Jake POV
Aku menutup sepihak panggilan barusan dan melempar ponsel ke jok belakang.
"Ckk, Putri nggak tahu apa orang rindu malah dikata-katain, huh!" dengusku agak kesal.
Tok! Tok! Tok!
Aku sedikit tersentak saat kaca mobil diketuk dari luar. Melihat sosok Putri, aku lantas dengan cepat membukakan pintu mobil untuknya.
Grep!
Begitu dia masuk, aku langsung memeluk erat dirinya. Aroma mawar dan manisnya apel yang kucium dari dirinya membuatku tenang.
"Jake..."
"Sstt, aku rindu, sayang! Kamu sih nggak mau ketemu aku selama 3 hari ini, jadi nggak boleh nolak apapun yang aku lakukan sekarang."
Kurasakan tubuh Putri mulai rileks, dan dia pun ikut membalas pelukanku.
Setelah cukup lama saling berpelukan, aku perlahan melepaskan diri namun masih tetap memandangi wajah cantik kekasihku ini.
Cup!
Ciuman penuh cinta kulayangkan pada keningnya.
"Gimana tadi, hem?"
Aku tahu perusahaan milikku memang setiap tahun mengadakan perlombaan seperti ini guna mencari bibit unggul yang akan bekerja pada kami.
"Huftt, aku sedikit gugup sih tadi, hehe, tapi alhamdulillah bisa dilewati kok," kata Putri dengan terkekeh begitu manisnya.
"Lain kali nggak usah pakai acara nggak mau ketemuan segala deh. Kita kayak lagi marahan, tau!" aku mencubit gemas pipinya ini.
"Uhh, apa sih, Jake, sakit!" keluhnya kesakitan, dan aku semakin melebarkan senyum.
Aku kembali menstarter mobil Porsche milikku dan membawa Putri menuju tempat tinggalku.
"Kita akan ke mana sekarang?" tanya Putri, dan aku hanya tersenyum kecil menanggapinya.
"Ke tempat di mana kita bisa tenang tanpa terganggu oleh siapapun," kataku bergumam.
Jake POV END
-----
30 Park Place
Perjalanan yang hanya memakan waktu tak kurang dari 15 menit akhirnya mereka sampai di sebuah hunian mewah yang membuat mata Putri sedikit terkejut.
"Hahaa, masuklah sayang. Aku ingin mencoba memasakkanmu sesuatu," senyum Jake begitu tampan berkali-kali lipat membuat Putri tersipu malu.
"Huh, tempat semewah dan seluas ini kau tinggali sendiri, tuan Jake? Atau mungkin..."
"Jangan berpikir yang aneh-aneh, sayang! Ini tempat pribadiku dan aku belum pernah membawa siapapun ke mari kecuali kau, tentu saja," jawab Jake setelah menggantung jas miliknya.
"Kemarilah duduk di sini, sayang..."
Putri hanya menurut dan menduduki salah satu kursi barstool yang ada di dapur dan memperhatikan Jake yang sibuk menyiapkan sesuatu untuknya.
Beberapa waktu kemudian...
Tak!
Jake menyajikan sesuatu di atas meja dan membuat Putri sedikit tidak asing dengan makanan tersebut.
"Paella?"
"Oh, kamu tahu? Ya, ini Paella, salah satu makanan khas Spanyol dan paling kusukai. Nah, ayolah cicipi, sayang," senyum Jake terulas begitu dia memberikan sepiring makanan tersebut untuk sang kekasih.
Dia menunggu dengan penasaran reaksi Putri akan rasa masakannya. Selama ini dia jarang menyentuh dapur, dan resep Paella yang dia gunakan itu karena pernah ingat membuatnya dengan sang ibu dulu.
"Umm? Enak kok! Beda dari Paella yang sebelumnya aku makan di Jakarta, hehe."
Respon antusias Putri membuat Jake akhirnya tersenyum lebar dan sedikit mengulas sisa saus yang tersemat di sudut bibir sang kekasih hati dengan ibu jarinya.
"Kayak anak kecil, tapi aku suka..." Jake tersenyum menggoda sambil menjilat ibu jarinya sendiri.
"Jake, ihh..." wajah Putri yang merona malu perlahan membuatnya tertawa gemas. Baru digoda begitu saja, reaksi Putri membuat hatinya makin berbunga-bunga.
"Jangan ketawain aku, huh!" sebal Putri sambil menyuapkan sesendok Paella ke dalam mulutnya.
"Hehe, iya sayang, abis kamu lucu banget." Tawa Jake sambil menggeleng pelan menguasai dirinya dan ikut duduk di hadapan Putri sambil menikmati makanan yang dibuatnya tadi.
