tuan muda kesal (11)

"Jika butuh apapun mbak Vey bisa meminta bantuan pada saya atau bang Denny, bibik Sumi akan di sini juga bertugas melayani anda" jelas Daniel juga pada gadis itu.

"Pak Adrian, bolehkah aku meminta di belikan alat untuk melukis? Cat minyak atau cat akrilik tak masalah, juga kertas gambar" Adrian menatap heran pada gadis itu. Menurut Veynara Daripada dia sedih memikirkan soal kekejaman ibunya dan nasib hidupnya, dia berpikir akan melukis saja, menekuni hobi lama nya yang sudah lama tak bisa dia lakukan karena dia selalu bekerja 24 jam tanpa henti sejak putus kuliah beberapa bulan lalu..

"Baiklah, nanti akan saya siapkan sekalian dengan kanvas nya juga"

"Apa boleh minta tolong di belikan mukena dan buku Alquran juga?" Adrian dan Daniel saling bertatapan heran.

"Buat apa mbak?" Veynara tersenyum karena dua lelaki itu kaget sekali.

"Tentu saja buat salat dan ngaji, tadi saya kesini nggak bawa barang apapun, tolong ya pak pengacara....." Dua lelaki itu saling bertatapan bingung lagi karena memang isi di lemari yang kemarin di siapkan bik Sumi belum ada mukena apalagi buku Alquran.

"Iya mbak nggak masalah nanti saya belikan" Daniel menyahut meskipun masih terheran-heran karena gadis itu malah minta mukena dan buku Alquran daripada barang mahal seperti pakaian bagus, tas, sepatu atau perhiasan, Veynara ternyata gadis yang berbeda dari yang lain.

"Terimakasih banyak pak pengacara, anda baik sekali"

"Sama-sama mbak Vey, kalau begitu saya pergi dulu, besok pagi saya ke sini lagi bersama Dengan pak Hafiz dan pak penghulu juga" Adrian tersenyum lalu berpamitan, masih heran dan malah jadi kagum dengan gadis itu, dia belum pernah melihat gadis setegar Veynara ini.

.

*

*

Tak.....

Ekohafiz meletakkan kasar kaleng cola di meja bar dalam rumah nya, dia menegak hingga habis isi kaleng itu, lalu meremas ujung rambut nya yang sudah acak-acakan, dia mendengus lirih ketika pulang ke rumah hanya di sambut keheningan karena malam ini sang istri memang ijin menginap di rumah keluarga nya lagi, Renata seperti nya tak peduli lagi padanya dan tak mau menjalankan kewajiban nya sebagai istri, akhir akhir ini dia sering menelantarkan Ekohafiz.

"Ah sial, dia bikin mood ku hancur saja, mulut nya pedes udah kayak cabe malah maki aku sinting lah, harus masuk rumah sakit jiwa lah, sialan beneran bocah itu!!" Ekohafiz melempar dasi nya ke ubin lalu melucuti kemeja putih nya berpikir akan mandi saja berendam di bathtub agar bisa membuang semua pikiran ruwetnya yang dia bawa dari luar, tadi karena perempuan sok jual mahal itu yang memaki nya sinting dan lebih pantas tinggal di rumah sakit jiwa, mood Ekohafiz jadi berantakan tak karuan.

"Ada apa sih nelpon gue?" Ekohafiz menerima panggilan dari Emir dengan ketus Setelah selesai mandi dan hanya memakai handuk besar di pinggang nya sembari berkaca di cermin besar.

"Ya ampun Fiz, loh oke kan? Jutek banget sih nada elo?"

"Iya gue oke....ada apa nelpon gue malam begini?" Emir terkekeh dan melirik jam tangan nya. "Ayolah ini bahkan masih jam sembilan malam bro, loh udah di rumah? Gak pengen ke klub malam?"

"Yoi, terus loh dimana? Lagi di klub malam?" Tanya Ekohafiz lirih dan melepas handuk nya.

"Iyalah, seperti biasa gue di club malam lagi kongkow, apa loh mau kesini juga? Lagi rame di sini banyak cewek cantik juga nih" Ekohafiz meremas rambut basah nya. "Iya aku akan kesana, siapkan minuman wiski dan wine yang paling bagus dan mahal" Ujar lelaki itu sembari menatap cermin besar di ruang walk on closet yang menampakkan bayangan tubuh polos atletis kekar nya, yang selama ini takkan bisa di tolak oleh perempuan manapun.

"Jangan lupa siapin wanita penghibur juga?" Ekohafiz terkekeh dan berdiri menuju lemari ganti mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk sembari memakai kemeja bersih dan dalaman nya

"Oke deh bos beres....."

"Siapkan kondom juga gue nggak mau kena penyakit kelamin apalagi membuat pelacur di klub malam elo bunting"

"Haha, beres deh, siap bos besar!"

Emir terkekeh senang dan mengiyakan lalu sambungan mereka terputus. Memang jarang sekarang Ekohafiz ke club malam untuk minum dan tidur dengan pelacur, sejak menikah dengan Renata dia sengaja menjauhi hingar bingar dunia malam, bukan berhenti total hanya mengurangi saja karena pada dasarnya kesenangan seperti itu sayang di lewatkan.

