POV ...
Dingin, Sunyi itu lah yang dapat di gambarkan sekarang ini. Seorang pemuda terbaring di entah berantah, tanah di bawah tubuhnya basah oleh embun dan kabut pekat menggantung rendah seperti jaring-jaring mimpi yang belum selesai dirajut. {-penuslis: maksud dari frasa "kabut pekat menggantung rendah seperti jaring-jaring mimpi yang belum selesai dirajut" adalah metafora yang menggambarkan kebingungan, ketidakpastian, atau keraguan yang terasa berat dan sulit diurai.-}
Pemuda itu membuka matanya perlahan. Pandangannya buram, kelopak matanya berat, dan udara pertama yang ia hirup terasa asing... namun menyakitkan. Seolah paru-parunya sudah lama tidak merasakan kehidupan.
Penampilan pemuda itu berambut hitam bermata merah ruby seperti darah yang bercahaya kena sinar, tinggi badan sekitar 186-190 cm, dengan otot yang berbentuk profesional di balik baju sederhana nya yang berwarna hitam dan abu-abu, dan sekujur tubuhnya lebab karena embun dan kotor.
"Di mana... ini?" suaranya serak, hampir tak terdengar.
Langit di atasnya berwarna kelabu pucat, seperti duka yang belum selesai diratapi. Penuh dengan aroma tanah basah, serpihan embun, dan angin pagi membelai wajahnya saat matanya perlahan terbuka. Pepohonan menjulang tinggi, akar mereka mencuat seperti tangan-tangan raksasa yang hendak merenggutnya kembali ke tanah. Namun yang paling mencolok adalah kesunyian itu-terlalu sunyi. Tak ada burung. Tak ada angin. Hanya... detak jantungnya yang pelan, dan rasa hampa yang menyesakkan.
Ia duduk dengan susah payah. Jubah kain kelabu menempel pada kulitnya, basah oleh kabut. Tangannya gemetar, bukan karena dingin, tapi karena... kebingungan. Ketakutan.
"Apa ini?" gumamnya dengan nada bingung.
'Ada yang salah, Ada sesuatu yang hilang, tapi apa itu' pikirnya saat malihat situasi saat ini.
"Ugkkk" sakit kepala menusuk kepalanya.
("Tirr... Ka.. Kael Veyran nama mu di kehidupan ini") Terdengar suara tidak begitu jelas di kepalanya tapi dia bisa mengerti maksud yang di sampaikan.
Namanya... Kael, Ia tahu itu seperti nama itu udah tertanam di dalam jiwanya. Tetapi selain itu, semuanya tampak kabur dan tidak jelas sebagaimana teka teki yang harus di pecahkan atau seperti sebuah puzzle yang blum tersusun dengan rapi.
Tiba-tiba, sebuah suara terdengar dalam pikirannya, suara yang berbeda dari sebelumnya. kali ini suaranya begitu dalam, berat, dan tak dikenal, tapi mengandung kesepian kebosanan dan lelah.
*"Satu kehidupan... satu perjuangan... satu pencarian... dan satu kekosongan lagi."*
Kael menahan napas. Suara itu seperti gema dari tempat yang sangat jauh... atau sangat dalam di dalam dirinya. Dan ketika ia mencoba mengingat lebih jauh, hanya kilatan cahaya merah, tawa samar, dan rasa kehilangan yang menyayat muncul.
"A..a. apa barusan itu kenapa... kenapa tiba-tiba ada suara di kepalaku?" tanya nya gugup sambil memegangi kepalanya dengan panik.
Dia pun mencoba untuk menenangkan dirinya dengan mengatur nafas dan fokus mencerna apa yang sedang terjadi sekarang ini.
Setelah menenangkan dirinya ia lanjut berdiri dengan susah payah, dan saat kakinya yang tanpa alas menyentuh tanah lembab karena embun, ia merasakan sesuatu... sebuah energi samar yang mengalir, tak terlihat namun nyata. Seperti denyut nadi dunia itu sendiri.
Dan di dadanya... sesuatu mulai berdenyut pula. Sebuah janji yang terlupakan. Sebuah nama yang belum muncul di bibirnya.
Ia pun berjalan entah kemana di dalam hutan itu dengan di iringi suara angin pepohonan, serangga dan burung mulai bermunculan saat sinar fajar orange menerangi hutan. Menatap jauh nya hutan dia membuat tekad dan tujuannya mulai sekarang yaitu ....
---
**POV...**
_Dalam Gua_
Air menetes dari langit-langit gua, jatuh dalam irama lambat ke sebuah genangan air jernih.
