketika dia dalam perjalanan ke puncak mengendarai mobil nya. "Fiz gimana hasilnya, apa elo sudah ketemu sama perempuan yang di bawa sama bang Denny itu?"

"Belum tapi aku sudah di puncak, sebentar lagi aku sampai vila ku....yasudah nanti aja kita ngobrol lagi setelah urusan ini beres" Dimas terdengar menghela nafas cemas, Ketika Ekohafiz baru sampai di vila bersama dengan Adrian, tak berapa lama Dimas menghubungi nya.

"Menurut gue lebih baik loh batalin aja, feeling gue beneran nggak enak" Ekohafiz menaikkan alisnya.

"Apa maksud loh Batal? Yang benar aja ikan pendek!!" Sergah Ekohafiz kesal

"Gue nyesel kasih ide aneh ini, Marcus bilang resikonya besar, kalo istri loh sampai tahu apalagi kedua orang tua loh, bisa runyam nanti masalah nya"

"Gak bisa, kalo gue nggak lakuin ini, mommy gue bakalan terus mendesak gue nikah lagi, loh tahu sendiri itu lebih gawat. Rena bisa minta cerai begitu tahu gue madu sama perempuan lain, sudahlah nggak akan ada hal buruk, gue jamin bakalan bisa mengatur ini dengan baik" Ekohafiz yang begitu mencintai istri nya dan paling tak mau menduakan pernikahan mereka sampai nekat memilih jalan ini, jika dia bisa menyembunyikan dengan baik istri kontrak nya, Renata takkan pernah tahu.

"Bagaimana kalo istri elo yang ini bisa hamil setelah enam bulan? elo beneran akan ngambil bayi nya saja"

"Sesuai rencana awal, tujuan gue itu memiliki cucu yang di impikan orang tua gue, jadi gue akan menceraikan ibu nya dan mengusir nya dari hidup gue, mau itu anak perempuan atau laki-laki yang penting orang tua gue bisa punya cucu kandung" Dimas lagi-lagi menggeleng cemas.

"Apa elo yakin nanti bisa bawa anak elo itu masuk ke keluarga loh dengan aman?" Ekohafiz terkekeh yakin, dia memang berencana akan jujur nantinya pada Kedua orang tua nya, namun pada Renata dia hanya akan mengatakan jika bayi itu di adopsi dari panti asuhan.

"Lalu kalo istri kontrak elo gak berhasil hamil juga sampai lebih dari setahun gimana dong?"

"Ayolah Mas, napa sih loh jadi takut banget, tenang aja semua baik-baik saja kok, gue yakin nggak punya masalah dengan reproduksi, jadi gue yakin istri kontrak gue itu bakal cepet hamil, bisa jadi sebelum enam bulan" Dengan percaya diri Ekohafiz mendengus lalu membuat Dimas meringis.

"Sudahlah nanti gue kabari lagi, gue masih sibuk nih, Dokter Dinda juga hampir sampai, jangan lupa nanti malam loh bawa ke sini penghulu yang bisa menikahkan gue"

"Yak gue belom selesai ngomong Fiz!!"

Ekohafiz langsung mematikan sambungan nya dan masuk ke teras luas vila ini begitu sampai bersama Adrian yang tadi datang kesini dengan mengendarai mobil lain.

"Gimana bang? Dia ngeyel kan?"

"Elo kan tau sendiri Marc, dia itu lebih keras kepala daripada kepala hiu, dia sampai membawa Adrian sama dokter Dinda ke vila nya" Marcus geleng-geleng dan menyesap kopinya, wajah Dimas terlihat frustasi karena menyesal memberikan ide yang benar-benar bisa membuat hidup teman nya itu jadi begini.

"Bang Hafiz itu terobsesi punya anak, maklumi aja bang"

"Ya tapi juga gak gini caranya, dia nikahi kontrak perempuan asing gak jelas darimana, elo paham Nggak sih hukum nya apa nikah kontrak itu?! Trus apa elo yakin perempuan itu akan rela pergi begitu saja hanya dengan uang banyak setelah berhasil melahirkan anak si teri tu?"

"Tapi perempuan itu takkan penyakitan, kan dia menyewa perempuan yang masih segel dan perawan"

"Hah ini semua gara-gara ide gila dari elo dan bang Rangga... "

"Yak kenapa gue yang sekarang di salahkan, itu kan ide bagus untuk jaga-jaga, masa bang Hafiz harus pakai perempuan bekas orang untuk bercocok tanam" Dimas yang kesal hanya bisa mendengus.

"Dia akan membayar 500 juta pada perempuan itu jika berhasil, itu setahu ku, sesuai juga kan dengan harga seorang perawan?"

