Malam itu, suasana rumah terasa sunyi, hanya terdengar deru napas keduanya yang saling berpadu. Ezra dan Selena bukan lagi diri mereka sendiri. Tubuh mereka telah dikuasai oleh Dion dan Natasya, dua arwah yang dipenuhi obsesi, dendam, dan kerinduan yang tak tersampaikan.
Dion menatap Selena dengan tatapan penuh gairah, namun di balik itu ada kepedihan yang tak terungkap. Ini adalah tubuh orang lain, bukan tubuh yang dulu ia cintai. Tapi, apa pedulinya? Ia telah kembali. Ia bisa merasakan kulit Selena di bawah sentuhannya, bisa mencium aroma tubuhnya, dan bisa menikmati kehangatan yang selama ini direnggut dari dirinya.
Namun, saat Natasya mencoba lebih jauh—saat ia ingin memastikan bahwa dirinya bisa memiliki kehidupan baru, ada sesuatu yang salah. Tubuh ini menolak. Ia merasakan sesuatu yang asing, sesuatu yang seharusnya tidak terjadi.
Natasya terdiam, tubuh Selena tak memberikan respons seperti yang ia inginkan. Ada dinding tak kasatmata yang menghalanginya, seolah alam menolak eksistensinya di dunia ini. Ia menggeram marah, menggigit bibirnya dengan kesal.
Dion menyadari perubahan ekspresinya. "Ada apa?" tanyanya dengan nada rendah.
Natasya menatapnya tajam. "Aku… tak bisa hamil," suaranya terdengar getir.
Dion terdiam sejenak sebelum tertawa kecil, mencibir nasib mereka yang seakan terus mempermainkan. "Jadi takdir masih mengutuk kita, bahkan setelah kita mengambil tubuh ini?"
Natasya mengangguk, wajahnya dipenuhi kekecewaan. "Tubuh ini milik Selena, bukan milikku. Aku sudah mati, Dion. Alam tidak mengizinkanku memiliki kehidupan lagi."
Dion mendekatinya, jari-jarinya mengusap pipinya dengan lembut. "Tak masalah," katanya. "Kita masih bisa menikmati malam ini, bukan?"
Natasya menatapnya sejenak, lalu mengangguk. Ya, mungkin mereka tidak bisa memiliki anak seperti yang mereka inginkan. Mungkin mereka tidak bisa benar-benar hidup seperti dulu. Tapi mereka masih bisa merasakan sesuatu yang menyerupai kehidupan—sesuatu yang selama ini mereka rindukan.
Dan malam itu, mereka membiarkan diri mereka terhanyut dalam kebersamaan, meski di balik itu ada kepahitan yang tak akan pernah bisa mereka enyahkan.
Mereka tertawa bersama, berbicara tentang masa lalu mereka yang dulu begitu singkat namun penuh kebahagiaan. Namun, di sela-sela kebersamaan mereka, ada ketakutan yang mulai menyusup ke dalam pikiran Natasya.
Apa yang akan terjadi setelah ini?
Apakah mereka benar-benar bisa memiliki kehidupan baru, atau ini hanya kesenangan sesaat sebelum semuanya hancur kembali?
Di luar kamar, angin berdesir pelan, seolah alam sedang mengawasi mereka, menunggu waktu yang tepat untuk menghancurkan ilusi yang mereka ciptakan.
Malam ini, mereka menikmati tubuh yang bukan milik mereka. Tapi besok? Siapa yang tahu apa yang akan terjadi?
To Be Continue...