Seorang gadis terbaring diam di tengah lingkaran cahaya samar berwarna biru keunguan. Rambutnya panjang dan putih keperakan, kontras dengan pakaian gelap yang membungkus tubuhnya. Sekilas ia tampak seperti mayat... hingga jari-jarinya bergerak perlahan.
Lirae menarik napas panjang, dadanya naik turun, dan mata birunya terbuka-terang, tapi kosong.
Ia tidak menjerit. Ia tidak bertanya. Ia hanya duduk perlahan, menatap pantulan wajahnya di air.
"Aku hidup..... kembali..."
Suara itu datar, tapi ada getaran kecil di akhir kalimat. Ia menatap sekeliling gua itu yang dipenuhi kristal menyala pelan, dan di sekelilingnya, simbol-simbol aneh, yang menurut ingatan kehidupan sebelumnya itu adalah simbol sihir, simbol itu mengelilingi batu tempat ia berbaring.
Ia sudah mengenal tempat seperti ini.
Ia pernah hidup sebelumnya.
"Reinkarnasi ke....berapa ini..."
gadis itu menyentuh dadanya. Di sana, ada sesuatu yang terasa... kosong. Tapi juga berat.
"Aku... kehilangan sesuatu kali ini. Tidak, seseorang."
Wajah-wajah samar muncul dalam pikirannya.... mata penuh harapan, senyuman hangat, tangan yang pernah meraih tangannya di saat dia butuh kan... Tapi tidak satu pun yang bisa ia ingat dengan pasti.
"Kenapa ingatan ku kabur sakali sekarang?" dia bingung seingat nya kehidupan sebelumnya tidak sekabur ini, seperti ingatannya sekarang tinggal tersisa kurang dari 5%.
"Ini sangat parah." lanjutnya.
Hilang ingatan sama saja seperti dia hilang jati dirinya yang sebenarnya atau sama seperti dia adalah orang lain.
Tapi menurutnya, ingatan nya bakal muncul kembali seiring waktu berjalan walaupun itu memakan waktu lama.
Tapi setidaknya seseorang yang selalu ia cari, seseorang yang jiwanya terikat padanya, dan seseorang yang membuat ia selalu hidup di dunia masih sedikit ada dalam ingatannya.
"Apakah kali ini... kau juga di sini?" bisiknya pelan. Dia merasa di kehidupan dia sebelumnya waktu yang tidak tepat untuk hidup, karena menurut ingatan samarnya, ia dan orang yang di cintainya telah terpisah kan oleh waktu tapi ia selalu percaya kalau orang yang dia cintai itu masih hidup.
"Aku berharap kali ini adalah waktu yang tepat." gumamnya dengan nada sedih.
Air matanya jatuh tanpa ia sadari.
---
**Di Valtherion**
Dia atas bangunan yang tinggi terdapat seorang penyair menggunakan topeng di wajahnya menyiratkan kalimat demi kalimat di iringi sebuah gitar di tangan nya.
Angin fajar menerpanya bajunya dan bulu topi bergoyang mengikuti alunan angin dan sinar fajar menyinari sudut-sudut kota itu.
"Langit perlahan mulai membuka dirinya. Kabut surut, cahaya matahari menembus celah pepohonan dan menyinari dunia yang masih asing bagi mereka berdua."
"Di dua tempat yang berjauhan, dua jiwa lama terbangun kembali."
"Tanpa kenangan, tanpa pegangan, tanpa ingatan dan petunjuk yang jelas, tetapi hati mereka masih mengingat dan terjalin satu sama lain, walau tanpa nama dan tanpa wajah yang di ingat."
"Takdir dan dunia belum mempertemukan mereka setelah begitu banyak usaha dan lamanya waktu, tapi SEKARANG takdir dan dunia telah bergerak yang akan memutar takdir mereka seperti roda takdir pada umumnya."
"Dua jiwa yang akan membangun cerita mereka di dalam buku takdir dunia, membangun ingatan mereka, membangun cinta, membangun perjuangan, membangun hubungan yang telah terpisah."
"Dan Valtherion dunia yang penuh tangisan, kabagian, kesedihan,kesenangan, kehancuran, kemakmuran dan sesuatu yang misterius lainya akan menjadi panggung KISAH MEREKA DI pertemukan kembali"
"Sihir, perjuangan, petualangan, bahaya, dan misteri-akan menjadi hiasan dalam cerita mereka."
"Pertanyaannya adalah:
Apakah cinta mereka cukup kuat untuk melawan waktu, takdir, dan kehancuran?, Atau akan kembali menjadi... kepingan yang hilang?"
---
*To be continued...*
PENGUMUMAN: Novel ini adalah versi uji coba ya, makanya di dalam judul ada kata (alternatif) bisa di bilang ini bukan versi utama