Angin malam berembus melalui jendela yang terbuka, membawa aroma anyir yang samar. Di dalam rumah itu, dua pasang mata saling menatap dengan kebencian yang membara.
Ezra berdiri tanpa senjata, hanya napasnya yang memburu.
Selena, di sisi lain, menggenggam pisau di tangannya dengan erat. Ujung pisaunya berkilat di bawah cahaya redup.
Tapi di balik semua itu… ada sesuatu yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa.
Dua arwah—Dion dan Natasya—melayang tak kasatmata, mengamati mereka dengan tatapan penuh niat jahat.
"Kita harus masuk ke dalam tubuh mereka." Suara Dion berbisik di udara.
"Ya… dan kita akan menggunakan tubuh itu untuk saling membunuh," balas Natasya dengan senyum miring. "Setelah mereka mati, tubuh mereka akan menjadi milik kita sepenuhnya."
Dion menatap tubuh Ezra dengan penuh keserakahan. "Akhirnya… aku akan hidup kembali."
Natasya tertawa kecil, lalu menatap tubuh Selena dengan tatapan haus. "Dan aku juga."
Tanpa suara, mereka bergerak.
Di dunia manusia…
Ezra merasakan sesuatu yang aneh. Kepalanya mendadak berat, seolah ada sesuatu yang mencoba masuk ke dalam pikirannya.
Selena pun merasakan hal yang sama. Ia merasa tubuhnya tiba-tiba lemah, seperti ada yang menariknya dari dalam.
Lalu…
BRAK!
Ezra berlutut, kedua tangannya mencengkeram kepalanya dengan kuat.
Selena menjatuhkan pisaunya, lalu menjerit kesakitan.
Dion menyeringai. "Sudah dimulai."
Natasya tertawa kecil. "Sekarang kita hanya perlu mendorong mereka…"
Dan tubuh Ezra serta Selena kini bukan milik mereka lagi.
---
Di dalam tubuh Ezra dan Selena…
Mereka berdiri di tempat yang asing. Semua tampak gelap, kosong, tak berujung.
Selena menoleh ke kiri dan melihat Ezra berdiri tak jauh darinya.
"Di mana kita?" bisik Selena, suaranya bergetar.
Ezra menggeleng. "Aku… tidak tahu."
Tiba-tiba, suara tawa menggema di sekitar mereka.
Dari kegelapan, dua sosok muncul—Dion dan Natasya.
"Selamat datang di dalam tubuh kalian sendiri," ujar Dion dengan nada mengejek.
Natasya menyeringai. "Tapi sebentar lagi… tubuh ini bukan milik kalian lagi."
Ezra dan Selena menegang.
"Jangan bercanda!" bentak Ezra.
Dion tertawa sinis. "Ini bukan lelucon, Ezra. Kami akan menggunakan tubuh kalian untuk saling membunuh. Dan setelah itu… tubuh kalian akan menjadi milik kami selamanya."
Selena mundur selangkah. "Kalian gila!"
Natasya mengangkat bahu. "Mungkin… tapi siapa yang peduli?"
Tiba-tiba, mereka berdua melesat ke arah Ezra dan Selena.
Di dunia nyata…
Ezra membuka matanya. Tapi bukan lagi Ezra yang sebenarnya. Itu adalah Dion yang telah mengambil alih tubuhnya.
Begitu pula dengan Selena. Ketika matanya terbuka, tatapannya bukan lagi milik Selena. Itu adalah Natasya yang telah mengendalikan tubuhnya.
Dion—dalam tubuh Ezra—menatap Natasya yang kini menggunakan tubuh Selena.
Sebuah senyum menyeramkan terbentuk di wajah mereka.
"Ayo, sayang… kita saling bunuh."
Natasya menyeringai. "Dengan senang hati."
Tanpa ragu, Dion mengambil pisau di lantai dan menyerang Selena.
Selena—yang kini dikuasai oleh Natasya—menghindar dengan lincah, lalu membalas dengan hantaman keras ke wajah Ezra.
