(Sudut Pandang Myra)
Nora menggigit bibir atasnya dengan gelisah dan berkata, "Aku tidak mau tinggal di keluarga itu lagi, Myra."
Hening yang canggung terjadi di antara kami berdua, tidak ada yang berbicara setelah dia mengatakan itu.
Aku sepenuhnya mengerti dia, mengapa dia ingin segera pindah dari sini. Kau tahu, orang tua angkatnya, James dan Clara, awalnya adalah orang baik dan memperlakukannya dengan baik, setidaknya sampai dia berusia sepuluh tahun. Saat itulah adik laki-lakinya lahir, lebih spesifik, satu-satunya anak biologis mereka. Seiring waktu, perlakuan mereka terhadap Nora berubah menjadi sangat lalai dan tidak peduli.
Di hari-hari terberatnya, hanya aku yang ada di sisinya, karena yang disebut orang tua itu terlalu sibuk memenuhi keinginan anak tunggal mereka. Mereka memang tidak menyiksanya secara fisik, tetapi tindakan mereka dan teguran yang mereka beri semakin beracun bagi kesejahteraannya. Sekarang aku memikirkannya, mungkin itulah alasan dia ingin mencari orang tua kandungnya. Dia pasti merasa didiskriminasi dan diabaikan karena perlakuan buruk mereka.
Aku menatap matanya, menyampaikan "Aku mengerti" dan memberinya senyuman yang menenangkan. "Ngomong-ngomong, sudah waktunya untuk kelasmu, Ra-ra." Dia bangkit dan tanpa menoleh melambaikan tangan padaku lalu menghilang. Mungkin, dia sedih dan menangis, dan tidak ingin terlihat lemah di depanku. Aku memandang sosoknya yang mulai bercampur dengan kerumunan, berpikir dalam-dalam. 'Bagus kalau kau bisa lepas dari semua toksisitas itu. Aku berharap kau menemukan kebahagiaan sejati, Nor.'
______________________
Dua hari kemudian
Hari ini adalah saatnya Nora akan berangkat ke Kimberg, tapi aku tidak bisa mengantarkannya karena aku memiliki kelas dan tidak bisa melewatkannya.
Aku adalah siswa yang selalu mendapat nilai A dan mendapatkan beasiswa penuh. Jadi bagiku hadir di kelas sama pentingnya dengan menjalani ujian. Aku hanya mengirim pesan padanya, "Dear Nora, kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan di dunia ini. Aku harap keluargamu yang sejati akan memberimu lebih dari itu. Aku menyayangimu, tetaplah menjalin komunikasi. Semoga perjalananmu aman. Kirim pesan padaku kalau kau ingin berbicara tentang apa pun dan jangan simpan semuanya sendiri, jangan pikirkan orang lain, utamakan dirimu sendiri." 'Arghh, ini membuatku emosional lagi. Dia terlalu baik untuk kebaikan dirinya sendiri.'
Ku matikan ponselku, karena kelas akan segera dimulai dan profesor akan murka jika dia bahkan merasakan getaran kecil dari ponsel. 'Tak ada yang ingin mendapat daftar hitam hanya karena hal sepele seperti ini.'
________________________
Setelah kelas selesai, aku membereskan barang-barangku, memegang tumpukan buku di satu tangan dan ponsel di tangan lainnya mencoba menghidupkannya.
Saat aku melintasi pintu masuk, sesuatu yang kokoh menabrakku dengan keras, menjatuhkan semua buku dari tanganku. Sebuah tawa nasal yang menggelitik telingaku terdengar saat aku menatap orang yang menabrakku. "Ohho, kalau bukan perpustakaan berjalan kampus kita? Hehe."
Sally Winston, orang yang membenciku dan perasaan itu saling berbalas. Dia selalu ingin bersaing denganku tapi selalu kalah, baik itu dalam olahraga atau akademik. Aku selalu ditempatkan di peringkat pertama dan dia tidak bisa menerima kenyataan itu. Dia hanya iri padaku tanpa alasan yang jelas.
"Perpustakaan berjalan lebih baik daripada babi yang mendengus, bukankah begitu?" Ku komentari santai. Dia menatapku tajam, melemparkan tatapan penuh kebencian dari matanya yang hijau zaitun, "Berani sekali kau! Siapa yang kau panggil babi? Kau tahu siapa orang tuaku? Mereka akan -"
Ku pura-pura tidak tahu, memotong ucapannya di tengah kalimat, "Aku berbicara tentang babi sebenarnya, tapi kenapa kau jadi begitu marah?" Lalu ku berikan senyuman mengejek ketika dia tak bisa membalas lagi. "Sekarang kalau kau permisi" Aku mendorongnya ke samping dan berjalan pergi. 'Orang yang tak relevan.'
____________________________
Dua Bulan Kemudian
Aku sedang berdiri di pintu masuk bandara, menunggu penerbanganku yang akan membawaku ke Kimberg. Akhirnya, aku akan bertemu Nora setelah sekian lama. 'Eee, aku sangat bersemangat untuk bertemu dengannya setelah lama sekali.'
Dua bulan yang lalu, saat Nora pindah ke Kimberg, kami sering berbicara. Dia sering berbicara tentang orang tuanya. Tapi seiring waktu, interaksi kami semakin sedikit. Tapi seminggu yang lalu, aku menerima email berisi tiket pesawat yang memintaku untuk datang ke Kimberg. Jadi, di sini aku siap untuk berangkat.
Pagi tadi aku mampir ke rumahku untuk bertemu orang tuaku. Mereka seperti biasa penuh kasih sayang, keluargaku. Saat aku memberi tahu mereka tentang perjalananku, mereka terkejut jelas sedih tetapi tidak keberatan. Mereka hanya membiarkanku pergi setelah aku menjelaskan, aku akan kembali dalam beberapa minggu. "Kimberg, aku datang."
Bersambung . . . . . . . .