Jessica berbalik menghadap Donald dan memberinya anggukan sopan. Donald berdiri membeku, menatapnya seolah dia adalah hantu dari masa lalunya.
Bibirnya terbuka sedikit, lalu menutup lagi, seolah dia ingin mengatakan sesuatu tetapi kehabisan kata-kata. Tatapan matanya adalah murni kaget—dia jelas-jelas berjuang untuk memproses apa yang dia lihat, meskipun dia berusaha menjaga wajah tetap datar.
Dia tidak mengharapkan kedalaman keakraban itu.
Dia terlihat begitu akrab—wajahnya, keanggunannya, kehadirannya. Ada sesuatu tentang dirinya yang membangkitkan kenangan yang terkubur dalam dirinya.
Tapi bukan hanya penampilannya. Itu adalah caranya membawa diri. Perasaan di udara berubah begitu dia tiba. Itu halus, namun kuat—seperti sesuatu yang akhirnya pas pada tempatnya.
Jessica memperhatikan cara dia menatapnya dan menawarkan senyum lembut, berharap untuk meredakan ketegangan yang tiba-tiba. "Senang bertemu dengan Anda, Tuan Santiago," katanya dengan tenang.