Sepuluh menit telah berlalu, Roy kembali kepada kesadarannya. Kepalanya sakit dan telinganya berdenging kencang—memaksakan dirinya untuk berdiri ia melihat sekitar nya yang kacau dipenuhi kehancuran. Tempat yang tadinya ramai itu kini hampir kosong hanya menyisakan jasad-jasad yang bergeletakan di jalanan.
Sungguh pemandangan yang membuat pilu… Roy berjalan sempoyongan meninggalkan tempat itu. Hanya satu hal yang terpikirkan dalam benaknya, ia mengkahwatirkan keselamatan temanya Lynda.
Roy: "Lynda… semoga kau baik-baik saja…"
Langkah demi langkah ia berjalan menelusuri mencari temannya Lynda. Sudah cukup jauh dari tempat ledakan tadi, ia menemukan beberapa jasad dari warga sipil dan rekan polisinya lagi namun dalam kondisi yang membuat Roy takut dan kebingungan. Jasad-jasad itu nampak berantakan seperti telah tercabik-cabik dan dirobek-robek oleh cakar dan taring dari hewan buas.
Roy: "apa yang sebenarnya terjadi di sini…"
Radio komunikasi Roy dan jasad di hadapannya itu berbunyi, kini terdengar suara dari seorang perempuan yang tidak ia kenali.
Radio: "perhatian, seluruh unit keamanan! Ini dengan kapten Snow Scarlett mengambil ahli komando... kepala pengawas kalian telah tewas. semua unit yang selamat harap menuju ke zona aman pada pos 6! Selamatkan warga sipil semampu kalian! Bala bantuan akan segera datang… berhati-hatilah dan tetap waspada!"
Setelah melihat pemandangan mengerikan itu Roy semakin cemas terhadap keselamatan Lynda. Mendengar dari radio sepertinya bala bantuan dari militer akan segera datang. Kini ia berjalan cepat dengan penuh kekhawatiran sambil berteriak memanggil nama temannya.
Roy: "LYNDA!! LYNDA!!"
Ia terus mencari ke beberapa blok namun tetap tak menemukan kehadiran temannya itu ia mulai kelelahan dan pasrah. Sampai ia melihat seseorang dari kejauhan berjalan terluka… lengan kiri orang itu telah hilang terputus, dan badannya penuh luka.
Setelah Roy memperhatikan dengan seksama betapa terkejutnya ia mengetahui seseorang dihadapannya itu tak lain adalah temannya yang ia cari Lynda.
Roy: "Astaga! LYNDA!!"
Dengan cepat Roy berlari menuju Lynda yang terluka. Sebelum dirinya dapat menggapai temannya sosok makhluk besar hadir dari belakang Lynda, menyerang dirinya dengan cakarnya yang besar dan tajam setajam bilah pedang.
Roy menyaksikan tubuh temannya itu terbelah dari pinggang ke pinggang terbagi menjadi dua. Badan bagian atasnya terguling-guling hingga kemudian berhenti di hadapan Roy.
Aliran air mata membasahi pipi jasad temannya itu—wajahnya seakan memandang Roy dengan kesedihan, kini terpisah untuk selamanya.
Roy terjatuh tak berdaya diantara kedua lututnya, terdiam lemas menatap tubuh temanya yang kini telah kaku. Dan ia menatap makhluk mengerikan itu… Merintih, menangis, terkejut, marah, semuanya tercampur aduk di dalam diri Roy.
Ia menatap monster bertubuh besar seperti beruang dengan sisik-sisik keras seperti batu, dan wajah seperti tengkorak serigala itu dengan tatapan penuh dendam dan amarah.
Ia menguatkan diri dan kembali berdiri dengan sisa-sisa tenaganya, kemudian menarik pedangnya—menegakkan tubuh dan menghunuskan pedangnya bertekad menghabisi monster yang telah menghilangkan nyawa teman terkasihnya itu.
Monster itu mengaum dan berlari sangat cepat ke arah Roy. Roy menarik nafas dalam-dalam sambil mengangkat tangan—mengarahkannya ke monster yang ingin menerkam dirinya.
Roy: "Lux volucris!"
Lingkaran sihir terpancar dari tangannya, meluncurkan proyektil cahaya berbentuk seperti anak panah dab mengenai tubuh sang monster.
Serangan yang diluncurkan Roy tidak begitu efektif, hanya menghentikan monster itu sementara. Kini monster itu mengaum lebih keras pertanda semakin marah, berlari semakin kencang semakin mendekat kepada Roy.
