Hutan Roh Kuno dipenuhi suara pertempuran yang sengit. Kabut tebal bercampur dengan bau darah dan racun, sementara lolongan binatang iblis dan teriakan kultivator Sekte Naga Darah menggema di udara. Wei Chen memeluk Zhao Yan, yang terluka parah setelah menghalau serangan untuk melindunginya. Darah mengalir dari mulut Zhao Yan, wajahnya pucat, tapi ia masih tersenyum, senyum ceria yang selalu menghibur Wei Chen.
"Kakak Kedua! Tahan!" teriak Wei Chen, air matanya menetes tanpa henti. Ia mencoba menekan luka Zhao Yan dengan tangannya, tapi darah terus mengalir, membasahi jubah biru mudanya.
Zhao Yan mengangkat tangan gemetar, memegang tangan Wei Chen dengan lemah. "Chenchen… kau… kau harus terus maju…" gumamnya, suaranya penuh rasa sakit tapi juga kehangatan. "Lindungi… yang tersisa… jangan… jangan menyerah…" Napasnya terputus, matanya terpejam, dan tangannya jatuh ke tanah, tombak emasnya tergeletak di sampingnya.
"Tidak! Kakak Kedua!" Wei Chen memeluk tubuh Zhao Yan yang kian dingin, air matanya bercampur dengan darah di tanah. Hatinya hancur berkeping-keping, rasa bersalah dan kemarahan membakar lebih panas dari sebelumnya. Kematian Feng Huo sudah cukup menyakitkan, tapi kehilangan Zhao Yan—kakak yang selalu ceria dan penuh semangat—membuatnya merasa dunia ini benar-benar kejam.
Li Qing, Su Ling, Xiao Mei, Liang Shu, dan Gu Tao terus bertarung melawan binatang iblis dan pasukan Sekte Naga Darah, tapi mereka semua terkejut mendengar teriakan Wei Chen. "Zhao Yan!" teriak Su Ling, air matanya menetes saat ia melihat tubuh Zhao Yan yang tak lagi bergerak.
Li Qing menghabisi tetua Sekte Naga Darah dengan Tebasan Awan Penghancur, pedang peraknya berlumur darah, tapi wajahnya penuh kesedihan. "Kita… kita kehilangan satu lagi…" gumamnya, suaranya berat. Ia melangkah ke arah Wei Chen, tangannya memegang pundak adiknya. "Chenchen… kita harus terus maju… demi mereka."
Wei Chen menatap Li Qing, matanya penuh kemarahan dan kesedihan. "Aku… aku tidak bisa melindungi mereka, Kakak Sulung…" gumamnya, suaranya penuh rasa bersalah. "Aku… aku terlalu lemah…"
Su Ling berlutut di samping Wei Chen, memeluknya erat. "Kau tidak lemah, Chenchen," katanya, suaranya penuh kehangatan meski air matanya terus mengalir. "Kau sudah melakukan yang terbaik… kita semua tahu itu."
Setelah pertarungan selesai, mereka mengubur tubuh Zhao Yan di samping makam Feng Huo, menandainya dengan tombak emasnya sebagai kenangan terakhir. Wei Chen berdiri di depan makam, tangannya mengepal erat, matanya menyala penuh tekad. "Aku… aku tidak akan membiarkan kematian kalian sia-sia," gumamnya, suaranya penuh dendam. "Sekte Naga Darah… mereka akan membayar untuk ini."
Mereka melanjutkan perjalanan ke jantung Hutan Roh Kuno, mengikuti jalur yang dibentuk oleh roh kuno. Kabut semakin tebal, dan suara bisikan kuno terdengar lebih jelas, seolah memanggil mereka. Akhirnya, mereka sampai di sebuah gua besar yang dikelilingi pohon-pohon raksasa, akar-akarnya membentuk pintu masuk alami. Di dalam gua, sebuah altar kuno berdiri, dan di atasnya, sebuah batu bercahaya putih dengan simbol awan terukir—Batu Penyegel Suci.
Namun, sebelum mereka sempat mendekat, suara gemuruh terdengar, dan pohon-pohon di sekitar gua bergerak, membentuk sosok raksasa yang terbuat dari kayu dan daun. Matanya menyala hijau, auranya penuh wibawa, dan suaranya menggema seperti guntur. "Kalian… telah sampai di jantung hutan…" katanya, suaranya penuh misteri. "Tapi untuk mengambil Batu Penyegel Suci, kalian harus melewati ujian kami… ujian hati."
