Langit senja di The Wall selalu menyuguhkan panorama menyedihkan yang penuh kelabu. Angin dingin membawa suara rintihan manusia buangan dan hembusan nafas naga yang masih tersisa dari legenda. Dari puncak menara The Wall yang ringkih, di sanalah Oldman berdiri.
Oldman adalah seorang pemimpin di tembok besar kolaborasi tiga ras ini di masa lalu, menatap luas ke hamparan Middle Earth. Ia mengembuskan nafas berat, seolah memanggul beban sejarah yang membentuk dunia ini sejak jutaan tahun lalu.
"Aku bukan sastrawan. Aku hanyalah penguasa di tempat kumuh yang dinamai The Wall, sebuah tembok raksasa yang digadang-gadang menopang kedamaian. Tapi, aku tahu lebih banyak daripada kebanyakan orang. Dunia ini, semenjak primordial era, sudah diwarnai oleh petaka dan peperangan. Puluhan, ratusan, mungkin jutaan tahun silam—bahkan para tetua dwarf, elf, ataupun catatan pustaka kerajaan manusia pun tak benar-benar sanggup merangkum semuanya."
Lelaki tua bermata merah ini memejamkan mata sejenak, wajahnya dihiasi kerut. Seperti hendak mengukir kisah panjang di benaknya yang sarat pengalaman.
"Primordial Era. Saat itulah, katanya, penciptaan terjadi. Di masa lampau, the creator one menciptakan dewa-dewa kuno untuk membantunya menciptakan utopia sempurna. The creator one juga para naga untuk menjaga keseimbangan dunia ini menggunakan jewellery of the god mereka, dengan menciptakan world tree, yang konon menjadi sarang para naga di masa lalu.
Namun, seiring waktu, black dragon Ragonar dan sekutunya mulai mengumpulkan kekuatan jewellery of the god, menimbulkan petaka tak terkira sampai waktu yang tak diketahui oleh semua orang. Para Jotun, makhluk penengah yang menjadi utusan para dewa, muncul untuk menghentikan amukan mereka. Sungguh berantakan."
"Chaos Era. Sekitar sepuluh juta tahun lampau, menurut cerita para elf, para naga dan jotun berseteru hebat, dunia hancur-hancuran. Hamparan seluruh benua terpecah, banyak ras kuno musnah, alam pun berganti rupa. Konon, naga Shedara mati, bersama kristal sucinya. Bahkan, menurut legenda, semua jewellery telah menghilang dari dunia ini. Tak ada yang tahu berapa lama peperangan itu terjadi.
Namun, masih ada pecahan/fragment dari jewellery itu yang berhamburan di dunia ini. Meninggalkan endapan kekuatan ajaib yang kelak ditemui bangsa-bangsa kini. Kekuatan yang disalahgunakan, membuat peperangan terus berlanjut di era berikutnya."
"First Era. Tak ada catatan pasti yang ditemukan, kapan era ini dimulai. Di era inilah empat ras utama mulai bangkit: manusia, dwarf, elf, dan orc, pasca kedamaian yang terjadi di seluruh benua. Mereka membangun peradaban dan memikul sisa-sisa kekuatan fragment, yang disangka semua orang hanya sebatas mitos. Menurut informasi yang aku dapatkan, di era ini, muncullah organisasi misterius, The Veil. Kabarnya, The Veil-lah yang mengadu domba antar ras atau internal ras tertentu agar terus berperang dan saling memperebutkan wilayah. Konon, mereka mengincar fragment untuk digunakan. Tapi sekarang, mereka telah lenyap di telan waktu.
Namun akhirnya, perang besar memuncak saat bahamud, pemimpin para orc, menyerbu benua dengan keempat fragment; hijau, ungu, perak, hitam. Alhasil, reinhard, satu-satunya jotun yang tetap aktif, memimpin aliansi ras lain memanfaatkan ketiga fragment lain; merah, biru tua, emas, dan menghantam orc di Battle of the Hope.
Para orc kalah, Bahamud menghilang bersama dengan keberadaan fragment hitam yang ditelan oleh zaman, enam fragment sisanya diamankan reinhard, dan Tower of Jotun, yang sekarang hanya dianggap mitos, dibangun sebagai simbol akhir era ini."
"Second Era. Sekitar dua ratus ribu tahun silam, menurut catatan elf yang kami temukan. Serangan besar orc yang dipimpin bahamud kembali. Bahamud membawa seorang warchief orc dengan pedang legenda, darkness sword, dan fragment hitam, untuk menghancurkan seluruh benua.
Reinhard lagi-lagi turun tangan dan menciptakan enam senjata suci untuk menandingi orc, namun pertarungan di Battle of Last Hope kacau-balau, setelah naga Ragonar mendadak bangkit dari selatan. Orc gagal dimusnahkan total.
Konon, Reinhard menyerahkan enam fragment kepada tiga ras; dwarf, elf, manusia, sembari membangun The Wall, batas raksasa di selatan, sebagai tanggul atas ancaman monster selatan. Katanya, The Wall diciptakan agar kita, manusia, dwar, dan elf, menahan kengerian selatan. Namun sekarang, itu hanya sebuah cerita menyedihkan."
"Third Era. Empat belas ribu hingga seribu tahun lalu, menurut catatan kami. Keadaan damai dengan berkembangnya tiap ras untuk memulai dominasi-dominasi mereka masing-masing. Tak ada yang special dari awal masa ini, selain pertikaian, intrik politik, dan peperangan yang menjadi cara untuk mengalihkan kekuasaan dari satu penguasa ke penguasa lain.
