Sebuah manekin laki-laki dewasa yang terbuat dari batu, dipahat dan disusun secara asal dengan tinggi kurang lebih 2 meter, tampil dengan permukaan yang tidak terlalu mulus. Tubuhnya ditandai retakan di setiap sendi dan garis-garis susunan batu yang khas, sementara lubang di bagian dadanya kini tertutup dan digantikan oleh sinar coklat redup misterius yang muncul melalui celah retakan.
Dengan wujud barunya, Rocky merasakan bahwa tubuhnya kini mudah untuk digerakkan seperti pada masa saat ia menjadi manusia. Saat ia meraba wajahnya, yang hanya menyisakan sebuah garis kasar memanjang hampir hingga lokasi telinga (meskipun sebenarnya ia tidak memiliki telinga, tetapi area itu tetap menjadi titik yang dianggap sebagai telinga) serta dua lubang di mata, ia mulai menyadari bahwa ia tidak lagi bisa melihat. Namun, ia mampu merasakan sekelilingnya layaknya orang buta yang menggambarkan lingkungan melalui suara dan aliran udara, sebagaimana (Toph dalam Avatar).
Di sampingnya, terlihat seorang anak berumur sekitar 4–5 tahun berdiri di samping seorang laki-laki tua yang misterius, dengan rambut panjang terurai yang memenuhi wajah nya. "Yay! Berhasil... Rocky! Rocky, kau sudah sempurna!" seru Lylah dengan kegembiraan, lalu memeluk kaki Rocky. Meskipun belum sempurna, kondisi tubuh barunya jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Dengan penuh kebanggaan, Rocky berlutut sambil mengeluarkan suara gesekan batu, sembari dengan lembut membelai rambut Lylah. "Aduduh! Rocky, tanganmu begitu kasar!" Lylah berkomentar, memegang kepalanya yang sedikit sakit.
Rocky langsung menarik tangannya; seketika, senyuman muncul di wajah Lylah ketika ia meraih tangan batu Rocky. "Tapi tanganmu seperti tangan master! Lylah suka! Hehehe..."
Master Sage pun ikut celetuk, "Maaf saja jika tangan master tidak lembut dan penuh keriput!" dengan nada yang agak kesal.
Lylah membalas dengan memegang tangan Master Sage dan menaruhnya di kepalanya: "Tidak! Tangan Master Sage besar, hangat, dan nyaman... aku suka!" Master Sage tersenyum hangat, menganggap Lylah seperti cucunya sendiri, meskipun panggilan itu terlintas di masa lalu pertemuan mereka.
Kemudian, Master Sage menatap Rocky yang kini bangkit dengan penuh minat. "Baik, kau adalah ciptaan Lylah; lindungi dia dan bantu jika ia memerlukan sesuatu, mengerti?"
Perkataan itu langsung direspon dengan anggukan dan suara gesekan batu dari Rocky, yang membuat Master Sage terkagum.
Golem di depannya hampir menyerupai manusia dan telah menunjukkan tanda-tanda pemikiran—sesuatu yang membuatnya semakin curiga bahwa makhluk ini memiliki jiwa sejati.
Rocky, meskipun tak sepenuhnya menyadari bahaya dunia yang kini ia tinggali, memilih mengikuti Lylah dan Master Sage. "Baik! Kalau begitu, Rocky, gendong... Master, Lylah laaapaar..." canda Lylah dengan nada manja, lalu Rocky mengangkatnya di pundaknya dengan sukacita. "Wii... tinggi! Lihat, Master! Lylah sudah lebih tinggi dari Master, hahaha!" seru Lylah.
Master Sage tersenyum bahagia dan berkata, "Iya, iya... Hati-hati jangan sampai terjatuh. Ayo, kita makan!" Ketiganya kemudian berjalan bersama menuju ruang makan, dipimpin oleh Master Sage.
