Monster yang bukan bagian ujian

Kemunculan Shadow Beast

Angin malam yang semula tenang berubah getir. Cahaya api unggun mulai bergoyang tak beraturan, seolah takut.

Dari balik pepohonan, makhluk raksasa perlahan muncul. Hitam legam, seakan terbuat dari asap pekat yang menggumpal. Tubuhnya semi transparan, menggambarkan siluet tulang-tulang gelap yang melayang tanpa kaki. Matanya—dua bara merah seperti arang yang dibakar di neraka—menatap tajam ke arah mereka.

Aura sihirnya menyelimuti sekeliling seperti kabut berat. Dedaunan gugur tanpa disentuh, dan suara hutan... menghilang.

Zayan (dalam hati):

"Ini... bukan bagian dari ujian. Ini nyata."

---

Kekacauan Dimulai

Liana berteriak lantang dan menerjang tanpa aba-aba, tombaknya mengayun ke sisi leher monster.

Zayan: “Liana, jangan—!”

Tapi sudah terlambat. Cakar bayangan menyambutnya. BOOM! Tubuh Liana terpental menabrak batang pohon, helm sihirnya retak.

Mira: “Barrier!”

Sebuah dinding angin muncul melindungi Liana. Hazel langsung meluncur, menarik tubuh Liana ke belakang dan memeriksa napasnya.

Hazel: “Dia hidup. Tapi tulangnya patah.”

Monster itu membuka mulutnya, tak bersuara, namun tiba-tiba semua merasa… sakit. Suara seperti gesekan besi berkarat langsung merayap ke dalam kepala mereka.

Jeritan mental.

Neira menggenggam kepalanya dan jatuh berlutut, darah mengalir dari hidungnya.

Kyle: “Sihir mental… Ini kelas tinggi!”

---

Zayan Bangkit

Zayan menguatkan kaki, merasakan ketakutan dalam dirinya. Tapi ia tahu—jika dia mundur, semuanya akan mati.

Zayan: “Sistem. Apapun yang kau punya. Sekarang!”

> [Sistem]:

Mode Darurat Diaktifkan

Wind-Shift Dash Lv.1 – Kecepatan, persepsi, dan reaksi meningkat drastis selama 4 detik.

Cooldown: 1 jam

Zayan menghilang.

Dalam sekejap, ia sudah berada di sisi kiri monster. Detik berikutnya, ia meluncur ke kanan, membuat bayangan tubuhnya terpecah dua.

Zayan: “Mira—bom sihirmu!”

Mira: “Tangkap!”

Dia melempar kristal biru kecil, dan Zayan menendangnya langsung ke rahang Shadow Beast.

BOOOOOM!

Ledakan angin menghantam wajah monster, tubuhnya bergoyang—kabutnya pecah sebagian, menampakkan inti merah muda di tenggorokannya.

Hazel: “Zayan! Di bawah kakinya—ada celah!”

Hazel menyerbu maju, belatinya bersinar ungu. Ia menebas sisi kaki makhluk itu—kabutnya tersayat, meninggalkan luka gelap.

Mira menciptakan tali angin, membekukan kaki belakang monster, memperlambatnya.

Zayan tak berhenti.

Dengan satu lompatan, ia menginjak punggung Hazel, dan melompat lebih tinggi, belati sihir di tangan kanan.

Zayan (dalam hati):

"Kalau aku mati… setidaknya mati setelah menyelamatkan mereka!"

Tusukan presisi.

Belatinya menembus leher monster, tepat ke dalam inti mana.

RAAAWWWRR!!!

Monster itu mengaum dan mulai bergetar. Cahaya merah menyebar di seluruh tubuhnya—dan kemudian... meledak menjadi serpihan kabut hitam.

---

Setelah Keheningan

Tidak ada yang bicara. Hanya napas terengah dan bau ozon dari ledakan sihir.

Mira: (suara lirih) “Zayan... kau... luar biasa.”

Hazel: (pelan, hampir tak terdengar) “...terima kasih.”

Zayan jatuh berlutut. Tangannya gemetar. Tapi dia tersenyum.

---

Ruang Observasi

Dalam ruangan sihir observasi, para profesor berdiri. Proyeksi memperlihatkan Zayan berdiri di depan monster yang runtuh.

Erik van Scout tertawa kecil.

Erik: “Lihat itu. Improvisasi, kerja tim, eksekusi... Dia bahkan mengarahkan seluruh pertarungan tanpa mereka sadari.”

Profesor Largus: “Dia bukan ksatria. Hanya anak desa dengan keberuntungan sistem murahan.”

Erik: (menatap tajam) “Kalau begitu, semoga anak-anak kita punya keberuntungan ‘murahan’ seperti dia.”