Seleksi Divisi Sihir kemudian dilanjutkan tanpa hambatan hingga langit berganti oranye yang menanadakan sore hari, Zen yang terus mengamati para penyihir bertalenta mengambil catatan kecilnya dan kemudian mulai memanggil satu-persatu mereka yang layak.
Mereka yang dipanggil pun dibedakan menjadi dua kelompok, di tengah dua kerumunan kelompok tersebut, Zen kembali mengambil perhatian. Ia menarik napas dan mulai berpidato.
"Perhatikan semua, kalian yang dipanggil saat ini adalah kalian yang layak. Yang berada di sisi kanan ku adalah mereka yang akan menjadi pengayom masyarakat, anggota Peace Guard," Ia kemudian menatap mereka yang di sisi kanan dimana Zenith dan Kael berada.
Sesaat kemudian ia kembali melanjutkan pidatonya, "Kemudian kalian yang disebelah kanan ku, kalian adalah orang yang kuanggap memiliki potensi. Kalian boleh memilih, kalian yang tetap disini akan menjadi anggota pasukan Loyal Knight yang mengayomi para bangsawan dan kerajaan Avalon".
Ia berhenti sejenak kemudian meluruskan tangannya mengisyaratkan untuk menunjuk ke sebuah lorong di salah satu sisi arena. "Sementara kalian yang ingin bergabung ke Frontline Shield dan ingin bertahan di garis depan antara manusia dan iblis—silahkan menuju lorong tersebut," beberapa saat terdiam, kemudian sedikit mengangguk, menandakan bahwa dirinya mempersilahkan siapa yang ingin bergabung dengan Frontline Shield".
Zenith dan Kael pun berbalik, langkah mereka terdengar diantara keheningan saat mereka menuju lorong dan menjadi orang pertama yang ingin bergabung dengan Frontline Shield. Di belakang mereka ada seorang wanita dengan rambut hitam cukup panjang yang kemudian mengikuti langkah mereka berdua, beberapa waktu berlalu, kini mereka disusul beberapa anggota lain. Waktu kemudian berlalu begitu saja hingga para pendaftar masuk ke pasukan masing-masing.
Langit kemudian semakin gelap, menunjukan waktu mulai malam.
Sementara itu di barak pelatihan sementara anggota Frontline Shield, mereka dipersilahkan untuk membentuk menjadi beberapa squad, dimana satu squad nya berisi dua penyerangan, satu pendukung dan satu pengintai atau pelindung.
Mereka bebas memilih squad mereka sendiri, dan tentu saja Zenith dan Kael menjadi 1 squad. Mereka sudah saling mengerti satu sama lain. "Nah, sekarang kita kekurangan pendukung dan pelindung," Kael melirik sekitar, mencari seseorang yang terlihat ingin bergabung dengan squad-nya.
"Permisi, bolehkah aku bergabung dengan kalian? Sihir penyembuhku dapat membantu dalam pertempuran," dia adalah wanita berambut hitam sebelumnya, Kael memperhatikannya dengan sekilas namun seksama. Dilihat dari kapasitas mana yang wanita itu miliki dan grimoire nya, dirinya berada di tingkat menengah.
"Kurasa itu hal yang bagus, kamu memiliki potensi," Kael tersenyum saat mengucapkannya, menandakan bahwa ia menerimanya dengan lapang dada. Namun tidak dengan Zenith.
Ia berbalik dan menatap wanita itu, setelah melihat mana wanita itu ia melontarkansatu pertanyaan. "Kenapa kamu memilih untuk bergabung dengan Frontline Shield? Bukankah medan tempur berbahaya bagi pendukung yang tidak memiliki kemampuan bertahan maupun menyerang sepertimu?" Tanya Zenith dengan nada datar, auranya begitu mengintimidasi.
Wanita itu terdiam, dia terkejut. Bagaimana orang yang baru dia temui bisa tahu tentang kemampuan sihirnya. Namun, tak ada waktu untuk berpikir panjang, "Yah, sebenarnya aku penasaran dengan mu sih, sihir kegelapan itu belum pernah kulihat sebelumnya," balasnya.
