Apakah kamu malu padaku?

"Bolehkah aku melihat kakimu?" tanyanya lembut. Jessica sebenarnya sudah lama ingin menanyakan hal ini, namun waktu dan kesempatan yang tepat tak pernah datang.

Davis telah lama menutup dirinya sehingga menjadi sangat sulit untuk mendekatinya, terlebih lagi membahas soal kakinya yang sudah menjadi topik tabu. Meskipun mereka tinggal bersama, rasanya lebih seperti ia memaksa dirinya masuk ke dunia sunyi dan dinginnya Davis.

Tapi kali ini sepertinya waktu yang terbaik. Mungkin dia mau bicara, mungkin dia mau membiarkannya melihat. Hanya dengan begitu ia bisa menemukan cara untuk maju.

Tatapannya tertuju pada wajah Davis yang dipenuhi kekhawatiran dan kesedihan. Sambil diam-diam mendorong Davis untuk memberi dirinya sendiri kesempatan.

Davis menatap wajahnya, memperhatikan berbagai ekspresi—tidak ada penghakiman dalam tatapannya, hanya kekhawatiran, ketulusan, dan kesedihan.