Bab 152: Ingin Cicip?

Chantelle berhenti sejenak. Dia mengunyah perlahan, memikirkan pertanyaannya. Lalu dia tersenyum.

"Kurasa itu baik-baik saja. Ketika kamu sudah menghadapi kematian, kamu mulai melihat setiap hari sebagai hadiah. Hidup tidak terasa begitu berat ketika kamu berpikir seperti itu."

Dia memberinya senyuman hangat, lalu kembali makan.

"Aku..." Daniel merasakan sakit tajam di dadanya. Mendengar Chantelle berbicara begitu tenang tentang sesuatu yang sangat menyakitkan menghancurkan hatinya.

Seolah dia menceritakan kisah orang lain. Dia ingin meminta maaf, tetapi kata-kata itu tidak keluar.

Apa yang bisa dia katakan, ketika semua yang telah dia lalui adalah karena dirinya?

Saat itu, pintu terbuka dengan keras dan Thea bergegas masuk.

"Ya Tuhan, Chantie! Kamu sudah bangun! Kamu benar-benar membuatku takut setengah mati!" dia menangis sambil berlari dan memeluk Chantelle dengan erat.