Di ruang makan, Master Sage mengeluarkan sayuran dan daging segar dari balik jubahnya, lalu dengan sihirnya, ia langsung merebus dan memanggang bahan-bahan tersebut tanpa rempah atau bumbu—polos, murni. Sementara itu, Lylah mengeluarkan kain dari balik jubahnya untuk menutupi tubuh Rocky.
Rocky yang sebelumnya hanya melihat aliran mana yang ia anggap sebelumnya sebagai gambaran udara, kini menyadari bahwa Master Sage mengendalikan benang-benang putih keperakan yang berubah menjadi merah, menunjukkan adanya hawa panas dan bentuk yang tidak tampak namun terasa. Meskipun ia tidak bisa melihat, ia dapat merasakan bahwa api itu nyata, serta melihat bayangan tubuh Lylah dan Master Sage yang memancarkan aura layaknya kobaran api—api yang lembut dan tenang di tubuh Master Sage serta penuh semangat dengan percikan indah di tubuh Lylah.
"Baik! Sudah selesai, hehehe... Penampilanmu kini lebih baik, Rocky!" gumam Lylah, tanpa disadari telah mendandani Rocky. Mulai dari wajah, kedua tangan, dan kaki dililit kain panjang seperti kasa, sedangkan tubuhnya dikenakan baju pendek dan celana sederhana, menjadikannya tampak seperti orang desa.
"Kenapa kau melakukan itu, Lylah?" tanya Master Sage yang sedang menyiapkan makanan. Lylah hanya tersenyum bangga, "Hehehe... Bentuknya kan seperti manusia, jadi aku dandani sedikit. Bagaimana, keren bukan? Kini, aku punya teman bermain!"
Master Sage hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Lylah. Sementara itu, Rocky, meskipun tidak bisa makan, minum, atau mencium, merasakan dorongan batin untuk merasakan kenikmatan itu. Ia pun menyadari bahwa, meskipun tak bernafas seperti sebelumnya, ada cara berbeda untuk tetap 'bernafas' dan menikmati kehidupan.
Setelah makanan selesai, Lylah yang mengantuk meminta Rocky menggendongnya ke tempat tidur. Sesaat kemudian, Master Sage mengayunkan tangannya ke bawah, menciptakan dua lingkaran sihir yang memunculkan rantai perak keemasan untuk mengikat tubuh Rocky.
Rocky pun dibawa ke ruang asing yang dipenuhi senjata dan peralatan aneh. Di tengah kekacauan, Master Sage dengan nada ancaman bertanya, "Siapa kau? Aku tahu kau adalah jiwa yang memasuki tubuh golem ini. Apa tujuanmu mengambil bentuk itu?"
Rocky hanya mengeluarkan suara gesekan batu sebagai respon, membuat Master Sage semakin kesal. "Cepat katakan, apa kau sebenarnya? Jika tidak, aku sendiri yang akan mencari tahu!" seru Master Sage dengan tegas.
Suasana semakin memanas ketika Master Sage memulai serangannya dengan meluncurkan bola cahaya kuning dari jarinya yang menghantam kaki kanan Rocky. Meskipun Rocky tidak merasakan sakit, pecahan batu yang hancur itu mengguncang pikiran dan tubuhnya, namun secara ajaib, bongkahan batu itu berkumpul dan menyatu kembali—menunjukkan kemampuan regeneratif dari golem tersebut.
"Menarik! Bagian luar terlihat seperti bongkahan batu biasa, namun bagian dalam mengandung kristal seakan batu mana yang kosong. Apakah kau seperti golem kebanyakan? Kalau inti tidak dihancurkan, kau akan terus beregenerasi!" kata Master Sage sambil melempar satu bongkahan batu yang sebelumya ia ambil dari tubuh Rocky.
Akhirnya, dengan nada penuh tekanan, Master Sage berseru, "Cepat, katakan! Apa kau sebenarnya? Jika tidak, aku yang akan mencari tahu sendiri!"