Zenith terdiam sejenak, kemudian mengulurkan tangannya, mengisyaratkan untuk berjabat tangan. "Namaku Zenith, dan dia Kael. Lalu, siapa namamu?".
"Namaku Flara, mohon kerjasamanya mulai hari ini," Flara menjabat tangannya. Dia cukup bahagia bisa berkenalan dengan mereka. Namun, mereka kemudian merasakan sesuatu yang janggal tentang squad mereka sendiri.
"Bukankah seharusnya kita berkelompok berisi empat orang, tapi kenapa hanya kita yang berisi tiga orang?" Tanya Flara.
"Ah, kau benar. Sepertinya kita memang kekurangan orang," balas Kael, dirinya kembali melihat sekitar mereka dan menyadari bahwa hanya kelompoknya yang beranggotakan tiga orang.
"Kurasa kita memang kurang beruntung, tapi apa boleh buat" Ucap Zenith, nadanya kali ini lebih ramah. "Toh pria ini bisa menyerang sekaligus bertahan, kontrol sihirnya benar-benar mengerikan," lanjutnya sambil menunjuk Kael, dirinya agak tersenyum tawa ketika mengatakannya.
Flara melihat mereka dengan senyuman "Padahal ketika seleksi tadi aura kalian terasa dingin dan mencekam, ternyata kalian se akrab ini yah," ucapnya sambil tersenyum bahagia melihat Zenith dan Kael.
"Tolong jangan samakan aku dengan pria aneh ini," celetuk Kael sambil menatap ke arah Zenith.
"Apa maksudmu dengan pria aneh, bukannya kau ini yang aneh," balas Zenith dengan sedikit marah, namun marahnya hanyalah bercanda.
Malam ini begitu tenang sehingga mereka bertiga dapat menghabiskan malam tersebut dengan tenang dan kemudian pergi tidur.
...
Di keesokan harinya, tugas mereka dimulai. Seluruh squad dikirim ke berbagai titik di garis depan dan bertugas untuk patroli. Dari ibu kota menuju ke perbatasan membutuhkan waktu setengah sampai satu hari. Squad Zenith tiba di titik mereka ketika menjelang sore.
Saat itu pun beberapa iblis kelas rendah juga tiba untuk menyerang desa di pinggiran.
"Sepertinya kita datang tepat waktu yah, Zenith," Kael kemudian mengeluarkan Grimoirenya. Ia merapalkan dan menciptakan panah dan tombak dari air, ia menggunakan beberapa sihir serangan sekaligus, sementara Zenith kembali menggunakan predator dan menebas iblis yang datang.
"Sepertinya aku tidak berguna di squad ini yah" batin Flara, dia hanya berdiri di belakang, meski ia memepersiapkan grimoirenha pun ia tetap tak menggunakan sihirnya sama sekali, Zenith dan Kael seperti monster di hadapan iblis kelas rendah.
Tak perlu waktu lama untuk membersihkan beberapa iblis yang menyerang, mereka dapat menyelesaikannya sebelum para iblis itu terlihat di desa.
"Huft, untung saja kita tiba tepat waktu, kan, Zenith," ucap Kael sembari mengusap keringat di dahinya. Namun ia tak mendapat respon dari Zenith. Zenith menatap bangkai iblis seolah ada hal yang janggal.
Hening...
Dan hening...
Dalam keheningan sesaat itu, sebuah suara kemudian memecah keheningan tersebut. "Ayo, kita menuju ke desa terdekat dan mencari penginapan untuk tinggal" Flara kemudian menepuk pundak Zenith, memecah kekosongan di pikiran Zenith.
"Maaf ya, pikiranku kemana-mana tadi" Balas Zenith, ia kemudian mengambil perlengkapannya dan berjalan lebih dahulu.
"Kael, memangnya Zenith seperti itu?" Tanya Flara.
"Entahlah, dia terasa aneh. Tak biasanya dia melamun seperti itu," balasnya dengan heran. Tak ada yang menyadarinya. Namun, kejadian ini adalah sebuah awal yang berasal dari akhir, hari ini, sebuah tangga telah tercipta bagi sang pahlawan.