Energi meresap ke dalam tanah, dan kerangka-kerangka tak terhitung jumlahnya, baik manusia maupun binatang, muncul dari bawah. Mulut mereka ternganga dalam jeritan sunyi, berjuang keluar dari lumpur dan akar-akar.
Beberapa tangan mencengkeram kaki dan pergelangan kaki Lith dengan pegangan besi. Dalam beberapa detik, dia dikelilingi oleh tentara kecil mayat hidup, masing-masing memancarkan aura yang mengerikan yang membuat dingin menyusup merasuk ke tulang belakangnya.
Lith tahu mereka tidak menimbulkan ancaman baginya. Satu lesser undead tidak lebih dari sekadar gangguan, bahkan jumlah sebanyak itu tidak dapat melukai seseorang seperti dia. Dalam skenario terburuk, dia hanya akan terbang dan menyerang mereka dari langit, meninggalkan mereka tanpa kemungkinan balasan.
Namun tubuhnya seolah mengabaikan semua pengetahuan itu. Satu-satunya hal yang ia rasakan dari mata merah bersinar mereka adalah rasa takut bawaan dan rasa jijik.