Selena menggeliat pelan di ranjangnya. Napasnya tersengal-sengal, dadanya naik turun dengan cepat. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia ingin membuka mata, tetapi tubuhnya terasa kaku.
Di dalam mimpinya, ia berdiri di tengah ruangan gelap. Rumah baru yang ia dan Ezra beli tampak berantakan. Cat tembok terkelupas, kursi dan meja terbalik, dan di sudut ruangan, ada sesuatu yang bergerak.
Tuk... tuk... tuk...
Suara langkah kaki menggema.
Selena menelan ludah. Ia mencoba bergerak, tetapi kakinya seolah tertancap ke lantai. Ia ingin berteriak, tetapi tenggorokannya terasa kering.
Lalu terdengar suara.
"PERGILAH!"
Suara itu berat, serak, penuh kemarahan.
Selena terbangun dengan napas memburu. Ia duduk tegak di tempat tidur, tangannya gemetar. Ia menoleh ke samping, mendapati Ezra juga terbangun dengan ekspresi ketakutan.
"Kamu juga?" tanya Selena dengan suara serak.
Ezra mengangguk. Ia mengusap wajahnya, masih sulit memproses apa yang baru saja terjadi.
"Aku mimpi buruk," Ezra berbisik. "Seseorang berteriak... menyuruh kita pergi dari rumah ini."
Selena merasakan bulu kuduknya berdiri. "Aku juga."
Mereka berpandangan tanpa kata.
2
Belum sempat mereka membahas lebih lanjut, ketukan keras menggema di pintu depan.
Tok! Tok! Tok!
Selena dan Ezra terlonjak. Jantung mereka masih berdebar kencang akibat mimpi buruk tadi, dan sekarang ada seseorang yang mengetuk pintu mereka di tengah malam.
Ezra mengintip ke layar interkom. Matanya melebar.
"Itu keluargamu," katanya pelan.
Selena mengerutkan kening. Ia segera berlari ke pintu dan membukanya. Di depan rumah, ayah, ibu, dan adik lelakinya berdiri dengan wajah panik.
"Kami harus masuk!" kata ibunya tanpa basa-basi.
Begitu mereka melangkah masuk, ibunya langsung memeluk Selena erat. "Ya Tuhan, aku merasa ada sesuatu yang buruk terjadi. Aku tidak bisa tidur. Ayahmu juga bermimpi aneh, jadi kami langsung ke sini."
Ezra menatap ayah Selena dengan waspada. "Apa yang Ayah mimpikan?"
Ayah Selena menarik napas panjang. "Ada suara laki-laki berteriak menyuruh kalian pergi. Aku melihat bayangan hitam di rumah ini..."
Selena dan Ezra langsung pucat.
Itu berarti, mimpi mereka bukan sekadar bunga tidur.
3
Malam itu, mereka tidak bisa tidur.
Keluarga Selena bersikeras agar mereka menginap di hotel untuk malam ini.
"Kita cari tahu nanti," kata ayahnya. "Tapi yang jelas, sesuatu tidak beres di rumah ini."
Selena dan Ezra akhirnya menurut. Mereka meninggalkan rumah itu malam itu juga.
Saat mobil mereka melaju meninggalkan halaman, Selena melirik ke kaca spion.
Di depan rumah, samar-samar, ia melihat dua sosok berdiri.
Seorang pria... dan seorang wanita.
Mereka menatap kepergian Selena dan Ezra dengan tatapan kosong.
To Be Continue...