Gema dari Masa Depan

Kazuki terbangun dengan napas tersengal.

Dadanya naik turun, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia masih bisa merasakan sisa-sisa mimpi aneh yang baru saja dialaminya—sebuah suara, samar tapi jelas, memanggil namanya berulang kali.

"Rin..."

Kazuki menggigit bibirnya, mencoba mengingat siapa nama itu. Namun, semakin ia berusaha, semakin kabur ingatannya. Itu bukan nama yang asing, tetapi ia tidak bisa mengingat wajah atau alasan mengapa nama itu begitu familiar.

Ia menatap langit-langit kamar asramanya di Omega Shift. Di luar, hujan rintik-rintik menghantam jendela, menciptakan ritme monoton yang biasanya menenangkan. Tapi kali ini, Kazuki merasa ada sesuatu yang salah.

Ia duduk di tepi ranjang, mengusap wajahnya. Matanya tertuju pada meja di samping tempat tidurnya—di atasnya, ada berkas-berkas lama yang ia kumpulkan dari ruang arsip. Ia masih mencoba memahami kebenaran di balik fasilitas ini, dan sesuatu dalam dirinya mengatakan bahwa jawabannya mungkin ada di suatu tempat di dalamnya.

Kazuki mengambil salah satu map yang setengah terbuka dan mulai membolak-balik isinya. Hingga akhirnya, ia menemukan sesuatu yang membuatnya terhenti.

Sebuah foto lama.

Foto itu robek di bagian tepinya, seolah-olah seseorang dengan sengaja menghapus bagian tertentu. Kazuki bisa melihat dirinya di sana—ia mengenakan jas laboratorium, berdiri di dalam ruangan yang terasa akrab. Tetapi di sampingnya, tempat di mana seseorang seharusnya berdiri, hanya ada bagian yang sobek kasar.

Seakan-akan seseorang dihapus dari keberadaan.

Kazuki merasakan jantungnya berdetak lebih cepat.

"Siapa yang berdiri di sampingku?"

Tangannya gemetar saat ia membalik foto itu, dan di bagian belakang, ada tulisan tangan dengan tinta yang sudah mulai pudar.

> "Yang pertama bukan yang terakhir."

Kazuki menatap kata-kata itu lama. Ada sesuatu dalam kalimat itu yang membuat kepalanya berdenyut. Seperti gema dari ingatan yang hampir ia raih, tetapi masih terlalu jauh untuk dipahami.

Dan kemudian, ia mendengarnya.

Suara berbisik di belakangnya.

"Dia masih di sini."

Kazuki membalikkan tubuhnya dengan cepat, tetapi kamar itu kosong.

Hanya ada suara hujan di luar dan desiran angin malam yang masuk melalui celah jendela.

Namun, perasaan itu masih ada.

Seseorang mengawasinya.

---

Kazuki tidak bisa diam. Dengan senter di tangan, ia meninggalkan kamarnya dan berjalan menyusuri lorong fasilitas Omega Shift. Cahaya lampu fluoresen yang berkedip-kedip di atasnya menciptakan bayangan panjang di dinding.

Langkahnya bergema di sepanjang koridor, tetapi ada momen-momen di mana gema itu… menghilang.

Di beberapa titik, ketika ia melewati persimpangan atau lorong tertentu, suara langkahnya tiba-tiba tidak menghasilkan pantulan suara.

Seolah-olah bagian dari bangunan ini berada di luar hukum fisika yang normal.

Kazuki menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan kegelisahan yang merayap di dalam dirinya. Ia tahu bahwa setiap kali ia menemukan sesuatu yang seharusnya tidak ada, itu berarti ia semakin dekat dengan kebenaran.

Setelah beberapa menit berjalan, ia akhirnya sampai di ruang arsip utama. Tempat ini sudah menjadi lokasi pencariannya selama beberapa minggu terakhir, tetapi masih banyak dokumen yang belum sempat ia telusuri.

Ia menyalakan lampu kecil di sudut ruangan dan mulai mencari.

Kazuki menarik satu laci arsip dengan label "Subjek Khusus," berharap menemukan sesuatu yang bisa membantunya memahami makna dari foto robek itu.

Dan akhirnya, ia menemukannya.

Dokumen dengan nama "Rin Asagiri."

Kazuki menelan ludah.

Nama itu… sama seperti yang ada di dalam mimpinya.

Tangannya bergerak lebih cepat, membolak-balik halaman demi halaman laporan itu. Rin Asagiri—seorang peneliti yang berafiliasi dengan proyek Omega Shift. Tetapi ada sesuatu yang aneh.

Pada bagian akhir laporan, terdapat satu halaman yang penuh dengan tinta hitam sensor. Semua informasi tentangnya, dihapus.

Kazuki mengepalkan tangannya.

Seseorang tidak ingin aku mengingatnya.

---

Kazuki menatap kembali foto robek yang ia bawa.

Jika ada seseorang yang seharusnya ada di foto ini, tetapi kini terhapus dari ingatannya…

Apakah orang itu juga telah melupakannya?

---

To be continued