-----
Putri POV
Aku membiarkan semilir angin sore menerpa wajah dan rambutku ini. Pemandangan kota dari balkon terlihat jelas dan sangat indah. Di dalam sana Jake sedang sibuk karena panggilan telepon dari Pak Han.
Aku sengaja menghabiskan waktu di balkon sambil menunggu Jake menyelesaikan urusannya. Meski beberapa kali terdengar umpatan yang dilayangkan Jake, tapi aku mencoba menebalkan telingaku agar tak terusik.
Grep!
"Hei, apa yang kamu lamunkan?" Aku sedikit tersentak saat merasakan lengan Jake yang melingkar pada pinggangku.
"Hmm? Gak ada kok! Aku cuma lagi lihat pemandangan aja," kataku berkilah.
"Apa sayang mau jalan-jalan?" tanya Jake lagi sambil mengeratkan pelukannya padaku.
Aku hanya menggelengkan kepala pertanda tidak. "Lain kali aja, bukannya beberapa hari lagi pertandinganmu, hmm? Aku mau kamu fokus berlatih dan..."
"Dan pengen dimanjakan kekasihku ini. Haaah, sayang gak tau aja selama 3 hari ini latihan bareng Han sungguh menyiksa."
Aku terkekeh mendengar nada bicara Jake. Dia yang seperti ini saat kami berdua sungguh terlihat seperti bukan dirinya yang biasa.
"Loh, kok menyiksa? Hmm, besok kulaporin Pak Han deh, hahaa!" kataku dengan jahil.
Gyut!
"Huh? Udah berani ngelawan aku ya? Jangan dong, sayang, nanti pak tua cerewet itu gak izinin aku lagi ketemu gadis cantiknya itu."
Pipiku sedikit tertarik ke samping dan sukses membuatku mengerang kesakitan. Terlebih mendengar kalimat Jake yang memuji perempuan lain di depanku itu sedikit membuat hatiku berdenyut nyeri.
"Dih, lepas, Jake!" rajukku pelan sedikit menyikutnya.
"Hahaa, kamu cemburu, hei? Sayang? Hahaa, manisnya! Sini kucium dulu..."
"Jake, ahh....!"
Cup! cup! cup!
Bukannya melepas pelukan, malah semakin erat memelukku dan berulang kali mengecup pipiku bergantian.
"Hehee, jangan cemburu, sayang. Kamu belum tau sih segemas apa aku sama anaknya Han itu. Namanya Aneera, masih sekitar 4 tahunan lah," jelas Jake yang membuatku lega dan tidak berontak lagi dalam pelukannya.
"Dih, aku gak cemburu tuh!" kataku mengelak dan sedikit menampilkan senyum lega.
"Gak apa-apa cemburu juga, sayang, aku senang-senang aja kok."
Jake menarik pelan daguku agar menghadap ke arahnya. Mata kami saling bertatapan dan aku lagi-lagi tenggelam dalam mata coklat milik Jake tersebut.
Cup!
"Sshh, kita masuk ke dalam ya? Sebentar lagi aku akan antar kamu pulang," kata Jake dengan berbisik lirih seusai kami berciuman.
Aku hanya mengangguk dan membiarkan Jake merangkul bahuku berjalan masuk kembali ke dalam apartemennya.
Putri POV END
●●●●●
"Thanks to you all! Ahh, aku bakalan rindu kalian semua nantinya..."
Terlihat seorang wanita berambut pirang berjalan melewati gate penerbangan. Dia akan pindah ke New York kembali setelah hampir 2 tahun ini berada di kota kelahirannya, Amsterdam, Belanda.
Dengan tersenyum cerah, wanita itu membiarkan rambut panjang sepunggungnya tergerai ke sana kemari.
"Akhirnya bisa ketemu Jake juga! Uhh, apa Jake akan menjemputku ya? Umm, coba kutelpon deh," kata wanita itu dengan antusiasnya meraih ponsel miliknya.
Tut! Tut! Tut!
"Halo, Jake, ini aku... ehh?"
Baru saja Jake mengangkat telepon darinya lalu langsung dimatikan kembali. Dia sedikit mengernyitkan dahi kala sempat menangkap suara perempuan barusan.
'Jake, kamu gak mungkin...'
Menggelengkan kepalanya dengan keras mencoba mengusir bayangan Jake bersama perempuan lain. Clara berjalan cepat dan berharap apa yang dicemaskan tidak menjadi kenyataan!
Clara Ananda Lieke, wanita cantik berusia 27 tahun. Seorang model juga pemilik salon kecantikan. Dia teman kuliah Jake dan Han Sora dulu. Sejak kuliah hingga sekarang selalu mengejar cinta Jake dan menolak perasaan dari laki-laki manapun.