Juni terbangun dengan senyum di wajahnya. Itu adalah salah satu momen langka di mana dia tidak banyak tidur, tetapi dia tetap merasa bahagia.
Dia merapikan tempat tidurnya, membuka jendelanya, dan menghirup aroma segar asap cerobong dan ikan asin goreng. Itu bukanlah bau yang menyenangkan, tetapi tidak ada yang bisa merusak suasana hati Juni.
Juni membuka pintunya dan bahkan menyiram tanaman. Lalu, dia turun ke apartemen Minjun dan Nenek, menyapa mereka dengan senyuman tipis. Lalu dia jatuh di sofa mereka dan menonton santai di TV sambil menunggu Nenek selesai memasak sarapan.
Pert pasangan nenek dan cucu melihat adegan di depan mereka dengan tidak percaya.
"Ini aneh," kata Minjun. "Kenapa dia terlihat begitu bahagia? Dia masih dipanggil pengganggu di internet."
"Mungkin dia kehilangan akal?" tanya Nenek. "Aku harus membuat sarapan favoritnya hari ini. Kenapa kamu tidak pergi dan bicara dengannya?"
"Aku takut," Minjun berbisik.
Nenek mengeklik lidahnya. "Pergilah."