Matahari mulai meninggi, kabut di hutan perlahan menipis. Zayan, Hazel, dan Mira bergerak dengan hati-hati menyusuri jalur berbatu yang ditumbuhi rumput liar.
“Peta bilang ada sumber air di dekat sini,” ujar Hazel sambil mengaktifkan sihir sensorik miliknya.
Tiba-tiba—CRAACK!
Sebuah bayangan melompat dari pepohonan. Seekor Serigalak Batu (monster tingkat D-rendah) menerjang!
> [Sistem]:
“Musuh terdeteksi: Serigalak Batu – Resisten terhadap sihir tanah.
Weakness: bagian mata dan bawah leher.
Saran formasi: 1 tank, 1 support, 1 range magic.”
“Bonus EXP tersedia jika mengalahkan dengan teamwork.”
Zayan refleks mengayunkan pedang sihir hasil pinjaman ujian, Hazel membentangkan perisai sihir, dan Mira melompat mundur.
“Aku bisa mengikatnya!” seru Mira sambil menciptakan angin berputar yang menghambat gerak monster.
Zayan menebas ke arah leher bawah saat Hazel memancing serangan—SLAASH!—monster itu roboh.
> [Sistem]:
“Teamwork Excellent. EXP +320.
Zayan: Level Up → Lv. 2.”
“Kerja bagus, semua,” ujar Zayan sambil terengah.
Mira bersorak, “Kita keren banget ya?! Wah, aku belum pernah party seperti ini!”
Hazel hanya tersenyum tipis, tapi jelas ia puas.
---
Bagian Kedua – Ketegangan dengan Peserta Elite
Setelah dua jam menjelajah, mereka mencapai titik kumpul kecil. Di sana, Alan Virel dan dua pengikutnya sedang memandangi reruntuhan sihir yang tertutup kabut tipis.
“Jauh-jauh datang ke zona ini cuma buat bertemu kalian?” Alan berkata dengan nada mengejek saat melihat Zayan dan kawan-kawan.
Mata Alan menatap Hazel. “Masih pakai penyamaran cantikmu ya? Kau mestinya jadi dayang, bukan calon penyihir.”
Hazel diam, tapi tangan kanannya menggenggam senjata dengan kuat.
Zayan maju setengah langkah, menatap tajam. “Mau lanjut perang mulut atau adu nilai di papan peringkat nanti?”
Alan tertawa kecil, tapi jelas tak suka. “Kau cukup pintar, plebeian. Tapi hati-hati, hutan ini penuh kejutan…”
Selena Duskveil yang bersama Alan tampak tertarik menatap Zayan, tapi tidak ikut campur. Ia tampak diam-diam memperhatikan cara Zayan menyusun formasi saat berjalan.
> [Sistem]:
“Perhatian. Energi tidak dikenal terdeteksi di reruntuhan dekat posisi Alan.
Side Quest Update: Artefak Terkunci telah ditemukan.”
“Rekomendasi: Tunggu mereka pergi atau sabotase siasat dengan diam-diam.”
Zayan memilih menunggu. Setelah Alan pergi dengan sombong, mereka mendekati reruntuhan yang kini sedikit lebih aman.
Reruntuhan itu penuh ukiran kuno, dan sistem segera menunjukkan proyeksi holografik dari simbol yang mirip dengan gelang milik Zayan.
> [Sistem]:
“Artefak jenis ‘Scanner Crystal’. Bisa digunakan untuk mendeteksi monster tersembunyi dan sumber mana.”
“Syarat aktivasi: manusia dari dunia lain – terpenuhi.”
“Aktivasi dalam 3… 2… 1…”
Seketika, sihir kuno meledak samar, mengeluarkan pancaran biru lembut. Tidak ada peserta lain di dekat sana, hanya mereka bertiga.
Namun dari kejauhan, suara geraman berat terdengar.
> [Sistem]:
“Perhatian: monster tingkat C-tengah terpicu oleh aktivasi artefak.
Lokasi mendekat—jenis: Garm Siaga.”
“Monster ini terlalu kuat untuk lawan satu lawan satu. Disarankan: kabur atau gunakan perangkap.”
Mira menatap panik. “Kita bisa mati, Zayan!”
Hazel memejamkan mata, lalu berkata tenang, “Aku akan tahan dia beberapa detik. Kalian cari celah buat kabur—atau jebakan.”
Zayan menarik napas dalam. “Tidak. Kita bisa kalahkan dia… tapi dengan rencana.”