Langit pagi itu cerah, dengan awan putih tipis menggantung di atas padang rumput luas yang mengelilingi bangunan kuno nan megah: Akademi Arkanum, tempat di mana generasi masa depan Eltheria dibentuk—dan mungkin, tempat di mana dunia diselamatkan… atau dihancurkan.
Gerbang akademi menjulang setinggi pohon-pohon raksasa, terbuat dari batu hitam yang memantulkan cahaya aneh. Ukiran sihir menyala samar dengan warna biru muda, menyambut para calon siswa yang berdiri dalam antrean panjang.
Zayan mendongak, tenggorokannya kering.
> "Jadi… ini dia."
Di sampingnya, Hazel menatap tenang, meski jemarinya sedikit gemetar.
> "Lebih megah dari yang kubayangkan…"
Sistem muncul pelan di sebelah Zayan, masih mengenakan hoodie tipis bertuliskan 'Support NPC Club'.
[Selamat datang di Akademi Arkanum! Tempat 70% siswa gagal, 20% jadi hebat, dan 10% menghilang entah ke mana.]
> "Sangat menenangkan, terima kasih," gumam Zayan sinis.
---
Pemeriksaan Awal
Dua petugas berdiri di depan gerbang dengan kristal sihir di tangan. Satu demi satu, calon siswa diperiksa, kemampuan dasarnya diuji. Beberapa menunjukkan ledakan api, perisai sihir, atau teknik pedang kilat.
Ketika giliran Hazel, ia menarik napas dan menutup mata. Angin lembut berputar di sekeliling tubuhnya, membentuk pusaran yang halus namun stabil. Bahkan salah satu penguji yang tampak bosan, mendongak sedikit.
> "Hm. Bakat alami. Kurang terlatih, tapi menarik," gumamnya.
Hazel menunduk sopan dan mundur. Lalu giliran Zayan.
> "Oke… ingat latihan, fokus pada inti mana, jangan kentut."
Ia mencoba membentuk api di telapak tangannya—api kecil muncul... lalu padam seperti korek gas bocor.
> "...Heh."
[Tenang. Gagal bukan akhir dari segalanya. Tapi kamu memang memalukan barusan.]
Penguji tampak ingin tertawa, tapi menahan diri.
> "Lulus. Tapi… ya, next."
Zayan melangkah pergi sambil menutupi mukanya dengan tangan.
---
Pertemuan dengan Rival Pertama
Di tengah kerumunan, seseorang menabrak bahu Zayan keras.
> "Awas, bodoh," ujar seorang pria muda berambut perak dengan seragam sudah rapi, disertai dua pengikut seperti tukang cheerleader.
Zayan menoleh dengan alis naik.
> "Wah, stereotype rival awal muncul cepat juga ya."
Pria itu memelototinya.
> "Apa katamu?"
Hazel buru-buru menarik lengan Zayan.
> "Zayan, sudah."
> "Tersesat dari kandang sapi ya? Harusnya kalian tetap di desa," ejek si pria.
Sistem mengedipkan notifikasi:
[Villain kroco terdeteksi: Nama: Raynard Valtesh. Level: Masih aman dipukul.]
---
Aula Seleksi
Setelah semua lulus tes dasar, para calon murid digiring ke aula utama: kubah raksasa dengan langit-langit seperti langit malam, penuh bintang sihir. Di sana, para profesor berdiri di panggung tinggi, memperkenalkan akademi dan mengumumkan seleksi lanjutan.
> "Besok, kalian akan mengikuti Ujian Survival. Bertahanlah sehari penuh di Hutan Arkanum. Ambil kristal uji dan tunjukkan keunikan kalian," jelas salah satu profesor wanita bertelinga elf, suaranya menggema kuat.
> "Yang gagal… ya, pulang."
Hazel menoleh pada Zayan, raut wajahnya serius.
> "Kita harus kerja sama."
Zayan mengangguk.
> "Gue nggak tahu banyak soal dunia ini, tapi satu hal yang gue tahu: kalau mau bertahan, harus bareng."
Sistem tiba-tiba muncul membawa bendera kecil bertuliskan "DUO DUNIA BARU".
[Tim Z&H: Menuju Takdir… atau mati di babak penyisihan.]