"Hah, jadi dia berani bayar 500 juta, ya ampun!?" Mulut Dimas terbuka lebar lalu mengusap tengkuknya.

"Dasar teri sinting....nekat sekali dia?" Makian itu meluncur untuk teman nya yang bagi Dimas kepala batu dan susah di nasehati.

*

*

Untuk menyakinkan diri nya beberapa hari lalu Ekohafiz memang diam-diam memeriksakan diri lagi ke dua rumah sakit yang berbeda, hasil nya tetap sama dia subur dan tak punya kelainan apapun dari sistem reproduksi nya, semua normal bahkan dokter juga menyarankan dia bisa mengelola stres dan menerapkan pola hidup sehat dengan banyak oleh raga, dan melakukan hubungan badan yang rutin dengan istri.

Ekohafiz sampai frustasi sendiri dengan hasil itu karena selalu saja tak ada kabar baik dari sang istri sejak beberapa bulan lalu, dia sudah bersabar lebih dari tujuh tahun, dan seperti terus berharap pada impian semu.

"Tuan muda..... pak Adrian selamat datang" Daniel menyapa sopan Ekohafiz dan Adrian yang baru masuk ke area ruang tamu vila.

"Bagaimana hasil nya Niel?"

"Tadi saya meminta bik Sumi mengurus Perempuan itu, dia sudah di bawa ke kamar nya, apa dia harus menemui anda sekarang?"

"Baguslah, suruh dia turun dan menghadap padaku, suruh masuk juga kalau dokter Dinda sudah sampai"

"Dokter Dinda akan kesini juga?"

"Yoi lah.....aku tak mau tertipu, jadi dokter Dinda harus memeriksa dulu perempuan yang kalian bawa itu beneran masih perawan, sehat dan subur tidak, baru kita buat perjanjian nya dan nanti malam aku nikahi siri" Ekohafiz menandaskan agar Daniel paham.

"Percuma saja jika perempuan mandul yang aku nikahi, malah buang-buang uang dan waktu nanti" Ujar Ekohafiz lagi.

"Iya baiklah tuan muda kalau begitu...." Daniel mengangguk patuh, lalu Ekohafiz menoleh pada Adrian.

"Ayo kita ke ruangan kerja ku dulu untuk mengatur perjanjian kontrak nya" Adrian menurut dan mengikuti langkah Ekohafiz ke tangga vila ini.

Setelah dokter Dinda dan seorang suster yang di minta Ekohafiz ke vila ini datang, bik Sumi langsung membawa mereka ke kamar Veynara yang berada di lantai bawah paling ujung dekat dengan area kolam renang dan taman belakang, meskipun Vey jadi bingung dan heran kenapa tiba-tiba ada dokter yang datang kesini padahal dia tak sakit apapun.

"Dokter Dinda maaf saya keluar dulu ya, setelah nanti pemeriksaan nya selesai panggil saja saya" Daniel berpamitan di depan pintu dan berjaga di ujung tangga, dokter cantik itu mengangguk lalu tersenyum pada Veynara yang masih kebingungan dan takut bertanya. Dia menutup pintu kamar dan duduk di pinggir ranjang, bersiap akan memeriksa pasien nya.

"Ah maaf dokter saya tidak sakit apapun, kenapa saya harus di periksa?" Vey bertanya setelah di suruh bik Sumi tadi berbaring di ranjang. "Sesuai prosedur yang di perintahkan oleh pak Hafiz saya periksa dulu, anda berbaring santai saja, Mbak Veynara tidak perlu panik" Gadis itu hanya mengangguk meskipun masih bingung dengan prosedur itu.

Dokter obgyn berumur sekitar 36 tahun itu menyiapkan alat canggih berupa CT scan dan meminta suster menyibak rok dari gaun putih yang pasiennya pakai, lalu suster juga melepas celana dalam gadis itu setelah membuka lebar juga kedua paha nya.

Dokter Dinda segera memakai sarung tangan medis nya dan mulai memeriksa kewanitaan gadis itu, Vey yang makin bingung hanya bisa menyimpan pertanyaan nya dan merintih ketika tangan dokter itu mengubek-ubek area kewanitaan nya yang belum pernah di masuki benda asing dari luar.

"Kapan terakhir mbak Vey mendapatkan periode datang bulan?" Tanya dokter cantik itu.

"Sekitar sepuluh hari lalu dokter" jawab Veynara pelan masih menahan sakit.

"Jadi jika di hitung sekarang anda masih dalam masa subur ya, suster tolong di siapkan Ovutest nya"

"Baik dokter....."