Dion menggeram dalam tubuh Ezra. "Kau masih lemah seperti dulu, Natasya!"
Natasya tertawa dalam tubuh Selena. "Dan kau masih bodoh seperti dulu, Dion!"
Dua arwah yang dulunya sepasang kekasih, kini bertarung mati-matian dengan tubuh baru mereka.
Pisau berkelebat. Darah berceceran. Luka demi luka terbuka di tubuh mereka.
Tapi mereka tidak peduli.
Karena yang mereka inginkan hanyalah… kematian.
Di dalam kesadaran asli mereka…
Ezra dan Selena terjebak dalam kegelapan, tak bisa mengendalikan tubuh mereka sendiri.
Mereka hanya bisa melihat bagaimana tubuh mereka bertarung, tetapi mereka tidak bisa menghentikannya.
"Ezra! Apa yang harus kita lakukan?!" teriak Selena.
Ezra mengepalkan tangannya. "Kita tidak bisa membiarkan mereka membunuh kita!"
Selena mulai panik. "Tapi bagaimana caranya? Kita tidak bisa bergerak!"
Ezra memejamkan matanya, berpikir keras.
Lalu tiba-tiba, suara samar terdengar di kepalanya.
"Ezra… bangun…"
Ezra membuka matanya dengan cepat. "Apa itu?"
Selena menoleh ke arahnya. "Kau dengar sesuatu?"
Ezra mengangguk. "Ya… suara…"
Lalu suara itu terdengar lagi.
"Ezra… lawan mereka…"
Ezra menggertakkan giginya. "Aku harus bangun."
Selena menatapnya, matanya melebar. "Tunggu… kalau kau bisa bangun… maka aku juga bisa!"
Ezra mengangguk. "Kita harus merebut kembali tubuh kita."
Selena menarik napas dalam-dalam. "Oke… ayo kita coba."
Mereka menutup mata, mencoba melawan kendali yang menekan mereka.
Di dunia nyata, tubuh mereka masih bertarung sengit.
Tapi tiba-tiba… sesuatu mulai berubah.
Dion merasakan tubuh Ezra menegang.
Natasya merasakan hal yang sama pada tubuh Selena.
Wajah Dion mulai menegang. "Tidak mungkin…"
Natasya menggelengkan kepalanya. "Tidak… mereka seharusnya tidak bisa melawan kita!"
Tapi mereka bisa.
Ezra tiba-tiba berhenti bergerak. Tubuhnya membeku.
Selena pun sama.
Lalu, suara mereka bergema di ruangan.
"Pergi dari tubuh kami."
Dion dan Natasya berteriak kesakitan.
Mereka mencoba bertahan, tetapi kekuatan Ezra dan Selena semakin kuat.
Tubuh mereka bergetar.
Dan akhirnya…
DUARRR!
Cahaya terang memenuhi ruangan.
Dion dan Natasya terlempar keluar dari tubuh Ezra dan Selena dengan jeritan panjang.
Mereka jatuh ke lantai dalam wujud arwah mereka yang asli.
Ezra dan Selena membuka mata.
Mereka kembali.
Dion dan Natasya menatap mereka dengan ketakutan.
Ezra menatap Dion dengan tatapan dingin. "Ini… sudah berakhir."
Selena menatap Natasya dengan kebencian. "Pergilah… selamanya."
Dion dan Natasya berteriak marah, tetapi tubuh mereka perlahan memudar…
Dan akhirnya, mereka menghilang.
Pertarungan telah berakhir.
Tapi perasaan benci di antara Ezra dan Selena… baru saja dimulai.
Ezra menatap Selena dengan dingin.
Selena menatap Ezra dengan penuh kebencian.
Mereka seharusnya lega…
Tapi justru, kini mereka saling membenci.
Karena kehilangan bayi mereka…
Karena saling menyalahkan…
Karena luka yang tidak akan pernah bisa sembuh.
To Be Continue...