Jika suntuk dan kesepian dia ke tempat itu untuk nongkrong dengan teman atau cuci mata lihat perempuan cantik yang bisa di permainkan tubuhnya lalu dia ajak minum bersama Ujung nya akhirnya ke atas ranjang, karena sebagai lelaki normal Ekohafiz juga butuh hiburan dan selingan daripada hanya tidur dengan istri di rumah.

Lalu malam ini saat pikiran nya kacau begini dia seperti nya butuh hiburan dan penyaluran nafsu nya, di rumah sepi tanpa ada kehadiran Renata yang biasa nya menghangatkan ranjang mereka dan melayani kebutuhan batin nya.

*

*

Club malam elit PARADISE yang terletak di daerah kalibata jakarta itu adalah club termewah di daerah ini, operasional nya di urus oleh Emir yang ada darah keturunan arab, dan merupakan sahabat Ekohafiz sejak kuliah, sebenarnya club ini milik Agung Andriansyah yang juga merupakan pengusaha bidang Dept store juga seperti perusahaan milik keluarga Ekohafiz.

"Elo sedang suntuk bro?" Ekohafiz hanya meringis ketika duduk di depan meja bar dan sedang menegak minuman alkohol. "Eh elo darimana saja? Mana cewek cantik nya? Ngibul loh ya?" Suara di sekeliling mereka memang berisik sekali karena tempat ini cukup ramai, maklumlah ini akhir pekan.

"Ada dong, tenang aja gue udah siapin cewek cantik buat elo, poko nya ini barangnya sepesial" Emir bicara keras mengingat suara musik di sini keras sekali, tak berapa lama dua perempuan cantik dan seksi datang mendekat pada mereka dan salah satu nya mengusap manja bahu lebar Ekohafiz dan mengelusi rahang tegas nya, dia menyapa lelaki itu dengan suara lembut mendayu.

"Mau di temenin gak abang ganteng?"

"Nama kamu siapa?" Tanya Ekohafiz menatap wajah cantik dengan riasan tebal itu dengan lekat.

"Dela... kalo Abang namanya siapa?" Tanya nya manja memainkan kancing jaket hitam kulit yang Ekohafiz pakai.

"Dia itu pelanggan VIP kita jangan kecewakan dia lho!" Jawab Emir membuat perempuan itu tersenyum sumringah tak terlalu tertarik tanya nama lagi karena iming-iming uang, jika dapat pelanggan VIP pasti dia akan dapat banyak uang, apalagi pelanggan nya masih muda dan ganteng seperti ini, Dela sungguh kegirangan mendapatkan pelanggan istimewa seperti ini.

"Nikmati saja dia bro, gue kasih diskon banyak deh, dia wanita pilihan di sini masih muda dan jarang di pakai"

"Oke deh, thanks ya" Ekohafiz tertawa senang ketika Emir menyodorkan kunci room dan sebungkus kondom masih bersegel pada teman nya, lalu Ekohafiz memberikan juga kartu black card milik nya untuk pembayaran dan sudah sibuk membalas ciuman panas wanita jalang bernama Dela itu, tanpa menghiraukan Emir yang kemudian juga sibuk dengan wanita nya.

"Loh juga mau senang-senang di sini? Pacar elo mana?"

"Jarang-jarang lah pacar gue pulang ke Samarinda, jadi mumpung gue free malam ini"

"Cih dasar mesum juga loh!" Tawa Ekohafiz mengejek.

"Main di atas aja sana Fiz, kamar loh udah di siapkan tadi sama pegawai gue" Ekohafiz mendengus lalu membawa jalang di pelukan nya pergi melipir minggir ke arah lift, dengan bibir yang masih saling berciuman panas dan membuat Emir geleng-geleng geli.

"Kamu cantik sekali eum....."

Pujian dari lelaki ganteng dan muda yang tadi menyewa nya membuat Dela girang, ketika pintu lift tertutup membawa Ekohafiz dan perempuan itu ke kamar room yang akan mereka pakai di lantai lima klub malam ini, Ekohafiz terus saja melancarkan belaian tangan dan bibir nya yang buas menghabisi bibir wanita itu dengan tangan membelai pada tubuh seksi perempuan itu.

"Kamu juga seksi, payudara mu besar dan indah sekali" Ekohafiz mencium lagi bibir merekah dengan lipstik merah itu, dia meremas keras dua bukit kembar itu dengan penuh nafsu bercampur kesal sampai Dela meringis nikmat.

"Namun sayang nya kamu juga murahan sama seperti perempuan yang ada di vila ku, yang sok jual mahal, padahal lihat uang langsung mau tidur dengan lelaki manapun" Ekohafiz tertawa karena perempuan itu malah mendusel manja pada dada bidangnya, mengusap dengan seduktif jakun dan leher putih nya.

"Abang ganteng sedang kesal ya? Uhh kasihan" Bayangan wajah perempuan di vila nya tadi siang yang memaki nya gila dan tak waras, membuat Ekohafiz meremas dengan kasar pipi mulus pelacur itu, dia menyeret nya ketika pintu lift terbuka di lantai lima yang koridor nya sepi.

"Cih aku kesal sekali pada Veynara perempuan sok suci itu!" Dengan kesal Ekohafiz membuka pintu kamar room bertulis 404 yang biasa dia tempati di club malam ini ketika menginap di sini, dia melempar jalang cantik itu ke atas ranjang yang empuk dan melepaskan kancing kemeja nya setelah membuang jaket kulit hitam nya ke lantai.