Kazuki berdiri di tengah trotoar, matanya terpaku pada dunia di sekelilingnya. Ada sesuatu yang… salah.
Di seberang jalan, seorang pria dengan jas hitam melangkah mundur, seolah waktu berjalan terbalik untuknya. Di sudut matanya, seorang ibu menggandeng tangan anaknya—tetapi saat Kazuki berkedip, posisi mereka berubah. Sang anak kini yang memegang tangan ibunya, seakan-akan waktu melompat tanpa mengikuti alur yang seharusnya.
Kazuki mengangkat tangannya sendiri. Suaranya bergetar saat mencoba berkata, "Apa yang terjadi…?"
Tidak ada gema.
Udara di sekitarnya terasa hampa, sunyi. Ia melangkah mundur, lalu berbalik dan berjalan cepat menuju fasilitas Omega Shift.
Semakin ia berusaha mengabaikan perasaan aneh ini, semakin jelas bahwa ia sedang diawasi.
---
Rak-rak buku menjulang tinggi, membentuk labirin di dalam ruangan yang redup. Omega Shift telah ditinggalkan sejak insiden terakhir, tetapi perpustakaan ini terasa berbeda.
Kazuki berjalan di antara deretan buku yang berdebu, jari-jarinya menyusuri punggung buku yang sudah tua. Sampai akhirnya… ia menemukannya.
"The Last Observer."
Sebuah buku dengan sampul hitam lusuh, tanpa nama penulis.
Ia menarik buku itu dari rak dan meniup debunya. Halaman pertama penuh dengan catatan tangan yang membingungkan—grafik aneh, diagram loop waktu, dan coretan yang hampir tidak terbaca.
Namun, saat ia sampai di halaman terakhir, ia merasakan bulu kuduknya berdiri.
Halaman itu hilang.
Tidak robek, tidak dibuang—seolah-olah halaman terakhirnya tidak pernah ada.
Kazuki menatap buku itu, lalu menutupnya perlahan. Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari belakangnya.
"Kau seharusnya tidak ada di sini."
Kazuki berbalik dengan cepat.
Tidak ada siapa-siapa.
Namun, sesuatu di refleksi jendela kaca perpustakaan membuatnya terpaku.
Di sana, di antara bayangan rak-rak buku, seorang gadis berdiri.
Gaun putih panjang. Rambut hitam tergerai menutupi sebagian wajahnya.
Kazuki menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa.
Tapi di refleksi jendela, gadis itu masih ada di sana.
Kazuki menahan napas. Tangannya perlahan terangkat untuk menyentuh kaca, tetapi sebelum jari-jarinya menyentuh permukaan, gadis itu berbalik—dan Kazuki bisa merasakan matanya bertemu dengan sesuatu yang seharusnya tidak melihatnya kembali.
Lampu di perpustakaan padam.
---
Kazuki duduk di depan monitor tua yang berkedip-kedip. Setelah peristiwa di perpustakaan, ia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.
Ia memasukkan kaset lama ke dalam pemutar. Goresan-goresan statis memenuhi layar, lalu suara samar mulai terdengar.
Di layar, seorang pria duduk di ruangan gelap, berbicara pada seseorang yang tidak terlihat.
"Jika kau menemukannya, jangan biarkan dia pergi."
Kazuki mengerutkan kening.
"Dia…? Siapa yang mereka bicarakan?"
Rekaman tiba-tiba berhenti. Layar hanya menunjukkan statis hitam-putih yang bergetar.
Lalu, suara lain muncul.
Bukan dari rekaman.
Dari belakangnya.
"Kazuki."
Kazuki membeku.
Ia perlahan berbalik.
Tidak ada siapa-siapa.
Namun, di layar yang kini hanya berisi statis, sebuah refleksi samar terlihat.
Seorang gadis dengan gaun putih.
Menatapnya.
Kazuki menutup pemutar kaset dengan cepat dan berdiri, napasnya tersengal. Ada sesuatu yang salah.
Jika ia diawasi…
Siapa yang mengawasi mereka?
---
To be continued