Li Qing melangkah maju, pedang peraknya siap di tangan. "Kami siap," katanya, suaranya tegas. "Apa ujian yang harus kami hadapi?"
Sosok raksasa itu mengangguk, dan tiba-tiba, kabut di sekitar mereka membentuk ilusi. Wei Chen merasa tubuhnya ditarik ke dalam dunia lain, dan saat ia membuka mata, ia berdiri sendirian di tengah kegelapan. Di depannya, ilusi Feng Huo dan Zhao Yan muncul, wajah mereka penuh kebencian.
"Kau gagal melindungi kami, Chenchen…" kata ilusi Feng Huo, suaranya penuh rasa sakit. "Kau lemah… kau tidak pantas jadi adik kami…"
"Kau membiarkan kami mati…" tambah ilusi Zhao Yan, matanya penuh kebencian. "Kau tidak berguna… kau cuma beban…"
Wei Chen jatuh berlutut, tangannya mencengkeram kepala, air matanya menetes. "Tidak… aku… aku tidak ingin kalian mati…" gumamnya, suaranya penuh rasa bersalah. Bisikan Relik Darah Abadi kembali terdengar, lebih keras dari sebelumnya. "Serahkan dirimu padaku… aku bisa membuatmu kuat… kau tidak akan kehilangan siapa pun lagi…"
Namun, di tengah kegelapan itu, Wei Chen mengingat kata-kata ibunya dari surat: "Jaga hati murnimu, meski dunia ini kejam…" Ia juga mengingat senyum Su Ling, kehangatan Li Qing, dan semangat kakak-kakaknya yang tersisa. Dengan tangan gemetar, ia berdiri, pedang kayunya terangkat, matanya menyala penuh tekad.
"Aku… aku tidak akan menyerah pada kegelapan!" teriak Wei Chen, suaranya penuh semangat. Ia melancarkan Tebasan Awan Murni, gelombang energi putih bercampur merah yang menghancurkan ilusi itu, membawa cahaya ke dalam kegelapan. Dunia ilusi itu hancur, dan Wei Chen kembali ke gua, napasnya tersengal-sengal.
Sosok raksasa itu menatap Wei Chen, matanya hijau menyala penuh rasa hormat. "Kau… telah melewati ujian hati…" katanya, suaranya penuh wibawa. "Hati murnimu… itu adalah kekuatan terbesarmu. Ambil Batu Penyegel Suci… dan gunakan dengan bijak."
Wei Chen melangkah maju, tangannya gemetar saat mengambil Batu Penyegel Suci dari altar. Cahaya putih dari batu itu memancar lembut, membawa hawa hangat yang menenangkan. Namun, sebelum mereka sempat merayakan, suara gemuruh terdengar dari luar gua, diikuti oleh hawa dingin yang membawa bau darah.
"Anak-anak Puncak Awan Suci!" teriak sebuah suara penuh kebencian. Wei Chen dan kakak-kakaknya melangkah keluar gua, dan matanya melebar saat melihat pasukan Sekte Naga Darah yang lebih besar dari sebelumnya, dipimpin oleh Mo Tian sendiri, bersama Saudara Gu. Di samping mereka, Fang Wei berdiri dengan pedang hitamnya, matanya penuh dendam.
"Kalian tidak akan pernah meninggalkan hutan ini hidup-hidup!" teriak Mo Tian, pedang merah tuanya terhunus, auranya penuh kegelapan. "Serahkan Batu Penyegel Suci… atau mati!"
Wei Chen menatap Mo Tian, tangannya mengepal erat, matanya menyala penuh kebencian. "Sekte Naga Darah… kalian yang membunuh ibu dan ayahku… kalian yang membunuh Feng Huo dan Zhao Yan…" gumamnya, suaranya penuh dendam. "Aku… aku akan membuat kalian membayar untuk ini!"
Di markas Sekte Naga Darah, Saudara Gu tersenyum licik, matanya menyala penuh rencana jahat. "Kebencian bocah itu… itu akan menjadi senjata kita," katanya, suaranya dingin. "Di Hutan Roh Kuno, kita akan akhiri semuanya."
Di tengah Hutan Roh Kuno yang penuh kegelapan, Wei Chen berdiri dengan pedang kayunya terhunus, Batu Penyegel Suci di tangannya, matanya menyala penuh tekad dan dendam. Pertarungan terbesar dalam hidupnya menanti, dan dunia kultivasi yang kejam akan mengujinya lebih jauh dari sebelumnya.