---
Langkah Menuju Kematian
Hujan mengguyur deras. Petir menyambar langit, menciptakan kilatan cahaya yang menari di antara bayangan pepohonan. Tanah basah mengeluarkan aroma khas, bercampur dengan bau darah yang menguap di udara.
Eldric berdiri di mulut gua, napasnya teratur meski dadanya naik turun. Matanya yang berkilau keemasan menatap lurus ke depan—ke arah pria berambut perak yang kini berdiri dengan pedang hitam di tangannya.
> "Aku akan menghabisimu sendiri."
Suara dingin pria itu bergema di tengah hujan. Aura gelap menyelimuti tubuhnya, menciptakan tekanan yang hampir menyesakkan.
Eldric menghela napas perlahan. Dia bisa merasakan—pertempuran ini tidak akan mudah.
> "Cobalah kalau bisa."
Langkahnya maju satu langkah, tatapan matanya semakin tajam.
Pria berambut perak itu tersenyum tipis.
> "Sombong."
SRAK!
Dalam sekejap, tubuhnya menghilang dari tempatnya berdiri.
BOOM!
Sebuah ledakan udara mengguncang tanah tempatnya tadi berpijak. Eldric baru saja melihatnya—dan dalam sepersekian detik, pedang hitam itu sudah ada di depan wajahnya!
> "Cepat!"
Refleksnya berteriak dalam kepalanya.
TAP!
Dengan lompatan kilat, dia menghindari serangan itu ke samping. Namun—
SWOOSH!
Sebuah kilatan hitam menyambar dari arah lain!
> "Dia bisa menyerang dari dua arah?!"
Eldric mengangkat lengannya dengan cepat.
CLANG!
Tebasan itu menghantam lengan kirinya. Percikan cahaya emas meledak—kulitnya tidak terluka, tapi dampak serangan itu cukup untuk melemparkannya ke belakang!
BAM!
Tubuhnya menghantam batang pohon dengan keras. Rasa nyeri menjalar di seluruh punggungnya.
Pria berambut perak itu tidak berhenti.
> "Lambat."
Dengan kecepatan yang mustahil, dia sudah berada di atas Eldric, pedangnya terangkat tinggi—
> "Sial—!"
Eldric menghentakkan kakinya ke tanah!
BOOM!
Tanah di bawahnya meledak, menciptakan dorongan yang melemparkannya ke belakang tepat sebelum pedang hitam itu membelah udara.
SWOOSH!
Sebuah pohon besar di belakangnya terbelah dua, batangnya runtuh seolah terpotong dengan mudahnya.
Eldric terguling di tanah, napasnya tersengal.
> "Dia jauh lebih cepat dan kuat... Aku tidak bisa bertarung sembarangan!"
Dia memfokuskan matanya, merasakan energi baru yang masih mengalir dalam tubuhnya.
Darahnya—warisan dalam dirinya—terus bergetar.
> "Kalau begitu..."
Dia berdiri kembali. Kali ini, ekspresinya lebih tenang.
> "... Aku harus menggunakan kekuatan ini dengan benar."
Pria berambut perak itu mengangkat alis.
> "Oh? Kau masih bisa berdiri?"
Dia tersenyum sinis.
> "Bagus. Aku ingin melihat seberapa lama kau bisa bertahan."
Angin berputar di sekitar mereka. Aura membunuh semakin menebal.
Dan tanpa aba-aba—
Pertempuran dimulai kembali.
---
Bangkitnya Darah yang Terlupakan
CLANG! CLANG! CLANG!
Kedua sosok itu bertabrakan di tengah hujan.
Pedang hitam menyambar dengan kecepatan mengerikan, menciptakan gelombang angin setiap kali bergerak. Eldric terus menghindar, sesekali menangkis dengan lengannya yang kini bersinar emas.
> "Aku semakin terbiasa dengan tubuh ini!"
Senyumnya muncul di tengah pertempuran.
Pria berambut perak menyipitkan mata.
> "Hmph. Menyebalkan."
Dia mengangkat pedangnya tinggi—
BOOM!
Gelombang energi hitam meledak dari pedangnya, menghantam Eldric seperti tsunami!
Eldric memfokuskan kekuatannya ke kakinya—
TAP!
Tubuhnya melesat ke atas, menghindari gelombang kehancuran di bawahnya.
Namun pria berambut perak sudah menunggunya di udara!
> "Mati."
Pedang hitam melesat turun dengan kekuatan penuh!
SWOOSH!
Namun—
> "Aku tidak sebodoh itu."
Senyum Eldric semakin lebar.
Tiba-tiba, cahaya keemasan berkumpul di tangannya—
Dan dengan satu gerakan cepat—
BOOM!
Sebuah tinju menghantam pedang hitam itu langsung!
CLANG!!
Ledakan kekuatan memecah udara, memantulkan pria berambut perak ke belakang!
> "Apa?!"
Matanya membelalak.
Namun sebelum dia bisa memproses apa yang terjadi—
TAP!
Eldric sudah ada di hadapannya!
Dengan kecepatan luar biasa, dia memutar tubuhnya—
BANG!
Sebuah tendangan menghantam dada pria berambut perak, melemparkannya jauh ke tanah!
BOOM!
Tanah retak di bawah dampaknya.
Eldric mendarat dengan ringan, matanya masih bersinar.
Pria berambut perak perlahan bangkit, darah mengalir dari sudut bibirnya.
Dia menatap Eldric dengan mata penuh kebencian.
> "Brengsek..."
Namun, sebelum pertempuran bisa berlanjut—
SWOOSH!
Angin dingin berhembus.
Dari kejauhan, siluet seseorang muncul di tengah hujan.
Suasana berubah seketika.
Eldric dan pria berambut perak sama-sama menoleh ke arah yang sama.
Dari dalam kabut hujan, seorang wanita melangkah maju.
Rambutnya yang panjang berkilau di bawah cahaya petir, dan matanya yang dalam memancarkan kilauan misterius.
Jantung Eldric berdetak lebih cepat tanpa alasan.
> "Siapa dia...?"
Wanita itu berhenti beberapa meter dari mereka.
Tatapannya tertuju langsung pada Eldric.
Lalu, dengan suara lembut tapi dingin—
> "Kau... akhirnya terbangun."
---