Monster itu mengayunkan cakarnya kepada Roy. Roy berguling dan melompat menghindari serangan yang dilancarkan monster itu. Satu…Dua…Tiga serangan dapat dihindari oleh Roy dengan lincah.
Roy melompat tinggi ke belakang, menusukkan pedangnya hingga menembus ke depan tubuh monster itu. Kemudian ia menariknya keluar—monster itu berbalik dan menyerangnya lagi, Roy menunduk dan melihat tangan monster itu dalam keadaan lurus dan tak pikir panjang ia langsung memotong tangan kiri monster itu.
Darah menyembur kemana-mana. monster itu menjerit kesakitan kemudian dengan tangan kanannya menyerang Roy yang saat itu pada posisi terbuka.
Roy: "Fortis!"
Ia merapalkan mantranya dengan cepat, lingkarang sihir itu membentuk perisai kecil yang menangkis serangan fatal dari monster itu.
Roy melihat bagian badan monster itu terbuka lebar, membuka lagi peluang untuknya menyerang. Tak pikir panjang ia mengayunkan pedangnya beberapa kali, berhasil menyayat perut monster itu.
Monster itu menjerit lebih keras—semakin kesal mengayunkan cakarnya, bertubi-tubi menyerang Roy dengan serangan yang keras. Perisai sihir Roy tak dapat lagi menahan serangan kemudian pecah, satu serangan mengenai tubuh Roy dan ia terhempas jauh.
Tubuhnya yang melayang terlempar itu menabrak sebuah mobil di pinggir jalan dengan keras,menghentikannya seketika.
Rasa sakit tersebar ke seluruh tubuhnya, dirinya tak sanggup bergerak lagi. Melihat monster itu menghampirinya perlahan, ia memasrahkan diri pada situasi. Tamatlah sudah… berfikir mungkin ini akhir darinya, ia memejamkan mata… berharap untuk bisa bertemu lagi dengan temanya di kehidupan yang akan datang.
Kini monster itu tepat di hadapannya, mengangkat lengan besarnya untuk menghabisi Roy. Saat sedang melancarkan serangannya tiba-tiba sesuatu menimpa kepala monster itu dari atas.
Roy perlahan membuka kembali kedua matanya. Samar-samar ia melihat monster itu telah jatuh ke tanah dan tak lagi bergerak. Seseorang menancapkan pedang menembus kepala monster itu.
Pandangannya kembali jelas namun ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya… seorang gadis kecil lah yang telah menancapkan pedangnya dan menumbangkan monster yang ukurannya besar itu. Gadis itu menarik pedangnya dari kepala sang monster. kemudian mengulurkan tangannya kepada Roy.
Gadis misterius: "Apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka?"
Roy hanya terdiam tak dapat berkata-kata sambil meraih tangan gadis itu. Gadis itu kemudian mengangkat tubuh Roy yang lemas, menaruhnya dalam posisi menyandar kepada mobil. Tak lama dua orang prajurit datang membantu mereka.
Prajurit 1: "Kapten! Semua orang dari pos 3 telah dituntun ke zona aman! Kita juga harus segera menuju kesana!"
Gadis misterius: "Aku menemukan satu lagi yang selamat. Sepertinya dia terluka."
Roy: "kap…ten?" [memasang wajah kebingungan]
Gadis misterius: "Tenanglah, mereka akan membawamu ke tempat yang aman."
Suara auman kembali terdengar… monster-monster itu telah kembali, kini tiga jumlahnya mulai menghampiri mereka dari kejauhan.
Prajurit 2: "Tiga sedang menuju kemari, kapten."
Gadis misterius: "Kalian bawa pria ini ke zona aman! Biar aku yang mengatasi mereka."
Prajurit 2: "Kau yakin bisa mengatasinya?"
Gadis misterius: "Ya. cepat pergi bantu yang terluka!"
Prajurit 1: "Laksanakan… hati-hati kapten!"
Mereka bertiga beranjak dari sana dan meninggalkan gadis itu sendirian mengatasi ketiga makhluk mengerikan itu. Roy menoleh ke belakang melihat sang kapten yang semakin jauh menghilang dari pandangannya.
Ia mencemaskan gadis itu, namun ia juga merasa sedikit lega bisa keluar dari sana... Untuknya, malam panjang penuh teror itu telah usai.