Lampu-lampu yang tersisa di apartemen Natan pecah berhamburan.
Angin dingin berputar, membuat tirai-tirai berkibar liar.
Dua sosok arwah berdiri berhadapan, mata mereka saling menusuk dengan kebencian.
Lina dan Natan hanya bisa berdiri di sudut ruangan, menahan napas dalam ketakutan.
Lalu, Rahmat mulai tertawa.
"Hahahaha, Natalia."
Tawanya menggema di seluruh ruangan, membuat udara semakin menyesakkan.
"Saat kau masih hidup, akulah yang menakutimu, dan akulah yang membawamu ke alam lain karena aku dendam padamu."
Lina menegang.
Matanya melebar.
Jadi… Rahmat yang menyeret Natalia ke dunia arwah?
Tapi Rahmat belum selesai bicara.
Ia melangkah maju, tatapan matanya semakin tajam.
"Tapi sekarang? Saat kau sudah masuk dalam dunia arwah, kau malah balas dendam pada adikmu? Sepertinya, menakutimu dan membunuhmu belum cukup."
Natalia menyeringai.
Matanya menyala merah, penuh dengan kemarahan.
"Kau pikir aku takut saat itu?" suaranya terdengar penuh kebencian.
Udara di sekitar mereka semakin dingin, dan Natalia melangkah mendekat.
"Seharusnya kau mengikhlaskan kematianmu, karena aku tidak tahu apa-apa!"
Tiba-tiba, Natalia mengangkat tangannya—
Angin hitam pekat berputar di sekelilingnya.
Matanya semakin tajam, penuh dendam yang tak terpadamkan.
"Tapi kau malah menyeretku dalam dunia gelap dan memperlakukanku sama seperti aku memperlakukanmu?!"
Seketika, bayangan Natalia membesar.
Wajahnya yang tadinya hancur berubah menjadi lebih mengerikan, dengan senyum penuh amarah dan kegilaan.
"Sungguh ayah yang tidak bertanggung jawab!"
Lina menahan napas.
Kata-kata itu…
Natalia benar-benar membenci Rahmat.
Dan sekarang—
Pertarungan dimulai.
---
PERTARUNGAN DUA ARWAH
Rahmat mengangkat tangannya.
Dari telapak tangannya, muncul energi hitam pekat yang langsung melesat ke arah Natalia.
"AARRRGGHHH!"
Natalia berteriak saat energi itu mengenai tubuhnya, membuatnya terdorong ke belakang.
Tapi ia tidak tinggal diam.
Dengan cepat, ia mengayunkan tangannya—
Bayangan hitam muncul di udara dan menghantam Rahmat dengan keras.
BRAK!
Rahmat terlempar ke dinding, tapi ia langsung bangkit.
Ia menyeringai.
"Kau pikir hanya itu yang kau punya?"
Rahmat lalu mengangkat tangannya ke udara—
Dari balik bayangannya, muncul tangan-tangan hitam yang melesat ke arah Natalia, mencoba mencekiknya.
Namun—
"TIDAK SECEPAT ITU, AYAH!"
Natalia mengayunkan tangannya, dan tangan-tangan hitam itu langsung hancur.
Dengan cepat, ia melompat ke arah Rahmat, mencakar wajahnya dengan kuku tajam yang muncul dari jari-jarinya.
CRAAKK!
Darah hitam keluar dari wajah Rahmat.
Ia menggeram.
Natalia berdiri di depannya dengan senyum mengejek.
"Apa itu saja yang bisa kau lakukan?" katanya dingin.
Rahmat mengusap wajahnya, lalu tertawa.
"Kau semakin kuat, Natalia."
Ia melangkah maju, aura hitamnya semakin pekat.
"Tapi kau lupa satu hal."
Natalia mengernyit.
Dan saat itu juga—
Rahmat mengangkat tangannya tinggi, dan tiba-tiba…
Seluruh ruangan menjadi gelap.
Lina terkejut.
Ia mencoba melihat ke sekeliling, tapi semuanya hilang dalam kegelapan.
"Natan?!" panggilnya.
Tidak ada jawaban.
Tiba-tiba—
"KYAAAAHHH!"
Suara Natalia bergema di seluruh ruangan.
Lina menoleh ke arah suara itu.
Dalam kegelapan, ia bisa melihat bayangan Natalia yang terjebak dalam semacam pusaran hitam.
Rahmat berdiri di tengahnya, kedua tangannya terangkat, mengendalikan pusaran itu.
Natalia meronta, tapi pusaran itu semakin kuat.
"Inilah kekuatan dunia arwah." Rahmat berkata dengan suara dingin.
"Aku sudah lebih lama di sini darimu, Natalia. Kau pikir kau bisa mengalahkanku?"
Natalia menggertakkan giginya.
"KAU TIDAK AKAN MENANG!"
Dengan sisa tenaganya, ia mengeluarkan energi terakhirnya dan meledakkan pusaran itu.
DUUARRR!
Semuanya bergetar hebat.
Dinding apartemen retak.
Lina dan Natan terdorong ke belakang.
Dan saat debu mereda…
Natalia dan Rahmat masih berdiri.
Terengah-engah.
Saling menatap.
Namun kali ini…
Mereka sama-sama terluka.
Dan pertarungan mereka masih jauh dari selesai.
To Be Continue...