"Mbak Vey bisa ke toilet dulu untuk di ambil sampel urine nya, nanti berikan pada suster ya"

"Hah maksud nya apa?" Veynara makin bingung karena pemeriksaan ini mulai makin aneh.

"Tidak apa-apa, hanya memeriksa kesehatan anda saja kok mbak" gadis itu patuh juga lalu masuk ke kamar mandi dan dokter segera menyiapkan alat USG transvagina. Setelah gadis itu kembali dokter memakai sarung tangan karetnya lagi, untuk memeriksa perut bagian bawah gadis itu dengan teliti dengan alat USG.

"Bagus hasil nya, rahim mbak Vey sehat, reproduksi anda juga sehat, nanti mbak minum vitamin yang saya resepkan, jangan kelelahan dan stres" Dokter cantik dengan jas putih itu tersenyum ramah lalu mencatat di kertas resep obat yang dia buatkan untuk pasien nya dan setelah memeriksa reproduksi gadis itu untuk memastikan tak ada kendala apapun.

*

*

Adrian nampak membolak-balik tiga lembar foto di tangannya, si teman yang tadi mau menikahi seorang gadis malah tak tertarik melihat seperti apa perempuan yang bakal dia nikahi siri dan dia jadikan tempat menanam benih, Adrian tersenyum dan terpana melihat foto-foto perempuan yang kata Daniel dia beli dari seorang rentenir dan pemilik club malam

"Cantik sekali, ya ampun dia dapat darimana gadis secantik ini" Batin Adrian masih terpesona.

"Gadis ini masih muda ya bang?"

"Aku nggak tahu berapa umurnya, tadi bang Denny bilang memang masih muda" Ekohafiz menjawab sambil lalu sibuk berbalas pesan dengan Renata yang minta ijin hari ini pulang ke rumah orang tua nya, Ekohafiz mengijinkan karena kebetulan malam ini dia akan menginap di vila ini juga setelah menikah siri untuk mengawali misi nya.

"Tuan muda hasil tes nya sudah keluar, tadi dokter Dinda memberikan ini" Daniel melapor lalu membuka pintu untuk dokter itu.

"Lalu bagaimana hasilnya?" Dokter Dinda yang merupakan senior Ekohafiz dulu saat mereka kuliah tersenyum lalu menyodorkan kertas dan menunjukkan hasil testpack Ovutest tadi.

"Rahim nya sehat, reproduksi nya juga tak ada kendala apapun, dia juga masih perawan" Adrian melotot melihat Ekohafiz tersenyum puas. "Terima kasih dokter Dinda sudah mau datang kesini, bayaran buat dokter akan aku transfer sekarang"

"Iya sama-sama Fiz, lain kali hubungi aku saja jika kamu butuh bantuan apapun, ah omong-omong apa mbak Veynara itu istri muda kamu?"

"Iyah bener...." Ekohafiz hanya tersenyum menjawab singkat, dia baru tahu nama perempuan pelacur itu Veynara, lalu dia meminta Daniel mengantarkan dokter Dinda ke bawah.

"Ayo kita turun, saatnya kamu bekerja" Adrian mengangguk lalu segera ikut keluar mengekor pada Ekohafiz

Veynara di bawa ke ruangan tamu setelah pemeriksaan tadi, dia nampak makin bingung dan takut meskipun tadi bik Sumi bilang dia takkan di sakiti sekalipun. Gadis yang baru berumur 21 tahun itu duduk di sofa menunduk sejak tadi meremas ujung rok putih nya dengan rambut panjang nya yang berwarna hitam lebat menutupi sebagian wajah nya. "Apa benar nama mbak, Veynara Kiara Jovita?"

"Iya pak benar itu nama saya....."

"Panggil saja saya pak Adrian, jadi apa bisa kita bicara sekarang?"

Adrian memperhatikan gadis cantik itu dan memberikan kertas dalam map yang berisi kontrak perjanjian lalu membaca biodata Veynara. "Anda baru berumur dua puluh satu tahun?" Adrian kaget juga, lalu menoleh pada Denny yang hanya angkat bahu saja.

"Iya benar, tapi tiga bulan lagi, saat 26 Agustus nanti umur saya genap 22 tahun, saya lulus SMU tiga tahun lalu" Veynara masih menunduk, dia masih bingung setelah di beli dari si rentenir kejam Kaino Wirayudha lalu dibawa ke vila di puncak dan malah di interogasi oleh lelaki asing ini.

"Kamu baca dulu isi map ini mbak, setelah itu tanyakan pada saya poin apa saja yang kurang jelas" Veynara mulai membuka map tadi lalu membaca kertas di dalam nya, tadi nya dia bingung lalu berubah jadi kaget.