Namun, semua itu berubah, saat terdengar rumor jika manusia menjarah fragment hijau milik elf dan ungu milik dwarf. Konon, pelakunya adalah Hamongrad, seorang penguasa dari sebuah kerajaan yang berhasil menggunakan kekuatan fragment emas. Hamongrad kemudian melakukan banyak hal sebelum berhasil menyatukan sebagian besar wilayah manusia dan mendirikan kekaisaran pertama manusia, kekaisaran Hamongrad.
Ekspansi kaisar Hamongrad dan pasukannya tak berhenti disitu saja. Dengan kekuatan fragment emas, pasukan kaisar berhasil menyatukan seluruh middle earth, yang dulu menjadi wilayah bersama dengan para dwarf dan elf.
Akibat ekspansi tak terkontrol itu, terjadilah Battle of Three Races. Manusia menang, menguasai Middle Earth dan sebagian wilayah dwarf dan elf. Tapi, akibat buruknya terjadi pada the wall. Sejak kemenangan manusia, the wall yang awalnya dijaga oleh ketiga ras, kini mulai ditinggalkan oleh seluruh ras. Hanya beberapa orang yang setia dengan the wall lah yang masih bertahan di sana.
Seolah mendapatkan kutukan atas tindakkan serakahnya, kekaisaran pun runtuh dari dalam, entah lantaran intrik para bangsawan, atau serangan monster selatan, tak ada catatan pasti. Selain kejadian itu, pasca meninggalnya kaisar Hamongrad sendiri, semua fragment kekaisaran Hamongrad tiba-tiba menghilang. Sejak saat itu, keberadaan fragment seolah ditelan bumi dan tak terdengar apapun kabarnya hingga sekarang.
Runtuhnya kekaisaran, menandai pecahnya kekuasaan manusia ke dalam tiga kerajaan manusia; edenvila, wastadian dan jovalian yang berbagi wilayah di utara benua. Sementara itu, para lord independent dengan total 68 lord, menguasai Middle Earth yang luas dan subur. Para lord itu saling berperang sendiri-sendiri untuk keserakahan masing-masing."
"Peaceful Era, yang aku yakini, sudah terjadi sejak seribu tahun belakangan, pasca runtuhnya kekaisaran Hamongrad. Masa inilah aku lahir dan tumbuh. Masa ketika banyak orang menganggap dunia mulai damai. Para Lord saling sikut dan berperang kecil, tapi tak pernah sampai merobohkan seluruh benua. Mereka mengiranya perang antar para lord adalah hal yang lumrah. Mereka juga mengira jika para naga-naga tetap tertidur, orc pun konon punah di selatan. Tapi kami di The Wall tahu, itu semua keliru."
Oldman segera menggeser pandang ke arah utara, tempat keserakahan semua manusia masih saling sikut. Ia mendengus sebal, karena tak ada seorang pun yang peduli pada mereka.
"Sebagai Penguasa Tertinggi The Wall, tugasku satu: menahan ancaman selatan. Entah monster mutasi, orge, cyclops, atau… semoga saja tidak… kembalinya para orc. Para raja dan lord-lord di Middle Earth tak peduli. Di mata mereka, kami di The Wall cuma segerombol 'Outcast', narapidana buangan, sisa-sisa prajurit dan penjahat kelas kakap yang terpinggirkan. Tak apa. Lebih baik mereka tak ikut campur. Politikus busuk seperti mereka, jarang peduli keamanan sejati."
Dia menatap barak outcast di bawah sana, di markas pusat adalah benteng kecil, tempat ia mengkomando seluruh the wall, yang membelah dan mengisolasi benua selatan dengan benua utama. Asap tipis mengepul dari dapur, bau sup asin dan anyir. Mereka, para outcast, sehari-harinya menebus dosa atau menekan duka pribadinya dengan mengambil misi berbahaya demi beberapa kantong koin emas. Tentunya, dengan standar pelatihan tinggi yang telah ditetapkan sejak lama.
Itulah rutinitas di The Wall.
"Aku, Oldman, bukan lelaki religius. Tapi kumaknai warisan era-era lampau ini sebagai peringatan: Dunia tak pernah benar-benar damai. Kekuatan jahat dari semua masa; fragment, orc, atau naga, akan selalu mengintai. Manusia, dwarf, elf, entah siapa pun, bisa saja saling bunuh, dipicu hasutan licik.
Dan kini, satu-satunya dinding penahan ancaman selatan adalah The Wall… dan kami, para Outcast. Mungkin sejarah akan mencatat kami sebagai pahlawan tanpa nama, mungkin juga melupakan kami. Tapi selama aku masih berdiri di sini, takkan kubiarkan monster selatan dan kegelapan lain menyebar lagi ke benua."
Oldman mendesah, tampak letih. Ia meneguk secawan minuman panas di tangannya, lalu menuruni tangga the wall yang tingginya lebih dari serratus meter ini, hendak memulai hari yang berat lainnya, mengatur segala kepentingan 'Outcast' dan menjaga The Wall tetap tegak.
"Aku Oldman…
Di dunia yang mengasingkan kami, kami berdiri di antara kegelapan.
Kami tidak memiliki tanah, tidak memiliki nama, hanya memiliki jalan ini.
Kami adalah bayangan di balik tembok ini.
Kami adalah para penjaga yang dilupakan dunia.
Kami adalah Outcast, dan kami akan bertahan, atau mati di jalan kami."