Derek terbangun di sebuah ruangan yang jelas merupakan kamar rumah sakit. Bahkan dengan kepala yang pusing dan penglihatan yang kabur, dia tahu hanya satu tempat di mana warna putih sebanyak itu dapat ditemukan.
Spreinya putih, tirainya putih, bahkan dinding dan langit-langitnya juga putih. Dia mencoba mengusap matanya, namun menemukan bahwa lengan kanannya diborgol ke sisi tempat tidur, sementara lengan kirinya terasa begitu berat sehingga dia tidak memiliki kekuatan untuk mengangkatnya.
- "Pasti morphine. Itu atau mereka mengikatku." pikirnya. Ingatan terakhirnya yang masuk akal adalah dia membunuh bajingan yang telah membunuh adik laki-lakinya.
"Polisi sialan, tidak bisa membiarkan aku mati saja? Aku tidak tahu apakah karena kerusakan otak atau karena mereka telah memberiku banyak obat, tapi itu mimpi yang aneh sekali."
Dia menggelengkan kepala, berusaha memperjelas penglihatannya.